4

Suparman hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Caroline. Dia memejamkan mata sejenak, mengingat hari-hari saat ia lebih sering terlibat tawuran ketimbang mengikuti pelajaran di bangku SMA.

Padahal dari desanya hanya dirinya dan Pamela, anak pak kades yang bisa bersekolah di SMA elite di kota tempat dia tinggal itupun berkat beasiswa, namun Suparman sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan itu dan justru asik dengan kenakalan remaja.

Suparman sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan dari Caroline karna ia tahu tidak seorang pun wanita ingin hidup susah bersamanya, dan itu mendorongnya semakin gigih mengejar kesuksesan, sebagai jalan untuk membuktikan diri.

" Man, maaf kalau kata-kataku menyinggung perasaanmu?" ucap Caroline yang melihat Suparman melamun.

" Tidak sama sekali Carol, semua ini memang aku yang salah, karna tidak memanfaatkan kesempatan padahal aku sekolah dengan banyak anak orang kaya, andai aku serius sekolah dan memanfaatkan kesempatan berteman dengan kalian, tentu aku tidak akan seperti ini. Oh ya? Kamu bukannya kuliah di Amrik, kapan kamu kembali." Ujar Suparman dengan santai.

" Aku baru saja kembali seminggu yang lalu, kuliahku disana sudah selesai dan sekarang aku sedang mencoba berbisnis perhiasan disini. Siapa tau kamu ingin menjadi partner bisnisku." Balas Caroline dengan senyum manisnya.

" Partner bisnis seperti apa? Kalau kamu membutuhkan pengawal pribadi, mungkin aku bisa menyanggupinya, tetapi kalau untuk urusan bisnis aku nol besar." ujar Suparman.

" Hehehehehehehe... Siapa tau kamu mandi disungai dan mendapatkan batu mulia, lalu kamu menjualnya padaku bukankah itu bisa disebut partner bisnis." balas Caroline sambil terkekeh kecil.

" Kalau mandi disungai bersamamu. Mungkin aku akan menemukan dua batu mulia seukuran buah semangka super." ucap Suparman sambil melirik ke arah dada Caroline.

" Suparman, kamu ternyata masih mesum seperti dulu! Ayo aku sudah selesai makannya, sekarang ajak aku berkeliling lagi." balas Caroline sambil tersipu malu.

Setelah membayar bakso yang mereka makan, Caroline langsung menarik tangan Parman untuk kembali berkeliling, Caroline yang terbiasa dengan kehidupan mewah justru terlihat sangat antusias mencoba berbagai wahana yang ada di pasar malam.

Suparman bahkan hampir kewalahan menuruti permintaan Caroline yang ingin mencoba setiap wahana yang ada.

" Man, bagaimana kalau kita masuk kerumah hantu, sepertinya sangat seru didalam sana." tawar Caroline sambil menggandeng tangan Suparman.

" Carol, jangan aneh-aneh, nanti kamu pingsan didalam aku yang repot." balas Suparman dengan senyum manisnya.

" Hehehehehehehe.. bagaimana mungkin kamu repot, tubuhmu besar dan kekar begitu, pasti kalau hanya mengangkat aku yang pingsan tidak akan kesulitan." sahut Caroline sambil terkekeh kecil.

Suparman hanya bisa pasrah saat Caroline sudah membeli tiket, dia yang tadinya ingin segera mencoba kekuatan kolor saktinya untuk berjudi, terpaksa harus tertunda karna menuruti kemauan dari temannya saat SMA.

" Man, kenapa gelap sekali disini?" tanya Caroline sambil memeluk lengan Parman hingga buah semangka super yang selalu dia bawa menempel di lengan Suparman.

" Hehehehehehehe.. namanya juga rumah hantu, kalau di diskotek baru gelapnya ada lampu kelap-kelip dengan musik jedag-jedug." balas Suparman santai.

Baru saja mereka berjalan beberapa langkah, Caroline langsung menjerit ketakutan sampai memeluk Suparman dengan erat, saat  pocong jadi-jadian tiba-tiba melompat dihadapan mereka.

" Hufffftttt, sudah jangan takut, mereka hanya mau minta tolong agar kita melepaskan tali yang mengikat kakinya, karna sepertinya pocong ini sudah lelah terus melompat disini." balas ujar Suparman sambil menenangkan Caroline.

" Benarkah?" tanya Caroline sambil menatap tajam ke arah Suparman.

" Tentu saja lihatlah sendiri." balas Suparman santai.

Setelah Caroline melepaskan pelukannya, Suparman lalu jongkok dan melepaskan tali yang mengikat bagian pocong jadi-jadian tersebut.

" Terima kasih bang, anda sudah membuat harga diri saya sebagai pocong hilang disini hilang." ujar pocong itu sambil berjalan meninggalkan Suparman dan Caroline.

Caroline hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi, dia benar-benar tidak menyangka kalau Suparman melakukan apa yang dia katakan.

" Sudah lihat kan? Mau dilanjut atau mau keluar." ujar Suparman dengan santai.

" Keluar saja, Man? Walaupun aku tau kalau mereka hanya hantu bohongan, tetapi jantungku tidak sekuat jantungmu." balas Caroline dengan suara lesu.

" Baiklah, sekarang kita menemui temanku terlebih dahulu ya? Aku khawatir dia menungguku terlalu lama." ujar Parman sambil berjalan keluar dari dalam rumah hantu bersama Carolline.

Caroline hanya mengangguk tanda setuju, dia langsung mengikuti Suparman yang berjalan menuju tempat dimana bapak-bapak berkumpul sambil berteriak dengan penuh semangat.

Suparman melihat Sarmin yang sedang duduk lemas di atas rumput sambil menikmati rokok. Dia hanya bisa tersenyum masam, suparman sudah menduga bahwa sahabatnya itu kalah banyak saat berjudi.

" Kalah berapa, Min?" tanya Suparman dengan senyum yang penuh arti.

" Rungkad semua, Man. Kamu ini, baru cerai sore tadi kok malamnya sudah jalan dengan wanita cantik dan bule lagi." balas Sarmin sambil melirik ke arah Caroline.

" Hehe, kamu ini sembarangan saja. Ini temanku dari SMA, namanya Caroline. Dan Caroline, ini sahabatku sejak kecil, namanya Sarmin," ujar Suparman memperkenalkan mereka berdua.

" Ayo, Min. Aku juga ingin coba peruntungan, siapa tahu dengan ditemani wanita cantik aku bisa menang berjudi. Caroline, kamu mau kan menemaniku bermain capjieki?" lanjut Suparman dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

" Tidak masalah, Man? Lagian ini masih sore kok, aku justru penasaran apakah aku akan membawa keberuntungan bagimu atau justru akan membawa kebangkrutan." balas Caroline dengan senyum manisnya.

Caroline yang sudah lima tahun terakhir berada di Amrik tentu tidak asing lagi dengan dunia perjudian, dia justru penasaran dengan perjudian apa yang ada di pasar malam seperti ini, karna dia biasanya selalu berjudi di kasino.

Alangkah terkejutnya Caroline saat tiba di tempat bandar yang paling ramai, dia tidak menyangka kalau jumlah uang di perjudian yang hanya berada di pasar malam, tidak kalah besarnya dengan yang ada di kasino.

" Man, aku tak menyangka meski ini cuma pasar malam, bandar bisa bawa uang sebanyak itu," bisik Caroline ke telinga Suparman.

" Hehe, jangan heran, Carol. Meski ini hanya pasar malam, musim panen baru saja usai. Banyak petani yang punya uang lebih untuk berjudi. Wajar jika bandar bawa modal besar, apalagi ini judi capjieki, di mana bandar harus bayar sepuluh kali lipat jika ada yang menang," balas Parman sambil memeluk pinggang Caroline.

Caroline yang menyadari Parman memeluknya sama sekali tidak marah, karna dia sadar Parman melakukannya untuk menjaga dirinya dari orang yang berada disekitarnya, apalagi suasana lapak dimana mereka berada sangat ramai.

" Ayooo. Pasang yang banyak? Berapapun pasangan kalian pasti saya bayar." teriak bandar dengan penuh percaya diri sambil melirik ke arah tumpukan uang tunai dihadapannya.

Bandar itu tersenyum lebar karna merasa tidak sia-sia dia membeli jimat dengan harga mahal kepada seorang dukun, karna dari awal sampai sekarang dia menjadi bandar belum pernah sekalipun dia menderita kekalahan.

Sementara Suparman sedang fokus menatap bola putih yang berada di tangan sang bandar, Suparman memfokuskan pikirannya agar bola di tangan bandar itu mau menuruti keinginannya.

Suparman sangat yakin dengan kesaktian kolor sakti peninggalan leluhurnya, dia akan memenangkan perjudian dengan mudah, setelah dia yakin kalau bola di tangan bandar sudah berada di bawah kendalinya, Suparman langsung mengeluarkan uang senilai seratus lima puluh ribu yang dia bawa.

" Man, kenapa kita tidak pindah ke bandar yang sebelah saja, disini aku tadi habis banyak, sepertinya bandar disini pakai jimat." bisik Sarmin.

" Buat apa kita pindah, Min? lagian uang yang aku bawa cuma seratus lima puluh ribu, kalau kalah ya sudah kita pulang, kalau menang siapa tau berubah menjadi seratus lima puluh juta. Lebih baik kamu siapkan kantong plastik untuk menaruh uang kemenanganku." balas Parman santai sambil meletakan uang ke gambar berwarna bola hitam.

" Cihhhh..!! Modal seratus ribu mimpi dapat seratus lima puluh juta, aku saja yang modal lima juta habis." gerutu Sarmin sambil membuang mukanya.

Sang bandar yang melihat sudah tidak ada lagi yang memasang taruhan, segera menjatuhkan bola di tangannya ke papan yang berputar di hadapannya Sambil mulutnya terus berkomat-kamit membaca mantra.

Suparman hanya tersenyum melihat tingkah laku sang bandar, saat bola berwarna putih itu sudah bergerak pelan di papan, Parman langsung memfokuskan pikirannya agar bola itu berhenti di bola berwarna hitam.

" Kita dapat, Man? Kamu benar-benar beruntung." seru Caroline dengan heboh saat melihat bola berwarna putih berhenti di gambar bola berwarna hitam.

" Pasangan seratus lima puluh ribu, jadi satu juta lima ratus, punya siapa ini?" teriak sang bandar dengan suara lantang.

" Pasang lagi semuanya di gunung merah, pak." balas Suparman dengan santai.

" Nah, ini baru pasangan mantap.? Ayo pasang seperti pemuda ini, jangan khawatir pasti saya bayar berapapun pasangan kalian." teriak bandar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Sang bandar lansung tersenyum lebar saat para penjudi mulai menambah pasangan mereka, setelah beberapa saat kemudian dan melihat tidak ada lagi yang memasang, sang bandar pun langsung kembali menjatuhkan bola putih di tangannya ke atas papan berputar.

Terpopuler

Comments

🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

kalahkan terus bandarnya biar bangkrut

2025-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!