"Aku pikir, mungkin aku masih punya keluarga. Tapi..." ia tertawa hambar, getir. "Mereka bukan keluargaku. Aku... aku hanya anak adopsi dari panti asuhan. Mereka membawaku pulang hanya karena tak bisa punya anak saat itu."
Satu-satu luka lama menganga kembali di hadapan Zayyan.
"Aku selalu berpikir mungkin suatu saat mereka akan mencintaiku. Bahwa aku juga berarti bagi mereka. Tapi nyatanya aku hanya... hanya pelengkap dalam keluarga itu. Tak pernah benar-benar diinginkan. Tak pernah benar-benar disayangi."
Zayyan menahan napas, merasa dadanya sesak mendengar setiap patah kalimat yang keluar dari bibir Aluna.
"Mereka bahkan..." Aluna tersenyum pahit, "Mereka bahkan membela adikku dan juga tunanganku. Mereka bilang aku terlalu berlebihan. Bahwa aku terlalu dramatis. Bahwa aku seharusnya berterima kasih karena akhirnya tahu sebelum menikah."
Matanya berkilat karena air mata yang tak pernah habis.
"Jadi untuk apa aku tetap di sini?" bisiknya. "Untuk siapa aku bertahan?"
Suasana di antara mereka berubah menjadi lebih sunyi, lebih kelam, seolah dunia pun ikut berduka bersama Aluna.
Zayyan merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang pecah. Sebuah rasa tak terdefinisi, antara iba, amarah, dan keinginan besar untuk melindungi gadis ini dari semua rasa sakit yang telah menghancurkannya.
Dengan langkah pelan, ia mendekat. Sangat dekat hingga hanya berjarak satu tarikan napas.
"Tidak ada yang berhak membuatmu merasa tidak berharga, nona." ucapnya, suaranya penuh getaran emosi. "Tidak keluarga yang mengabaikan mu. Tidak tunanganmu yang mengkhianatimu. Tidak dunia yang seolah membencimu."
Ia mengangkat tangan, ragu-ragu, sebelum akhirnya meletakkan tangannya dengan sangat hati-hati di atas bahu Aluna—seolah menyentuh pecahan kaca yang rapuh.
"Kau berharga. Bahkan meski mereka tidak melihatnya," lanjut Zayyan, lirih. "Kau berarti. Kau pantas untuk dicintai dengan segenap hati, tanpa syarat, tanpa pengkhianatan."
Aluna menatapnya, terisak dalam diam. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ada seseorang yang tidak menilainya dari siapa dia berasal, dari apa statusnya, atau seberapa sempurna hidupnya. Ada seseorang yang melihatnya hanya sebagai Aluna. Seutuhnya.
"Aku tahu rasanya ingin menyerah," tambah Zayyan, suaranya nyaris pecah. "Aku tahu rasanya bangun di pagi hari dan berharap kita tidak ada di dunia ini. Tapi... aku percaya, luka seberat apapun bisa sembuh. Mungkin tidak hari ini. Mungkin tidak besok. Tapi suatu saat nanti, kau akan melihat kembali ke hari ini dan bersyukur kau bertahan."
Ia menatap dalam-dalam ke mata Aluna.
"Jadi bertahanlah, nona. Jika kau tidak bisa bertahan untuk orang lain, bertahanlah untuk dirimu sendiri."
Air mata Aluna jatuh lebih deras. Tapi kali ini, bukan hanya karena putus asa, melainkan karena ada sesuatu yang lain. Harapan kecil yang mulai bersemi, meski samar dan gemetar.
Zayyan mengulurkan tangannya.
"Aku di sini," bisiknya. "Jika kau mengizinkanku, aku akan berdiri di sisimu. Sampai kau cukup kuat untuk berjalan sendiri lagi."
Aluna menatap tangan itu. Tangan yang baru saja menyelamatkannya. Tangan yang kini menawarkan bukan sekadar pertolongan, tapi juga sebuah tempat untuk kembali mempercayai dunia.
Dan perlahan—sangat perlahan—Aluna menyentuh tangan itu. Genggaman kecil, ragu, tapi nyata.
Di bawah langit malam yang kelam, dua jiwa yang terluka saling menemukan. Bukan sebagai penyelamat dan yang diselamatkan, tapi sebagai dua manusia yang memilih untuk percaya lagi, untuk bertahan, bersama.
Dan di dalam keheningan itu, seakan semesta berbisik lembut pada keduanya:
Terkadang, luka terindah adalah luka yang membuatmu bertemu dengan seseorang yang akhirnya mengajarkanmu, bahwa dunia ini... masih layak diperjuangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
💫0m@~💞
semoga ada yang berbeda dan unik dari cerita nya. semangat terus,, /Determined/
2025-04-30
2
Sri Siyamsih
ayo Aluna apa yg Zayyan ktkan bnr bangkitlah tunjukkn pd jel bahwa kau bisa hidup lebih baik tanpa mereka
2025-05-03
0
Sita Silvara
tuh Aluna,dengerin apa kata Zayyan.
jangan menyerah
2025-04-30
0