Rintihan Seorang Istri

"Bu, stok lipcream sepertinya harus ditambah dua puluh ribu pcs. Karena satu Minggu lagi kita memperingati hari besar, pasti banyak pesanan yang akan masuk. Ada potongan harga juga yang disediakan e-commerce" ucap stock keeper, memberi laporan persediaan produk kepada Anita.

"Ah benar, kita harus memanfaatkan hari besar ini. Atur bahan baku untuk satu Minggu, kita tambah lagi persediaan untuk produk yang ditambah. Lalu apa lagi?"

"Sunscreen kita juga dalam tahap peningkatan, kita bisa tambah lima ribu pcs saja"

Anita mendengar sembari mengutak-atik laptop miliknya, tak ada waktu untuk sekedar mengalihkan arah mata, ia terlalu sibuk jika menjelang hari-hari besar.

"Ada lagi?"

"Saya rasa cukup, Bu. Untuk kosmetik yang lain tidak terlalu membludak, saya kira stok yang kita sediakan akan tercukupi" jelas perempuan berambut pendek itu.

"Bagus, tapi pastikan terus supaya jika ada yang masih kurang kita bisa prepare dari sekarang"

"Baik, Bu" dia pun keluar dari ruangan bos nya setelah melakukan pelaporan.

Anita melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua, pekerjaannya masih banyak dan menumpuk tetapi Anita harus segera pulang untuk menyiapkan keperluan suaminya, belum lagi ia mau mampir dulu ke supermarket.

Kalau Arsen datang lebih dulu dan tak menemukannya di rumah, dia bisa mengamuk seperti kemarin sore.

Anita lantas menurut laptop, ia akan melanjutkan di rumah saja. Daripada harus memancing emosi Arsenio.

Anita keluar, disana para karyawannya masih sibuk mempaking barang, beberapa diantara mereka baru saja akan masuk ke dalam ruangan Anita.

"Lho Bu, sudah mau pulang? Padahal saya mau laporan keuangan Minggu ini" kata salah satu perempuan bertubuh gempal disana.

"Iya, Gi. Saya harus cepat-cepat pulang, nanti laporannya kamu kirim saja lewat email, saya cek nanti malam. Maaf ya, saya buru-buru" melewati Gia dan berjalan keluar.

"I-iya Bu, hati-hati" membiarkan sang atasan pergi, Gia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, aneh melihat Anita yang selalu buru-buru pulang di jam-jam sibuk seperti ini.

Tapi mau tak mau Gia melaksanakan perintah Anita, ia juga tidak ada hak untuk tau hal itu.

Anita melajukan mobil merahnya menuju supermarket tempat ia biasa berbelanja, sambil mendorong troli Anita memilih bahan-bahan dengan cepat, tak memandang harga asalkan ia bisa cepat pulang.

Anita berdecak ketika antrian kasir memajang, apalagi mereka juga membeli banyak belanjaan.

Setelah melakukan pembayaran hampir 20 menit lamanya, Anita bergegas ke mobil meninggalkan tempat perbelanjaan.

Sesampainya di rumah, Anita menepuk jidat ketika melihat teras rumah yang kotor akibat debu dari angin yang berterbangan.

"Ya Tuhan, pekerjaan ku makin banyak saja!"

Anita masuk dan langsung memanaskan kompor untuk mengukus makanan, sambil menunggu ia naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian.

Anita turun ke bawah untuk mengepel lantai teras sampai benar-benar tak ada debu yang menempel.

Dilihat jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga lebih, ia kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak. Anita memang biasa memasak makan malam di sore hari agar nanti ia tinggal memanaskan saja, belum lagi dirinya juga harus menyiapkan cemilan ringan sebagai penunda lapar untuk Arsen.

Air hangat juga tak lupa Anita siapkan agar Arsen bisa langsung membersihkan diri tanpa menunggu lebih dulu.

Brumm...

Deru mobil Arsen tiba sekitar pukul empat, hal itu membuat Anita melesat untuk menyambut kepulangan suaminya.

Ketika pintu terbuka Arsen sudah disambut oleh sosok sang istri, senyum serta raut bahagia tak pernah hilang dari wajah cantik Anita.

"Selamat datang Papih!" Anita menghamburkan pelukan pada lelaki bertubuh tinggi didepannya, tak lupa kecupan di pipi Arsen Anita bubuhkan.

"Kau baru pulang?" Arsen menelisik.

"Tidak kok Pih" ungkap Anita, mungkinkah raut wajahnya kurang santai?

"Kau belum mandi?" Tanya Arsen lagi.

"Hehe... Belum Pih. Aku tadi memasak dulu jadi belum sempat mandi deh, aku bau ya Pih?" Mencium aroma ketiaknya sendiri.

"Kau berkeringat!" Ujarnya sembari melangkah ke kamar atas.

Anita mengekori dari belakang sambil menjinjing tas kerja Arsenio.

"Kau tak lupa tugas mu kan?"

"Tidak, Pih. Pokoknya semua beres" sahut Anita meyakinkan, sedikit saja ada yang mengganggu penglihatan Arsen, maka Anita bisa dituding tidak becus melakukan pekerjaan rumah. Dia sudah seperti pembantu saja di rumahnya sendiri.

"Papih bisa langsung mandi, air hangatnya sudah aku siapkan"

"Hmm..." Menanggapi tanpa kata-kata.

"Aku ke bawah dulu ya Pih, bawa cemilan di dapur"

"Nanti saja!" Cegah Arsen.

"Hah? Tapi ini untuk Papih"

"Aku bilang nanti ya nanti..!! Sekarang bersihkan tubuhmu dulu, kau bilang kau belum mandi kan?" Kata Arsen memerintah.

Anita berloading sejenak, mungkinkah bau tubuhnya sangat menyengat? Atau ada alasan lain Arsen menyuruhnya cepat-cepat membersihkan diri?

"Papih.... Mau mandi bersama ku?" Anita mencoba menelaah ucapan suaminya.

"Ya sudah kalau kau tidak mau!" Ketus Arsen.

Seketika kedua mata Anita membola, dengan cepat ia menyela, dan menerima ajakan Arsen barusan.

"Mau! Aku mau mandi bersama Papih" Anita jingkrak-jingkrak, sudah seperti anak kecil yang ditawari permen lolipop.

Ia menyusul Arsen ke dalam kamar mandi, pria itu sudah membuka pakaiannya sendiri, begitupun yang dilakukan Anita, perempuan itu melepas kaos yang baru saja ia pakai, masih bersih, tapi demi mandi bersama Arsen Anita rela menggantinya.

Melihat sang istri yang sudah polos, Arsen dibuat bergejolak, hormon testosteron nya bekerja setiap kali melihat tubuh molek Anita, tapi anehnya Arsen seperti buta melihat lebam keunguan di beberapa bagian badan istrinya.

"Papih, kita bakalan mandi saja kan?"

"Menurut mu?"

Di dorongnya tubuh Anita ke dinding kamar mandi, mengukung Anita dengan kedua lengan besarnya.

Arsen melahap bibir lembab sang istri dengan buas, meski sangat brutal tapi Anita justru senang karena Arsen tidak menyentuhnya dalam keadaan marah.

Tapi saat Arsen baru saja mau memasuki Anita, darah segar muncul dari selangkangan wanitanya, membuat kedua orang itu terkejut.

Anita datang bulan!

Tatapan Arsen seketika berubah, seperti ada api yang muncul di bola mata hitam itu.

"Kau mempermainkan ku?!!!"

"T-tidak, Pih! Aku tidak tau akan datang bulan hari ini"

"BOHONG!!!" Sambil menarik rambut Anita dengan kencang.

"Kau benar-benar pintar mempermainkan ku ya!" Geram Arsen.

"Pih... Sakitttt...." Rintih Anita, ketika rambutnya terasa dicabut satu persatu.

"Berhenti pura-pura! Kau merencanakan ini untuk mengelabui ku kan?? Kau pikir aku bodoh, hah!!"

"Sini Kau!!!"

Arsen menarik Anita ke arah bathup, menenggelamkan kepala wanita itu ke dalam bak yang terisi air penuh.

"Jangan Pih" mohon Anita meminta belas kasihan suaminya.

Seakan tuli, Arsen terus melelapkan kepala Anita ke dalam ember besar tersebut, tak peduli jika Anita kehabisan nafas ataupun pingsan sekalipun.

Rintihan serta jeritan Anita seperti sebuah lagu merdu di telinganya, Arsen terus menyiksa Anita sampai batinnya puas dan terpenuhi.

Terpopuler

Comments

Rahma Inayah

Rahma Inayah

suami spt psikopat aja ..demi cnt rela disika ,sdh kerja di luar kerja pula drumh spt art..LBH baik push dr pada punya suami spt ni

2025-04-28

3

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

hadeuh si Arsen lelaki tak tahu diuntung tunggu saja penyesalan terdalammu dan hidupnya yang menderita disebabkan akibat dari menyiksa Anita yang tidak beradab, kelakuannya menyiksanya melebihi hewan,jadi nggak sabar menunggu Arsen yang lebih menderita

2025-04-28

1

Soraya

Soraya

ceritanya dirubah thor jgn terlalu merendahkan wanita, bacanya kyknya gmn gitu

2025-04-28

2

lihat semua
Episodes
1 Makanan Sehari-hari
2 Air Mataku, Kesenangan Mu
3 Rintihan Seorang Istri
4 Lebih Sakit Tanpa Mu
5 Aku Juga Lelah
6 Semua Berawal Darimu
7 Mereka Masih Sama
8 Teman Lama
9 Tak Ada Waktu
10 Hari Ulang Tahun
11 Hadiah Mewah Dari Sahabat
12 Harapan Pada Salah
13 Wanita Jahat?
14 Kepercayaan Arsen
15 Anita Mual
16 Hasil Tespact
17 Dingin Tapi Perhatian
18 Mama Mertua
19 Membela Istri
20 Pertama Sejak Terakhir Kali
21 Kembali Mekar
22 Pujian Yang Tersirat
23 Alasan Sakit Sebenarnya
24 Sesuai Janji
25 Yang Pantas Disalahkan
26 Hormon Ibu Hamil?
27 Teman Dekat dan Suami
28 Sekedar Masa Lalu
29 Masuk Rumah Sakit
30 Perasaan Khawatir Yang Sama
31 Bisa Membuat Cemburu
32 Hasil Pemeriksaan
33 Tidak Kembali
34 Tak Siap Kehilangan Cinta
35 Membantu Mu Sampai Akhir
36 Jangan Membuat Anita Hamil
37 Operasi Tanpa Suami
38 Sarapan Bersama Wanita Lain
39 Menjaganya Dengan Baik
40 Teman Bicara
41 Dia Prioritasku
42 Tidak Akan Pergi
43 Akan Datang
44 Menerima Kembali?
45 Sempat Kecewa
46 Pulang Ke Rumah
47 Telpon Misterius
48 Lupa Jadwal Mu
49 Kesekian Kali
50 Pesan Dari Siapa?
51 Harapan Ananda
52 Papah Mertua
53 Janji Kelingking
54 Bukti Nyata
55 Hati Yang Kau Rusak
56 Belum Luluh Juga
57 Penjelasan Tak Berlogika
58 Jarak Baru
59 Sikap Dingin Anita
60 Jangan Menghalangi
61 Saat Aku Sudah Diam
62 Bertahan Bukan Bukti Cinta
63 Berakhir
64 Kepulangan Yang Tak Pasti
65 Tak Lagi Menoleh Kebelakang
66 Pulang
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Makanan Sehari-hari
2
Air Mataku, Kesenangan Mu
3
Rintihan Seorang Istri
4
Lebih Sakit Tanpa Mu
5
Aku Juga Lelah
6
Semua Berawal Darimu
7
Mereka Masih Sama
8
Teman Lama
9
Tak Ada Waktu
10
Hari Ulang Tahun
11
Hadiah Mewah Dari Sahabat
12
Harapan Pada Salah
13
Wanita Jahat?
14
Kepercayaan Arsen
15
Anita Mual
16
Hasil Tespact
17
Dingin Tapi Perhatian
18
Mama Mertua
19
Membela Istri
20
Pertama Sejak Terakhir Kali
21
Kembali Mekar
22
Pujian Yang Tersirat
23
Alasan Sakit Sebenarnya
24
Sesuai Janji
25
Yang Pantas Disalahkan
26
Hormon Ibu Hamil?
27
Teman Dekat dan Suami
28
Sekedar Masa Lalu
29
Masuk Rumah Sakit
30
Perasaan Khawatir Yang Sama
31
Bisa Membuat Cemburu
32
Hasil Pemeriksaan
33
Tidak Kembali
34
Tak Siap Kehilangan Cinta
35
Membantu Mu Sampai Akhir
36
Jangan Membuat Anita Hamil
37
Operasi Tanpa Suami
38
Sarapan Bersama Wanita Lain
39
Menjaganya Dengan Baik
40
Teman Bicara
41
Dia Prioritasku
42
Tidak Akan Pergi
43
Akan Datang
44
Menerima Kembali?
45
Sempat Kecewa
46
Pulang Ke Rumah
47
Telpon Misterius
48
Lupa Jadwal Mu
49
Kesekian Kali
50
Pesan Dari Siapa?
51
Harapan Ananda
52
Papah Mertua
53
Janji Kelingking
54
Bukti Nyata
55
Hati Yang Kau Rusak
56
Belum Luluh Juga
57
Penjelasan Tak Berlogika
58
Jarak Baru
59
Sikap Dingin Anita
60
Jangan Menghalangi
61
Saat Aku Sudah Diam
62
Bertahan Bukan Bukti Cinta
63
Berakhir
64
Kepulangan Yang Tak Pasti
65
Tak Lagi Menoleh Kebelakang
66
Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!