Setelah kepergian Raja, Alice dan Lucian nampak gugup satu sama lain. Padahal ini bukan pertama kalinya Alice dicium seseorang, lagian tadi itu hanya akting, sama seperti dirinya yang berakting di kehidupan sebelumnya.
“Jadi, apakah kita bisa bicara?” Alice akhirnya buka suara. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya Lucian lakukan, dan mengapa hawa kebencian Lucian amat dalam pada sang Raja.
“Ini cerita kelam dan memalukan untuk saya ungkapkan, Alice.” Alice mengangkat alisnya dengan bingung, sementara Lucian menghela napas kasar.
“Anda sudah menjadi bagian dari kami, dan mungkin bernasib sama sepertiku. Ayahku, pamanku, dan saudaraku yang lain meninggal di medan perang akibat penghianatan sang Pangeran Mahkota yang kini bergelar Raja,” ucap Lucian, mata Alice membelalak mendengar hal itu.
“Keluargaku percaya bahwa Pangeran Mahkota tak akan mengkhianati kepercayaan mereka, saat mereka maju ke medan perang dan mereka yakin bahwa Pangeran Mahkota akan datang dengan bala bantuan. Namun ternyata itu tidak benar, mereka dikhianati dan mati sia-sia,” jelas Lucian. Alice terdiam sejenak.
“Bukankah orang tua Anda meninggal sebelum Anda lahir?” Lucian mengangguk membenarkan.
“Kejadian itu bukan lagi sebuah rahasia, dan semua orang tahu kebenaran itu. Namun, meskipun tahu, tak ada yang dapat mereka lakukan.” Alice terdiam, kekuasaan, harta, jabatan, dan segala hal yang dipegang Pangeran Mahkota saat ini memang amat berbahaya.
“Jadi intinya, meskipun Raja ingin melenyapkan keluarga Calvin sekalipun, tak akan ada yang membantu?” gumam Alice. Lucian menggelengkan kepalanya.
“Raja tak akan melakukan hal itu, Alice, karena aku juga cukup kuat dengan darah bangsawan saat ini. Bila sampai itu terjadi, pemberontakan para bangsawan mungkin akan terjadi, dan Raja jelas tak akan menginginkan hal itu terjadi,” jelas lagi Lucian. Alice mengangguk faham.
“Lalu bagaimana bila kita memberontak?” Lucian terkekeh dan menggelengkan kepalanya.
“Itu hanya akan membuat rakyat yang tidak berdosa menjadi sengsara,” Alice tertegun, seorang pria yang dikatakan sebagai sosok kejam itu memikirkan orang lain.
Nampaknya kata “kejam” itu sama sekali tidak cocok disematkan dalam diri Lucian, jelas bila Lucian adalah pria baik dan selalu mementingkan kepentingan orang banyak.
“Jadi, apakah Anda juga ingin menikah dengan saya karena suatu hal lain?” tanya balik Alice. Lucian menggelengkan kepalanya.
“Tidak, saya memang ingin bersama dengan Anda. Itu adalah pilihan saya.”
Deg!
Jantung Alice seolah berdetak amat kencang saat itu. Alice menundukkan wajahnya dan tak ingin memberikan jawaban apa pun.
“Apakah Anda tidak setuju akan pernikahan ini?” tanya lagi Lucian. Alice menggelengkan kepalanya.
“Saya hanya merasa ini sangat di luar bayangan saya,” ucap Alice. Benar tujuannya adalah untuk bertahan hidup dan tidak ingin terikat dengan kisah dari dunia novel ini.
Awalnya dia ingin kabur dan menjalin hidup sendiri, namun kini Lucian jelas memperlihatkan ketertarikannya, dan tanpa menutupinya dia juga melamarnya dengan terbuka.
Bolehkah Alice menerimanya? Atau, adakah hal yang akan berubah di masa depan? Dia tak ingin mati lagi, namun dia juga tak ingin meninggalkan pria dihadapannya ini.
Alice menggelengkan kepalanya. Tekadnya kini sudah bulat. Dia harus melarikan diri dari kediaman itu dan menjauhi alur dalam novel.
Alice tak mungkin dapat melarikan diri di malam hari, karena Lucian akan tetap berada di kamar saat malam hingga pagi. Kecuali siang hari, ketika Lucian akan pergi dan kamar akan sepi.
Katanya, di depan pintu ada dua orang kesatria, jadi pilihan terakhir untuk melarikan diri adalah dari jendela. Alice kembali ke kamarnya setelah percakapannya dengan Lucian usai.
Kini rancangan untuk melarikan diri akan dia susun dengan matang, meskipun Raja dan Lucian telah membuat kesepakatan dan taruhan dalam jumlah besar. Semoga Lucian tak sebodoh itu, dan semoga dirinya dapat menghilang dari dunia ini serta mengubah identitas dirinya.
Saat siang hari tiba, benar saja Lucian keluar dari kediaman. Alice menatap jendela kamar itu yang tertutup rapat, namun bukan berarti tidak bisa dicongkel.
Alice mulai merancang rencana pelariannya dengan sempurna, bahkan tempat melarikan diri sudah dia susun matang-matang dalam otaknya.
Lucian harus hidup lama, dan dirinya juga harus bertahan lama serta hidup bahagia. Meski tidak bersama, hidup bahagia dengan cara masing-masing adalah jalan paling mungkin.
Sebenarnya, apa yang diambil Alice adalah kesalahan besar. Ya, Alice juga sadar itu. Namun, dia tidak suka diperlakukan seperti barang oleh sang Raja dan dia juga tak suka dikekang oleh Lucian.
Alice yang mencintai kebebasan, mana bisa ditekan oleh orang lain. Siang itu, Alice berhasil mencongkel jendela dan dengan seprai dia mulai turun dari lantai dua dan mendarat dengan sempurna di taman kediaman Corvin.
Alice mulai mengendap, menghindari para penjaga yang bisa menangkapnya, hingga dia menemukan sebuah kereta kuda barang yang akan keluar dari kediaman itu.
Alice tersenyum dan masuk ke salah satu boks kosong dalam kereta kuda itu, hingga kereta kuda itu berjalan dan, saat dirasa aman, Alice keluar dari boks tersebut dan turun di jalan utama Kerajaan.
Wajah Alice terlalu cantik untuk menjadi wanita biasa. Alhasil, Alice memakai seprai untuk dijadikan jubah dan menutupi wajahnya. Alice berjalan di kota tersebut hingga sampai di gerbang kota.
Ada pendataan identitas di sana. Alice kini kebingungan, ditambah waktu kian larut. Alice tak memiliki uang sepeserpun dan dia juga tak memiliki hak yang dapat dijual saat ini.
‘Nasibku sial sekali!’ gerutu Alice, namun kini itu semua bukan lagi menjadi halangan bagi Alice untuk keluar dari kota tersebut.
Sebuah rombongan nampak hendak keluar. Alice diam-diam masuk dalam rombongan yang sepertinya berasal dari kuil itu. Alice berjalan keluar dari gerbang kota tanpa dicurigai hingga akhirnya kemudian kembali memisahkan diri dari para pendeta dengan caranya sendiri.
Selamat sudah, Alice. Dia berhasil keluar dari gerbang kota itu. Dan kini nasibnya pasti akan berubah, tak akan ada lagi Duke kejam yang nyatanya baik hati, raja bijaksana yang kenyataannya tamak luar biasa, dan Saintes yang akan mengubah segalanya, memang masih jauh dari alur utama novel. Namun untuk jaga-jaga saja, Alice melarikan diri dan akan mulai membangun kemampuannya sendiri.
Berbeda dengan tempat Alice, di mana kini dia berhasil melarikan diri, Lucian yang baru saja pulang pada malam hari tercengang saat mendapati Alice tidak ada lagi di kamarnya.
Tanda-tanda bahwa Alice melarikan diri membuat Lucian marah; perasaannya hancur dan sesuatu yang membuatnya sejak awal menahan diri kini meledak begitu saja.
“Dia! Beraninya!” gertak Lucian, sambil melamarkan perabotan di kamar itu hingga hancur berantakan.
Para kesatria yang mendengarnya dari luar tercengang bukan main. Mereka bergegas masuk dan mendapati seluruh kamar itu telah hancur berantakan.
“Temukan wanita itu!” gertak Lucian. Para kesatria yang ketakutan menunduk dan langsung pergi dari hadapan Lucian untuk melaksanakan perintahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Eka Putri Handayani
aduh alice pikirannya kmna sih, knp gak mikir pnjng sih. awalnya aku berpikir mngkn dia dan duke bakal jd pasangan yg hbt dan dpt membuat wilayah utara jd kaya tp di bab ini dibuat kecewa sm jalan pikiran alice
2025-04-20
1
Musdalifa Ifa
ih alis sungguh tidak berpikir panjang pasti ketangkap dan diperlakukan kurang baik sama duke🤦♂️
2025-04-19
1