Episode 3 - Percobaan Sihir Pertama: Teori, Praktek dan Bau Gosong

Malam hari di istana ternyata jauh lebih sunyi dari yang kupikirkan.

Tidak ada teriakan “SELAMAT PAGI, TUAN MUDAAA” yang memecah gendang telinga. Hanya langit hitam yang bertabur bintang, dan angin malam yang menyelinap lewat sela jendela tinggi.

Seharusnya aku tidur. Harusnya.

Tapi sejak aku terbaring di ranjang ini, mataku tidak kunjung terpejam. Tubuhku terasa berat... namun pikiranku justru terlalu aktif.

Mungkin karena... rasa penasaran itu. Tentang tubuh ini. Tentang diriku sekarang.

Arlan. Tuan Muda Kerajaan Argandia. Pewaris darah bangsawan. Pemilik wajah terlalu tampan untuk manusia normal. Tapi juga... tubuh yang lemah seperti tisu kena hujan.

Bahkan jalan lima langkah tadi pagi saja bikin napas ngos-ngosan seperti habis lari maraton sambil bawa beban dosa.

Aneh, kan?

Tapi ada sesuatu yang menggangguku sejak siang tadi. Saat lewat di halaman pelatihan para ksatria... aku merasakan sesuatu. Seperti... getaran dalam tubuhku. Reaksi. Ketertarikan. Tapi bukan secara fisik. Lebih seperti... resonansi?

Dan sekarang, di tengah keheningan malam, aku bisa merasakannya lagi.

Gejolak. Seperti ada energi... yang bergerak di bawah kulitku. Mengalir dalam darahku. Menyusup ke napas. Tapi bukan demam. Bukan rasa sakit. Justru... terasa hidup.

Aku menarik napas panjang, lalu duduk perlahan di atas ranjang. Selimut melorot ke pinggang, dan udara malam langsung menggigit leherku. Tapi aku terlalu fokus untuk peduli.

Tanganku terangkat pelan. Kutatap telapak tangan ini... tangan Arlan.

Tidak gemetar. Tidak pucat. Tapi terasa... berat. Seolah ada kekuatan yang tertahan di dalamnya. Menunggu dilepaskan.

“Sihir,” gumamku pelan.

Ya. Itu satu-satunya penjelasan yang masuk akal. Bukan penyakit. Bukan kutukan. Tapi... sihir yang bersemayam terlalu besar untuk tubuh ini tampung.

Dunia ini penuh sihir, kan? Ada sihir petir, sihir penyembuh, sihir pertahanan. Tapi... bagaimana sihir bekerja?

Di dunia sebelumnya—bumi, dunia yang penuh logika dan gravitasi pajak—aku hanya bisa bermimpi soal sihir. Tapi di sini... aku merasakannya. Dan dulu, saat di ruang putih setelah mati, aku sempat bermain-main dengan konsep sihir. Eksperimen kecil. Percobaan manipulasi energi spiritual.

Dan sekarang, semuanya seperti... masuk akal.

Jika tubuh ini lemah, mungkin bukan karena ia rusak. Tapi karena sihir di dalamnya belum menyatu. Belum bisa diakses. Belum bisa dikendalikan.

Otot pun perlu latihan, bukan?

Jadi kenapa sihir tidak bisa diperlakukan seperti otot?

Aku mulai memejamkan mata, menarik napas panjang, dan mencoba merasakan—bukan dengan tubuh, tapi dengan kesadaran.

Diam.

Lalu perlahan...

Ada sensasi hangat. Seperti percikan api kecil. Di dalam dada. Lalu menjalar ke perut. Ke tangan. Ke ujung jari.

Oh. Ini... berhasil?

Aku mencoba mengarahkan fokus ke tangan kanan. Bayangkan... seberkas cahaya. Kecil saja. Seperti kunang-kunang. Fokus. Alirkan.

Dan—brak.

Aku terbatuk keras, tubuh seperti tertarik ke belakang. Suara berdentum kecil dari telapak tanganku... dan asap tipis keluar dari kulit.

“Wuh... oke. Catatan: jangan langsung coba sihir sebelum ada petunjuk.”

Jantungku berdetak kencang, tapi bukan karena takut. Aku... senang.

Itu berhasil. Walau hanya sedikit. Walau tanpa kontrol. Tapi... berhasil.

Aku mencoba lagi. Lebih pelan. Kali ini tidak mencoba menciptakan cahaya, hanya... menyatukan rasa. Memahami aliran energi itu.

Aku bisa merasakannya kini. Seperti aliran sungai kecil dalam tubuhku. Sihir. Murni. Berlimpah. Tapi liar.

Dan mungkin... itulah alasan tubuh Arlan terasa rapuh. Seperti balon kecil diisi uap bertekanan tinggi. Tinggal tunggu waktu sampai meledak... atau bocor diam-diam.

Tapi jika aku bisa mengendalikannya...

Jika aku bisa menjinakkan sihir ini...

Bukan cuma tubuh ini akan sembuh. Aku bisa menjadi—bukan Arlan yang lama. Tapi Arlan yang baru. Lebih kuat. Lebih bebas.

Aku membuka mata.

Langit masih gelap. Angin masih dingin. Tapi... untuk pertama kalinya sejak aku sadar di dunia ini, aku merasa punya tujuan.

Latihan.

Pengendalian.

Dan mungkin... saat waktu tiba, aku bisa keluar dari istana bukan sebagai “Tuan Muda rapuh”... tapi sebagai seseorang yang bisa berdiri dengan kakinya sendiri.

Tapi itu besok.

Sekarang... aku butuh teh jahe. Atau selimut ekstra. Atau Lyra. Tapi Lyra kayaknya bakal ribut kalau tahu aku hampir ngebakar tangan sendiri.

Aku menghela napas panjang, lalu berbaring lagi. Tapi kali ini, dengan senyum kecil di wajah.

Tubuh ini mungkin belum kuat. Tapi semangatku sudah mulai menyala.

Dan itu... awal yang cukup bagus.

...----------------...

Pagi kembali datang.

Tapi tidak dengan teriakan Lyra.

Anehnya, pagi ini suasana kamar cukup... tenang. Tidak ada suara tirai ditarik brutal, tidak ada gelas herbal dengan rasa seperti air rendaman akar tumbuhan setan.

Tapi yang ada...

Ckrek.

Suara pintu dibuka perlahan. Lalu langkah-langkah ringan.

Lalu...

“...Tuan Muda?”

Aku berpura-pura masih tidur.

“...Tuan Muda?” ulangnya. Kali ini lebih dekat.

Aku tetap diam.

Dan akhirnya, aku mendengar suara napas tercekat.

“Apa... apa itu... bau gosong?”

Aku nggak tahan. Mulutku terbuka.

“Pagi juga, Lyra.”

“GYAAAA!!”

Seketika dia melompat seperti kucing kena air.

“TUAN MUDA! ANDA—BAU ANDA—APA YANG TERJADI? APA KAMAR INI DIBAKAR IBLIS?”

“Tenang. Bukan iblis. Cuma eksperimen kecil.”

“EKSPERIMEN APA YANG BIKIN BANTAL KESAYANGAN ANDA KAYAK HABIS DISUNDUT NAGA?”

Aku melirik ke arah bantal. Oke, mungkin semalam aku sedikit terlalu semangat. Tapi, ya ampun, itu cuma gosong dikit. Lubang seukuran telur puyuh.

“Lyra,” kataku sambil duduk. “Aku butuh bantuanmu.”

Dia langsung terdiam. Itu mengejutkan. Biasanya dia masih sempat nyela tiga kalimat lagi.

“Aku ingin bertemu Guru Sihir Kerajaan.”

“…Apa?”

“Aku ingin belajar tentang sihir. Yang sesungguhnya. Yang benar. Yang tidak membakar bantal.”

Dia memandangku lama, lalu duduk di tepi ranjang seperti baru denger pengakuan cinta dari pangeran musuh.

“Aku serius, Lyra. Aku butuh tahu apa yang terjadi dengan tubuhku. Dan aku yakin... jawabannya ada pada sihir.”

“…Tuan Muda,” katanya pelan. “Anda tahu kan... Anda belum pernah cocok dengan pelajaran sihir? Dulu setiap kali kelas sihir dimulai, Anda langsung pingsan dan merepotkan semua orang.”

“Arlan yang lama begitu. Tapi aku... bukan dia.”

Dia memicingkan mata. “Anda... benar-benar yakin?”

Aku mengangguk. “Dan aku ingin kau ikut.”

“Kenapa saya?”

“Karena aku butuh seseorang yang bisa bantu... menjelaskan hal-hal aneh yang mungkin terjadi. Dan juga karena kalau aku ditinggal sendirian, aku mungkin nyasar atau tiba-tiba pingsan di tangga.”

“…Alasan kedua lebih jujur.”

Beberapa jam kemudian, setelah mandi (pakai air hangat—kemajuan besar), makan bubur (tanpa insiden kerasukan), dan berdandan (dengan jubah yang... yah, agak terlalu penuh bordiran emas), aku duduk di kursi roda siap tempur, dengan Lyra mendorong dari belakang seperti sopir ojek kerajaan.

“Guru Sihir itu tinggal di menara belakang, ya?” tanyaku sambil menikmati angin pagi.

“Ya. Menara Sibilia. Tempat paling tinggi di komplek istana. Penuh buku, kristal, dan... aroma jamur kering.”

“Aku suka jamur.”

“Kalau yang ini... jangan terlalu yakin dulu.”

Setelah beberapa koridor, dua tangga spiral (terima kasih elevator sihir!), dan satu lorong yang dipenuhi suara bisik-bisik misterius (aku yakin itu cuma burung hantu berkicau pakai echo), akhirnya kami tiba.

Pintu menara itu besar. Kayu tua dengan simbol-simbol sihir yang berpendar pelan. Saat Lyra mengetuk, aku sempat berpikir—haruskah aku pakai salam resmi? Atau cukup bilang “permisi”?

Tapi sebelum aku bisa buka mulut, pintunya terbuka sendiri.

Dan di baliknya...

Terpopuler

Comments

y@y@

y@y@

⭐👍🏻👍👍🏻⭐

2025-04-25

1

y@y@

y@y@

⭐👍🏻👍👍🏻⭐

2025-04-25

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 25 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!