Air Mataku, Kesenangan Mu

Plakkk!

Plakkk!

Dengan sangat ringan tangan Arsen menampar wajah Anita dikedua sisinya, membuat ruam kemerahan tergambar jelas di pipi mulus wanita itu.

Anita menggeram sebab tak mampu berteriak, berusaha menahan sakit yang menjalar di area muka yang masih tertanam bekas siksaan kemarin, tapi sudah ia dapatkan pula luka yang baru.

"Rasakan ini"

Plakkk!

"Masih kurang? Rasakan sampai kau puas!"

Plakkk!

Plakkk!

"Emmm..... Pihhhh...." Mendesis kesakitan yang luar biasa, Anita memejamkan mata ketika tangan Arsen menempel di pipinya, menimbulkan bunyi nyaring akibat tepukan yang amat keras.

Arsen melepas cekikan tangannya dari leher Anita, membuat korban terbatuk-batuk akibat udara yang masuk secara serentak.

"Uhuk...! Uhuk....!"

Baru saja Anita bisa bernafas, Arsen sudah kembali menariknya, memposisikan Anita supaya berjongkok di hadapannya.

"Ini kan yang kau mau?? Menikmati milikku? Aku ku berikan sampai kau puas!"

Arsen melepas celananya, masih dengan menarik rambut belakang Anita.

"Jangan pihhh!" Cegah perempuan tersebut.

Ia tidak ingin Arsen melakukan hubungan se k su al dengan cara kasar, ini yang paling menyiksa bagi Anita, melebihi tamparan dan pukulan yang biasa diberikan oleh Arsen.

"Diam!!! Jangan pura-pura lugu mendapat sentuhan dariku, kau hanya membuatku semakin muak melihatmu!" Hina Arsen.

Dan begitu mulut Anita terasa penuh, disitulah air matanya lolos setelah sekian lama tak ia tampakkan.

"Berhenti menangis! Aku bilang berhenti...!!"

Anita sekuat tenaga menahan cairan yang terus membasahi di kedua pipinya, ditambah tindakan Arsen yang sangat menghinanya ini tak kuasa Anita anggap seperti kekerasan biasa.

Bukan sampai disitu saja, Arsen terus melanjutkan penyiksaan tersebut sampai ke bagian inti sang istri.

Alih-alih mendapatkan kenikmatan, Anita bahkan tak bisa merasakan sensasi dari setiap sentuhan Arsen, wajar saja ia bukanlah seorang yang mengidap penyakit masokis.

Sampai titik puncak yang dialami Arsen tercapai, barulah ia melepaskan Anita, membiarkan wanitanya terbaring lemas tak berdaya, sedangkan ia berlalu guna membersihkan diri tanpa ada kata romantis yang terucap seusai pergulatan panas berakhir.

Lagi dan lagi Anita hanya bisa memendam tangisan pilu yang tak didengar, memendam luka di setiap liku yang ia dapatkan dari kesengajaan orang-orang.

"Aku harap bisa segera hamil agar kamu tak semena-mena lagi padaku, Pih... Hikss!"

Sudah hampir setahun Anita belum diberi lagi kepercayaan untuk mengandung seorang anak, setelah kandungan pertamanya gugur, kini ia sulit untuk hamil anak kedua. Padahal Arsen tak pernah menyuruhnya menunda kehamilan, Arsen selalu menyentuhnya meski hubungan diantara mereka kian berjarak.

Tapi Anita harus menelan ludah setiap kali melakukan testpack, garis satu itu selalu muncul di depan matanya, darah segar selalu datang di setiap bulan, menandakan jika belum ada makhluk yang mengisi dinding rahim Anita.

Setelah sama-sama membersihkan diri, keduanya langsung berbaring diatas kasur yang sama. Arsen lebih dulu terbang ke alam mimpi sehabis memenuhi kebutuhan biologisnya.

Berbeda dengan Anita, yang masih terjaga sambil menatap punggung sang suami, tidur silih berjauh-jauhan, membuat Anita rindu akan pelukan hangat Arsen disetiap malamnya.

Tidur di atas lengan pria itu sembari menggambar sesuatu di dada bidang Arsen dengan jari telunjuknya.

Kapan bisa seperti dulu lagi?

Anita rindu.

Rindu lelakinya yang dulu, yang selalu memberikan ciuman lembut di pucuk kepala, tak lupa kalimat romansa yang membuat Anita jatuh cinta setiap harinya.

Mungkinkah bisa terlaksana?

***

"Hari ini papih pulang jam berapa?" Seru Anita pada Arsen yang sedang mengikat dasi.

"Tidak tau" ketus Arsen.

"Papih mau aku masakan apa saat pulang? Setelah pulang kerja aku mau mampir ke supermarket, aku masakan steak bagaimana?"

"Ck, bisa tidak sih kamu berhenti berbicara?!! Kamu tidak lihat aku sedang fokus memakai dasi? Mulutmu itu sudah seperti penjual di pasar saja tau!" Sentak Arsen geram.

Seketika Anita tak berani bersuara, padahal ia cuma ingin bertanya hal yang ringan saja. Tapi kenapa harus ditanggapi dengan urat segala?

"M-maaf Pih..." Lirihnya.

Anita memutuskan ikut bersiap, karena ia juga wanita karir yang mempunyai usaha kecil-kecilan, maka dari itu Anita pergi bekerja dari pagi sampai pukul dua siang, sebelum Arsen pulang ke rumah.

Mereka berangkat menggunakan mobil masing-masing, sebelum keduanya masuk ke dalam kendaraan, Anita terlebih dahulu mencium pipi suaminya sekilas.

"Hati-hati, Pih. Jangan kebut-kebutan di jalan, kabari kalau sudah sampai ya" ujar Anita walau ia tau permintaannya tak akan pernah Arsen turuti.

Arsen tak protes dengan kecupan sang istri, ia hanya memasang raut dingin seperti biasa, meski dirinya bersikap jahat sekalipun Anita akan tetap berlaku baik padanya.

Tanpa membalas sang istri, Arsen lebih dulu naik ke dalam kendaraan beroda empat miliknya. Saat Arsen mengeluarkan mobil dari halaman rumah pun Anita masih tetap berdiri menunggunya, Arsen melirik kembali pada perempuan itu, Anita melambaikan tangan dengan senyum manis yang selalu terpancar.

Arsen segera memalingkan muka, ia mulai melajukan kendaraan dan pergi menuju perusahaan miliknya.

Setelah memastikan Arsen berangkat, barulah Anita masuk ke dalam mobil. Rumah produksi adalah tujuan Anita, bisnis kecantikan yang telah Anita tempuh dari jaman kuliah masih terus berlangsung hingga saat ini.

Ditempat itulah Anita melepas semua beban pikiran, disibukkan dengan hal-hal positif membuat Anita lupa akan masalah rumah tangganya, ditemani kerumunan orang-orang baik yang membuat Anita tertawa lepas membuang semua tanggungan di pundaknya.

Selagi belum diberi momongan, Anita masih bisa aktif mengawasi usahanya sendiri, meningkatkan lagi penjualan sehingga bisa membuka lowongan pekerjaan bagi para pencari kerja.

Anita bangga pada dirinya bisa sampai dititik ini, meski pernikahannya tak semulus bisnis yang ia jalani, tapi setidaknya ada hal yang bisa menjadi semangat hidup Anita.

Lahan yang Anita beli untuk memperluas ruang produksi mulai dibangun hari ini, para tukang mulai sibuk membuat pondasi, mereka saling bergotongroyong dalam pembangunan.

"Pak Erik" panggil Anita.

Yang dipanggil langsung menghampiri, memberi sapaan pada yang telah memberinya pekerjaan.

"Ya Bu?"

"Bahan-bahan yang kemarin dibeli kira-kira cukup untuk hari ini?"

"Saya kira cukup, bu. Paling kita belanja lagi lusa" kata pak Erik selaku mandor sekaligus tukang dalam pembangunan ini.

"Baik kalau begitu, jika ada keperluan lain datang saja ke ruangan saya ya pak. Untuk nanti siang saya minta semuanya istirahat dulu, jangan ada yang menunda makan siang, saya tidak mau kalau ada yang sampai jatuh sakit" tutur Anita, ia memang sangat perhatian sebagai seorang bos. Memanusiakan manusia adalah prinsipnya dalam bekerja.

"Siap, Bu! Akan saya laksanakan"

"Terimakasih pak Erik, kalian bisa lanjut lagi bekerja"

Terpopuler

Comments

🤩😘wiexelsvan😘🤩

🤩😘wiexelsvan😘🤩

anita seorang wanita karir yg sukses tp knp begitu bodoh dalam mencintai suaminya
anita cukup sudah setaun kamu menjalani rumah tangga yg sprt neraka
cepetan pergi dan tinggallin bang arsen buktiin kamu bisa hidup tanpa bang arsen

2025-04-28

3

Uthie

Uthie

harusnya dengan penyiksaan yg terus menerus begitu, bekas-bekas tamparan suaminya itu jelas berbekas donggg.... ditambah ternyata dia juga adalah wanita karier.. dilihat bnyak karyawan nya juga 🤔

2025-05-05

1

🦁R14n@

🦁R14n@

Pny usaha sendiri ngapain bertahan? suami ringan tangan juga tinggalkan aja biar tau suamimu bhw km bs mandiri dan sukses tanpa dia, nikmati hidup 😁🤭

2025-04-27

2

lihat semua
Episodes
1 Makanan Sehari-hari
2 Air Mataku, Kesenangan Mu
3 Rintihan Seorang Istri
4 Lebih Sakit Tanpa Mu
5 Aku Juga Lelah
6 Semua Berawal Darimu
7 Mereka Masih Sama
8 Teman Lama
9 Tak Ada Waktu
10 Hari Ulang Tahun
11 Hadiah Mewah Dari Sahabat
12 Harapan Pada Salah
13 Wanita Jahat?
14 Kepercayaan Arsen
15 Anita Mual
16 Hasil Tespact
17 Dingin Tapi Perhatian
18 Mama Mertua
19 Membela Istri
20 Pertama Sejak Terakhir Kali
21 Kembali Mekar
22 Pujian Yang Tersirat
23 Alasan Sakit Sebenarnya
24 Sesuai Janji
25 Yang Pantas Disalahkan
26 Hormon Ibu Hamil?
27 Teman Dekat dan Suami
28 Sekedar Masa Lalu
29 Masuk Rumah Sakit
30 Perasaan Khawatir Yang Sama
31 Bisa Membuat Cemburu
32 Hasil Pemeriksaan
33 Tidak Kembali
34 Tak Siap Kehilangan Cinta
35 Membantu Mu Sampai Akhir
36 Jangan Membuat Anita Hamil
37 Operasi Tanpa Suami
38 Sarapan Bersama Wanita Lain
39 Menjaganya Dengan Baik
40 Teman Bicara
41 Dia Prioritasku
42 Tidak Akan Pergi
43 Akan Datang
44 Menerima Kembali?
45 Sempat Kecewa
46 Pulang Ke Rumah
47 Telpon Misterius
48 Lupa Jadwal Mu
49 Kesekian Kali
50 Pesan Dari Siapa?
51 Harapan Ananda
52 Papah Mertua
53 Janji Kelingking
54 Bukti Nyata
55 Hati Yang Kau Rusak
56 Belum Luluh Juga
57 Penjelasan Tak Berlogika
58 Jarak Baru
59 Sikap Dingin Anita
60 Jangan Menghalangi
61 Saat Aku Sudah Diam
62 Bertahan Bukan Bukti Cinta
63 Berakhir
64 Kepulangan Yang Tak Pasti
65 Tak Lagi Menoleh Kebelakang
66 Pulang
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Makanan Sehari-hari
2
Air Mataku, Kesenangan Mu
3
Rintihan Seorang Istri
4
Lebih Sakit Tanpa Mu
5
Aku Juga Lelah
6
Semua Berawal Darimu
7
Mereka Masih Sama
8
Teman Lama
9
Tak Ada Waktu
10
Hari Ulang Tahun
11
Hadiah Mewah Dari Sahabat
12
Harapan Pada Salah
13
Wanita Jahat?
14
Kepercayaan Arsen
15
Anita Mual
16
Hasil Tespact
17
Dingin Tapi Perhatian
18
Mama Mertua
19
Membela Istri
20
Pertama Sejak Terakhir Kali
21
Kembali Mekar
22
Pujian Yang Tersirat
23
Alasan Sakit Sebenarnya
24
Sesuai Janji
25
Yang Pantas Disalahkan
26
Hormon Ibu Hamil?
27
Teman Dekat dan Suami
28
Sekedar Masa Lalu
29
Masuk Rumah Sakit
30
Perasaan Khawatir Yang Sama
31
Bisa Membuat Cemburu
32
Hasil Pemeriksaan
33
Tidak Kembali
34
Tak Siap Kehilangan Cinta
35
Membantu Mu Sampai Akhir
36
Jangan Membuat Anita Hamil
37
Operasi Tanpa Suami
38
Sarapan Bersama Wanita Lain
39
Menjaganya Dengan Baik
40
Teman Bicara
41
Dia Prioritasku
42
Tidak Akan Pergi
43
Akan Datang
44
Menerima Kembali?
45
Sempat Kecewa
46
Pulang Ke Rumah
47
Telpon Misterius
48
Lupa Jadwal Mu
49
Kesekian Kali
50
Pesan Dari Siapa?
51
Harapan Ananda
52
Papah Mertua
53
Janji Kelingking
54
Bukti Nyata
55
Hati Yang Kau Rusak
56
Belum Luluh Juga
57
Penjelasan Tak Berlogika
58
Jarak Baru
59
Sikap Dingin Anita
60
Jangan Menghalangi
61
Saat Aku Sudah Diam
62
Bertahan Bukan Bukti Cinta
63
Berakhir
64
Kepulangan Yang Tak Pasti
65
Tak Lagi Menoleh Kebelakang
66
Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!