Sarmin begitu kesal mendengar perkataan dari sahabatnya, namun Sarmin tidak mau mengungkapkan kekesalannya, karna dia tau sahabatnya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
" Sudah jangan ngambek begitu, nanti mukamu yang jelek bisa tambah jelek, lebih baik sekarang kita kewarung Mona saja? kita ngopi disana sekalian aku mau makan malam disana." ucap Suparman yang tidak tega melihat wajah kusut sahabatnya.
" Oke, Man. Tapi kamu yang bayar ya? Aku belum gajian sekarang kan tanggal tua." balas Sarmin dengan senyum manisnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Suparman dan sarmin langsung berangkat menuju ke warung Mona dengan menggunakan motor butut milik Sarmin. Tidak butuh waktu lama bagi Sarmin dan Suparman untuk tiba di warung Mona.
" Mon, kopi hitam dua gelas, mie rebus dua mangkok, mienya dua dijadikan satu." ucap Suparman begitu dia dan Sarmin tiba di warung Mona.
" Siap mas Parman, tunggu sepuluh menit pesanan akan segera tersedia." balas Mona sambil tersenyum manis kepada Suparman.
" Parman, kenapa kamu tidak merayu Mona saja? Lumayan kan walaupun janda tetapi Mona masih muda dan montok." bisik Sarmin sambil melihat bemper Mona yang sedang memasak mie rebus.
" Buat kamu saja, Min, aku sekarang sedang fokus untuk merubah masa depanku terlebih dahulu, agar tidak ada lagi yang menghinaku karna aku miskin." Balas Suparman santai.
Walaupun Suparman juga mengakui kalau Mona lumayan cantik, apalagi usia mona masih dua puluh lima tahun, namun sekarang fokusnya bukanlah mencari wanita, dia ingin secepatnya menjadi kaya terlebih dahulu.
Parman sangat yakin jika dirinya sudah memiliki banyak uang, maka akan sangat mudah baginya untuk mendapatkan wanita cantik sebanyak apapun, apalagi dia sekarang memakai kolor sakti warisan leluhurnya yang memiliki kekuatan sangat hebat.
" Hufffftttt, kalau Mona mau sudah dari dulu aku melamarnya, sayangnya dia tidak mau denganku, Man?" ujar Sarmin sambil tersenyum masam sambil terus melirik ke arah mona.
Parman hanya bisa tersenyum tipis melihat antusiasme sahabatnya yang terpukau dengan keindahan bentuk bemper Mona yang bulat dan besar.
Dalam benaknya, iseng melintas bayangan memiliki kemampuan super, melihat tembus pandang seperti dalam film-film. Dari sudut matanya, Parman menangkap kilasan bercak panu di punggung Mona yang ada di punggung Mona, dengan cepat Parman langsung menutup kembali kemampuan mata tembus pandang miliknya.
" Mas Parman, Mas Sarmin, ini kopi dan mie rebusnya. Mau tambah air putih atau tidak?" tanya Mona sambil meletakkan pesanan di atas meja.
" Pakai dong, masa makan tidak dikasih air putih, nanti mas Sarmin keselek cinta Mona bagaimana?" balas Sarmin dengan senyum manisnya.
" Mas Sarmin ada-ada saja, masa keselek cinta kalau keselek mangkok saya baru percaya, soalnya mulut mas Sarmin kalau ngomong suka melebar kemana-mana." balas Mona sambil tersenyum penuh arti kepada Sarmin.
" Kalian berdua sebenarnya cocok, kenapa tidak menikah saja? Mona, kemana bapak-bapak yang biasa berkumpul disini, tumben sepi biasanya ramai merumus nomor togel disini." Sahut Suparman sambil mulai menikmati mie rebus dihadapannya.
" Mereka sedang ke pasar malam mas, katanya ada bandar besar yang gelar lapak capjieki di pasar malam." balas Mona sambil meletakan dua gelas air putih dihadapan Suparman dan sarmin.
Begitu mendengar perkataan dari Mona, Suparman baru teringat jika didesanya ada pasar malam, bahkan dia tadi sore sempat berpikir mengajak istrinya pergi ke pasar malam untuk membeli pakaian.
Suparman yang mendengar perkataan dari Mona jika ada bandar besar yang menggelar lapak capjieki di pasar malam, menjadi sedikit tertarik untuk menguji kekuatan kolor saktinya dalam berjudi capjieki.
Suparman berpikir jika kolor saktinya bisa dia gunakan untuk berjudi, maka tentu jalannya untuk menjadi kaya akan lebih mudah terwujud, tidak mau membuang waktu lagi Suparman langsung makan dengan sangat lahap, hingga hanya dalam beberapa menit saja semangkok mie rebus dihadapannya sudah habis tidak tersisa.
" Mona, rokok dua tiga empatnya satu bungkus?" pinta Suparman dengan santai.
" Ini mas rokoknya, tumbenan dua tiga empat, biasanya juga rokok tujuh enam." balas Mona sambil menyerahkan sebungkus rokok kepada Suparman.
" Lagi ingin menikmati hidup saja, Mon, mumpung hidup sendiri." sahut Parman dengan santai.
Bagi Parman sehabis makan tidak merokok seperti ada kenikmatan tersendiri yang hilang, setelah menerima sebungkus rokok dari Mona, Suparman langsung menyalakannya sebatang dan menghisap dengan santai.
" Man, bagaimana kalau kita kepasar malam? Aku penasaran dengan bandar besar yang Mona sebutkan tadi." ucap Sarmin sambil menyalakan sebatang rokok di tangannya.
" Katanya kamu tidak punya uang, Min, kenapa mengajak kepasar malam untuk melihat bandar capjieki." sahut Suparman dengan santai.
Suparman hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya yang tidak bisa menjawab pertanyaannya, Suparman sangat tau kalau sahabatnya sangat pelit kalau mengeluarkan uang untuk makan. Namun, sahabatnya akan sangat royal jika sudah berurusan dengan perjudian.
" Mona, berapa semuanya, mie dua mangkok isi dobel, kopi hitam dua dan rokok dua tiga empatnya satu bungkus." ucap Parman setelah selesai menghabiskan segelas kopinya.
" Mie dua mangkok dua puluh ribu, kopi dua gelas enam ribu, rokok dua tiga empat harganya dua puluh empat ribu, jadi total semuanya lima puluh ribu, mas." balas Mona sambil tersenyum manis kepada Parman.
Setelah membayar semua makanan dan menerima kembalian, Suparman langsung mengajak Sarmin untuk pergi ke pasar malam.
" Ayo, Min? katanya kamu ingin pergi ke pasar malam untuk membuat bandar besar itu bangkrut." seru Suparman saat melihat sahabatnya yang sedang asik melamun sambil melihat bemper Mona.
" Hehehehe. Ganggu orang lagi lihat barang bagus saja kamu, Man?" gerutu Sarmin sambil bangkit dan berjalan menuju motornya.
Suparman baru saja menaiki motor, Sarmin langsung menggeber mesinnya. Pohon-pohon melambai cepat di pinggir jalan saat mereka menderu melewati. Desir angin seolah bersiul kecil di telinga. Butuh waktu nyaris setengah jam perjalanan dari ujung desa tempat kediaman mereka untuk tiba di lapangan desa yang berada di pinggir jalan besar.
" Ramai banget, Min?" Seru Suparman begitu mereka sudah memarkirkan motor.
" Pasti ramai kan ini malam Minggu, lagian anak sekolah juga sedang libur, apalagi ada bandar capjieki yang buka lapak pasti semakin ramai. Aku mau langsung ke tempat capjieki, kamu mau ikut atau mau berkeliling terlebih dahulu." sahut Sarmin dengan penuh semangat.
" Aku berkeliling saja dulu, nanti selesai berkeliling aku akan temui kamu di tempat bandar capjieki yang paling ramai." Balas Parman dengan santai.
" Iya sudah, jangan kelamaan nanti kamu harus menjadi asistenku, karna aku kali ini akan menang banyak dan tentunya butuh asisten untuk menata dan menghitung uangku nanti." seru Sarmin dengan penuh percaya diri sambil berjalan meninggalkan Suparman sendirian.
Suparman hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang begitu antusias saat akan berjudi. Setelah kepergian sahabatnya, Suparman langsung berjalan memasuki area pasar malam.
" Parman, kamu Suparman dari Desa Carbon, kan?" tanya seorang wanita cantik berwajah blasteran.
" Caroline, itu kamu ya?" seru Suparman, setelah memastikan bahwa wanita setengah bule itu adalah teman lamanya dari SMA.
" Huff, ternyata benar kamu, Parman! Kamu di sini sendirian? Aku dengar kabar kamu sudah menikah dengan Linda. Lalu, di mana Linda?" tanya Caroline sambil mendekati Suparman.
" Panjang ceritanya, kamu kenapa bisa nyasar kepasar malam seperti ini? Bukankah kamu biasanya dugem di diskotek?" sindir Parman dengan santainya.
Parman tidak menyangka kalau Caroline yang merupakan keturunan keluarga kaya bisa nyasar kepasar malam, Parman sangat tau kehidupan Caroline yang sering dugem sejak SMA, bahkan dia pernah diajak beberapa kali dugem bersama Caroline dan gengnya.
" Hehehehe.. aku tidak sengaja lewat sini karna penasaran dengan keramaian yang ada disini, jadi aku putuskan untuk mampir dan tidak taunya bisa bertemu kamu." sahut Caroline dengan senyum manisnya.
" Man, bawa aku berkeliling di sini, aku penasaran dengan seperti apa pasar malam, sekalian mengobrol sudah sangat lama kita tidak bertemu." lanjut Caroline dengan senyum manisnya.
" Baiklah, tapi jangan mengeluh jika tidak sesuai ekspektasi, karena yang ada di pasar malam tidak seperti di duniamu," balas Suparman dengan senyum manisnya.
Setelah Caroline mengangguk setuju, mereka berdua memasuki pasar malam, mereka berjalan mengelilingi pasar malam sambil sesekali mengenang masa-masa SMA mereka.
" Man, ayo aku traktir makan bakso? Aku lapar, belum sempat makan malam," tawar Caroline saat melihat gerobak bakso.
" Kamu yakin mau makan di sini?" tanya Parman dengan alis berkerut.
" Suparman, jangan kira karena aku orang kaya, aku tidak pernah makan di gerobak pinggir jalan. Aku sudah biasa makan bakso gerobakan, jadi tenang saja. Ayo, aku yang traktir," balas Caroline sambil menarik tangan Parman.
Suparman yang tak berdaya hanya bisa menuruti kemauan dari Caroline, Suparman begitu heran saat melihat Caroline makan bakso dengan sangat lahap, sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang anak dari keluarga kaya raya.
" Kamu kenapa bercerai dengan Linda, Man? Bukankah saat kelas tiga kalian begitu mesra?" tanya Caroline disela-sela dia menikmati semangkok bakso.
" Biasa masalah ekonomi, aku tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Jadi dia memilih pergi dengan pria yang bisa membuat dirinya menjadi ratu." balas Suparman dengan santai.
" Hufffftttt, apa sekarang kamu menyesal karna waktu sekolah kamu lebih suka tawuran daripada belajar, kamu sekarang mengerti kan kalau tidak ada wanita yang mau hidup susah." Seru Caroline sambil tersenyum penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
udah tahu Linda hamil mau juga man
2025-05-04
0