Menemukan Warisan.

"Anakku .. Cen'er anakku ..kau sudah sembuh nak.. ya dewa aku berterima kasih kepada mu karena telah menyembuhkan putraku." Ucap Su yin sambil terisak lalu memeluk Xion Cen dengan erat .

"Ibu..pelukanmu terlalu erat ... apakah ibu ingin membunuhku..?" Ucap Xion Cen menyadarkan ibunya , wanita cantik itu dengan cepat mengendorkan pelukannya .

"Maafkan ibu nak , ibu terlalu senang.. sehingga lupa . " Ucapnya tersenyum bahagia , mereka bertiga pergi keruang makan. Su yin ingin membuat makanan yang enak untuk anaknya , ia berfikir Xion Cen pasti kelaparan , karena ia tahu kalau Xion Cen sekarang bukanlah seorang kultivator, walaupun begitu ia tetap menyayanginya.

Su yin dengan cepat pergi ke dapur memasak makanan kesukaan Xion Cen, setelah masak ia menghidangkannya untuk anaknya , namun ia bingung melihat wajah Xion Cen terlihat biasa saja ketika melihat hidangan kesukaannya yang telah ia buat, malah ia terlihat seperti tidak menyukai nya, begitu juga dengan ayahnya yang terlihat heran , ia sangat tahu betul kalau makanan itu kesukaan Xion Cen sedari kecil , sampai sampai ia iri dengan istrinya karena lebih mementingkan Xion Cen di banding dirinya .

"Ibu terimakasih.. tapi aku tak lapar..." Ucap Xion Cen sambil tersenyum tak enak dengan usaha ibunya demi untuk menyenangkan dirinya, ia mengambil sedikit lalu memakannya agar ibunya tak sedih.

"Ibu makanan ibu enak sekali ,"ucap Xion Cen sambil tersenyum ,walaupun ia tak suka dengan makanan yang disukai Xion Cen sebelumnya , ia tetap menghargai ibunya.

"Ayah makanlah juga." Ucap Xion Cen menatap ayahnya yang sedari tadi memperhatikannya, ia langsung kaget melihat Xion Cen menawarkan makanan kesukaannya kepada dirinya , biasanya ia tak ingin berbagi .

"Cen'er apa kau tak menyukai masakan ibumu nak .?" Ucap Su yin terlihat sedih, melihat itu Xion Cen jadi tak enak hati.

" Ibu tadi dikamar Cen'er sudah banyak memakan kue dan buah buahan yang tersedia di atas meja yang terletak di samping tempat tidur," Xion Cen jadi teringat setelah ia siuman karena kelaparan ia memakan semua kue dan buah buahan sebelum ia memulai berkultivasi.

"Ibunya yang mengetahui itu, akhirnya tersenyum, ayahnya dengan senang hati menghabiskan makanan yang juga menjadi makanan kesukaannya, namun selama ini ia lebih suka mengalah dan mengutamakan anak kesayangannya itu dibanding dirinya sendiri , melihat anaknya senang ia juga ikut senang.

Setelah puas berbincang bersama, Xion Cen undur diri untuk jalan di sekitar klannya, terutama ke ruang perpustakaan, setiap orang orang yang kebetulan ber pas pasan dengannya tampak kaget dan menegurnya, hingga membuat berita kesembuhannya menyebar dengan cepat keseluruh klannya .

Setelah sampai di perpustakaan , tetua penjaga perpustakaan tampak begitu kaget ketika melihat kehadirannya .

"Cen'er ...?" Ucapnya tak percaya, Xion Cen hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Paman Zu apa kabar paman ." Tatap Xion Cen ke wajah pria itu, ia sengaja berbicara dengan sopan agar terlihat sama dengan Xion Cen yang terdahulu.

"Paman sehat sehat saja, bagai mana kabarmu Cen'er.?"

"Sama paman , Cen'er sehat sehat juga ." Xion Zu tak menyangka , bocah yang terluka separah itu, kini muncul di hadapannya dalam keadaan segar bugar, awalnya ketika melihat Xion Cen ia tampak tak percaya, ia mengira itu hanyalah ilusi, ketika Xion Cen berbicara kepadanya , baru ia yakin itu memang Xion Cen .

"Cen'er apa yang kau lakukan di sini , ?"

"Hanya melihat lihat saja paman , mana tau ada buku yang menarik untuk di pelajari, Cen'er bosan di kamar."

"Masuklah... Pilihlah buku apa saja yang kamu suka ." Ucap Xion Zu tampak senang, Xion Cen tak mungkin pergi ke bagian kitab, karena ia mengetahui kalau keponakannya itu sekarang sudah tak bisa lagi berkultivasi.

"Terimakasih paman. " Xion Cen memasuki perpustakaan, banyak pemuda klan yang menatapnya dengan heran, mereka mengetahui keadaan Xion cen semenjak kejadian itu, sekarang bocah itu malah muncul di perpustakaan dalam keadaan baik baik saja.

"Adik kenapa kau di sini, ini bukan tempatmu ." Ucap seorang pemuda menghampirinya terlihat jijik menatap Xion cen namun ia menutupinya dengan keramahannya , apa lagi setelah ia tahu Xion Cen tidak dapat berkultivasi lagi. Padahal saat ini Xion Cen sengaja menyembunyikan ranah tingkatannya , hingga tak satupun orang dapat mengetahuinya. Tehnik itu ia dapatkan bersamaan dengan tehnik pernapasan dewa kegelapan .

"Oh kakak Lang, aku hanya ingin jalan jalan saja, bosan di kamar." Xion Cen menjawab dengan cuek, ia mengetahui kalau anak tetua ke dua Xion Lay yang bernama Xion Lang itu tidak menyukai dirinya sedari dulu, ia mengetahui itu dari ingatan Xion Cen sang pemilik tubuh sebelumnya.

"Baiklah.. tapi hati hati jangan pilih kitab sembarangan nanti tubuhmu mengalami penyimpangan Qi, jika salah baca kitab , oh ia... aku lupa bukannya kau tak bisa berkultivasi lagi.. jadi tak apa apalah bila kau membaca kitab apapun karena tetap saja tak berguna untukmu ." Xion Lang tampak tersenyum senang mengingat kemalangan nya sebelumnya , walaupun ia sembuh ia sekarang sudah menjadi orang yang tak berguna.

"Terimakasih kakak Lang sudah memberi tahu Cen'er." Xion Cen lalu pamit pergi meninggalkannya tanpa menoleh kebelakang.

"Dasar tak berguna kenapa kau tak mati saja sekalian " ucap Xion Lang dalam hati ia terlihat mencibir menatap kepergian Xion Cen.

Setelah meninggalkan Xion Lang , ia memasuki ruangan yang banyak terdapat kitab kitab yang jarang di disentuh orang, bahkan tidak ada satu orang pun yang mau melihatnya apa lagi mempelajarinya karena diruangan itu hanya ada kitab yang usang yang telah lapuk di makan usia , jadi tak mungkin bisa untuk di pelajari karena karena tak lengkap dan banyak yang rusak telah di makan rayap jadi sia sia untuk dipelajari

Orang orang yang melihat Xion Cen memasuki ruangan itu tampak mencibir dan mencemooh dirinya, ia langsung jadi bahan pembicaraan pemuda pemuda klannya.

"Memang kalau sampah pasti mainnya di tempat sampah juga ." celetuk salah seorang pemuda menyindir Xion Cen.

"benar apa yang kau katakan, kalau sudah puas ia bermain di tempat sampah , ujung ujungnya pasti ia bermain air comberan." mendengar ucapan itu mereka semua tertawa.

"hussst.. Jaga ucapan kalian, walaupun ia sekarang menjadi sampah yang paling bau sekalipun , ia masih tetap tuan muda kita." ucap seseorang dari mereka menasehati mereka semua.

"biarkan sajalah, dia memang sampah mau diapakan saja tetap aja sampah ." ucap seorang gadis berkata dengan sinis , mereka semua berjalan meninggalkan tempat itu setelah puas menghina Xion Cen

Di dalam ruangan yang sedikit bau lembab dan buku yang membusuk di makan usia kini tampak terlihat berdebu karena semua kitab itu sudah tak terawat sekian lama hingga bertahun tahun di biarkan terbengkalai begitu saja, yang anehnya kitab kitab itu tak ada yang membuang atau memusnahkannya.

Sambil melihat lihat ia mengitari tempat itu

Tiba tiba angin bertiup kencang , Xion Cen tak tahu dari mana angin itu berasal , kitab kitab itu beterbangan hingga membuat tempat itu semakin berantakan, tampak sebuah kitab bersampul hitam berukirkan seekor naga tengah melayang di udara , Xion Cen menatap kitab itu dengan takjub tiba tiba keadaan kembali seperti semula.

t

Namun kitab itu tetap tak bergerak ia terlihat mengambang di udara seolah olah menginginkan Xion Cen untuk meraihnya .

Terpopuler

Comments

Ibad Moulay

Ibad Moulay

Kultivasi Dewa Kegelapan Pelahap Semesta

2025-05-04

2

Rhaka Kelana

Rhaka Kelana

pelajari, amati, taklukkan....

2025-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!