Chapter 2

Jadi benar dia Papa Aldo?

Aku sangat menyayangi Papaku,Rel. Meskinya Papa sudah lama menetap di Swiss karena pekerjaan, tapi aku sangat menyayangi Papa. Papa juga sangat menyayangi ku. Dia panutan ku. Aku ingin menjadi laki laki sukses seperti Papa.

DEGH!!!

Kalimat Aldo yang sudah sangat ku hafal itu seakan membuat seperti bisikan setan dalam diriku menemukan jalan untuk membalas pengkhianatan Aldo.

Dengan menyakiti Aldo melalui Papanya.

Ide sempurna atau ide gila??

Anggap lah aku gila. Ya aku memang gila sekarang. Bagaimana kegilaan ku akhirnya membuat aku berada di dalam mobil laki laki paruh baya yang aku kenali sebagai Papa Aldo.

Papa Aldi kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel nya. Dia terlihat sangat panik.

"Kamu di mana, Jo???" Suara bariton itu kembali aku dengar.

"Apa masih lama??? Aku tadi nggak sengaja menabrak seseorang. Dia pingsan. Aku akan membawa nya ke rumah sakit terdekat. Cepatlah, susul aku secepatnya."

Hening. Aku masih pura pura pingsan ketika aku rasakan mobil itu mulai bergerak.

"Jo, " Seru Papa Aldo lagi masih melalui sambungan telepon nya.

"Kamu dimana? Astaga, sedang mengurus apa sih kamu? Apa kamu tidak tahu aku sedang kesulitan sekarang. Iya aku sudah di depan rumah sakit. Aku share lok segera kesini. Bantu aku mengantar gadis ini. Cepat, Jo, dia....."

Suara Papa Aldo sontak terhenti ketika aku mengeluarkan suara rintihan ku.

Aku ber akting kebingungan sambil memegangi kepala ku.

Papa Aldo menoleh ke arah mu.

"Apakah Anda baik baik saja, Nona???" Tanyanya.

"Anda siapa??? Saya dimana???" desis ku pura pura tak tahu apa apa.

"Anda di depan rumah sakit. Maaf, saya tidak sengaja menabrak Anda tadi." Ujarnya.

Saya yang sengaja menabrak kan diri saya, Om. Desis ku dalam hati.

"Apa Anda bisa berjalan sendiri??? Biar dokter memeriksa Anda." Ujar nya. wajah dingin nya tak mampu menutupi rasa khawatirnya.

Aku menundukkan kepalaku. Sial, aku tak tega menipu nya seperti ini. Meskipun pergelangan kaki kanan ku beneran sakit, tapi benturan itu tak serta merta membuat aku kehilangan kesadaran.

Drtttt.... Drtttttt.

DEGH!!!!!

Panggilan telepon dari Aldo masuk ke ponsel ku. Lama sekali dia baru menelpon ku. Apa Selingkuhan nya berhasil merayu nya. Hingga kembali bergelut di atas ranjang???

Cih, Murahan!!!

Aku melirik ke arah Papa Aldo. Papa Aldo mengangguk, mempersilahkan aku menerima panggilan telepon.

Aku mendengar kan setiap kalimat Aldo dengan menahan rasa mual ku. Cih, pintar sekali dia beralasan revisi skripsi apanya? Dasar kadal buntung.

"Gak apa, aku juga baru sampai kok." Ujar ku.

"Maaf aku gak bisa ke tempat kamu. Aku capek banget pingin segera rebahan di kasur. Gimana kalau kamu susulin aku ke rumah Papa saja?? Ya, ketemu di rumah. Baiklah, aku tunggu."

Aku menutup panggilan dari Aldo. Ku lirik Papa Aldo yang hanya diam di balik kemudi nya.

Sempurna. Jika Aldo melihat aku bersama Papa kesayangan nya itu, dia pasti akan sangat terluka. Itu akan menjadi balasan yang sangat menyakitkan.

Baiklah, mari kita eksekusi rencana gila itu!

"Om," panggil ku.

"Ya," Sahut Papa Aldo tanpa menoleh ke arah aku.

Aku melirik dari center mirror. "Maaf bisakah Om mengantar kan saya pulang saja. Saya ada perlu." Ucap ku.

"Biarkan dokter memeriksa kamu dulu. Baru saya antar." Ucap Papa Aldo.

Tidak, itu hanya akan membuang banyak waktu. Bisa jadi Aldo akan sampai duluan. Itu tidak boleh terjadi!!! Batin ku.

"Saya tidak apa-apa, Om. Tolong, saya bener bener harus sampai rumah secepatnya." Tegas ku.

"Minta dia menunggu." Ujarnya.

"Jadi dia mendengar kan percakapan ku dan Aldo di telepon. Untung saja aku tidak menyebut nama Aldo sama sekali. Bisa berantakan rencana ku.

"Kalau begitu, saya cari taksi saja." Ucap ku seraya mencoba membuka pintu di samping ku. Pintu itu masih terkunci.

"Tolong di buka Om!!!"

Papa Aldo menarik nafas panjang. "Saya antar." putus nya.

Akhirnya tak ada jalan lain aku memang keras kepala.

"Masukkan alamat rumah kamu."

Aku mengangguk, sambil menahan sakit di pergelangan kaki kanan ku. Aku men condong kan tubuh ku ke depan untuk memasukkan alamat rumah papa ke dalam map nya.

DEGH....

Jantung ku berdegup sangat kencang ketika pipi kanan ku berjarak sangat dekat dengan pipi kiri Papa Aldo.

"Biar saya." Ucap Papa Aldo ketika melihat ku kesusahan mengetik alamat ku.

Aku mengangguk, perlahan ku tarik tubuh ku menjauh dan kembali duduk di kursi penumpang belakang.

"Katakan!"

Aku menyebut kan alamat rumah Papa. Papa Aldo memasukkan alamat yang aku berikan ke dalam map nya.

"Iya, benar." Ucap ku setelah mengoreksi alamat itu.

Papa Aldo melajukan mobilnya kembali.

"Tunggu di hotel saja, Jo. Setengah jam lagi." Ucap Papa Aldo dari sambungan teleponnya.

Aku memalingkan wajah ku, menatap pemandangan jalanan malam dari balik kaca jendela.

Tring

Otw, sayang.

Aku hanya melirik sekilas notifikasi pesan yang baru masuk ke dalam ponsel ku. Tak berniat aku membuka. Apalagi membalas pesan singkat dari Aldo.

"Kenapa gelap??? Apa tidak ada orang???" Tanya Papa Aldo ketika mobil nya sudah berhenti di halaman rumah ku.

Aku mengangguk. "Papa dan Mama sedang menghadiri persepsi pernikahan putri temannya, Om." Ujar ku jujur.

Memang benar, tadi sore saat aku mengabarkan bahwa aku dalam perjalanan pulang. Mama sempat memberi tahu aku jika mereka sudah terlanjur berangkat menghadiri undangan dari teman nya.

Mama sangat menyesal tidak bisa menjemput ku. Memang aku pulang mendadak. Ku bilang kalau sudah ada Aldo yang menjemput ku. Mama jadi lega.

Karena kedua orang tua ku sudah cukup mengenal Aldo dan mereka juga sudah tahu jika kami pacaran.

Lagi pula mana aku punya keberanian membawa laki laki asing ke rumah jika ada mama dan papa. Bisa bisa di gantung hidup hidup aku sama papa.

"Apa sangat sakit???" Tanya Papa Aldo ketika melihat ku kesulitan menapakkan kaki kanan ku ke atas tanah.

Aku berpegangan erat pada daun pintu mobil sang sudah terbuka, hanya menumpukan kaki kiri ku saja di atas tanah. Sedangkan kami kanan ku sedikit ku angkat.

"Saya tidak tahu jika sesakit ini." Ucap ku menahan rasa nyeri ku coba menapakkan kaki kanan ku ini benar benar sakit.

"Itu akan membuat nya lebih parah." serunya.

Grep

Tanpa ku duga, Papa Aldo merengkuh ku ala bridal style. " Maaf biar saya bantu." Ucapnya.

Deg... Deg......Deg.....

Jantung ku kembali berdegup kencang. Ku lirik wajah papa Aldo yang tak menatap ku sama sekali. Wajah nya tetap datar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!