Bab 3 Tidak Menyangka

Danis menatap Dita yang masih berada dalam pelukannya. Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah olahraga malam. Olahraga yang mampu membuat Danis terbang tinggi. Sesuatu yang belum pernah Danis rasakan. Selama ini hubungannya dengan Rinda sangat sehat.

Mengingat Rinda, Danis harus segera menghubungi kekasihnya itu dan meminta maaf. Dengan hati-hati, Danis menjauhkan tangan Dita yang memeluk tubuhnya dengan sangat posesif.

"Aku tidak melarang kamu tetap berhubungan dengan Rinda. Tapi, tubuh ini milikku." Danis mengingat ucapan terakhir Dita sebelum gadis itu terlelap.

Danis tidak menyangka hubungannya bisa sejauh ini dengan sahabat kekasihnya. Sejak awal Rinda mengenalkan mereka, Dita sudah memberitahu ingin mengenalnya lebih dekat. Diawali dengan Dita menyapanya setiap pagi lewat video call. Membuat Danis jadi lupa untuk menghubungi Rinda seperti yang biasa dia lakukan.

Pembicaraannya dengan Dita, dirasa Danis lebih seru. Apa lagi Danis disuguhi pemandangan indah. Dita masih mengenakan pakaian tidur yang tipis, selama vidio call berlangsung. Pria mana yang tidak tergoda melihatnya. Hingga puncaknya tadi malam, Danis tidak bisa menahan diri. Apa yang seharusnya tidak dia lakukan, akhirnya terjadi.

Danis mencari smartphone miliknya, tapi dia tidak menemukan benda pipih itu. Danis lupa jika benda penting itu di sita Dita. Karena Dita tidak ingin Danis terganggu dengan pesan dan panggilan yang menghubungi kekasih sahabatnya itu, terutama panggilan dan pesan yang dikirim Rinda. Karena Dita tahu, Danis akan menemui Rinda. Dan seperti biasa, setiap Danis akan bertemu sahabatnya sejak kanak-kanak itu, Dita selalu menggagalkan rencana Danis.

Danis terkejut begitu ada suara panggilan masuk. Bukan dari smartphone miliknya, melainkan smartphone milik Dita. Tertera nama mama di layar benda pipih itu. Danis ingin membangunkan Dita, tapi suara itu sudah berhenti dengan sendirinya. Tidak berselang lama satu pesan masuk. Danis segera melihat notifikasi yang masuk dan mencuri membacanya.

Alis Danis terangkat membaca pesan yang dikirimkan oleh kontak yang diberi label mama itu. [Dita kamu dimana? Cepat pulang! Calon suami kamu akan datang pagi ini.]

"Calon suami?" Danis mengulang kalimat yang menarik perhatiannya itu. Lalu apa maksud Dita menggodanya? Hubungan mereka sudah sampai sejauh ini. Meski Danis akui dia yang salah. Tergoda dengan sahabat kekasihnya sendiri.

Danis kembali teringat dengan Rinda. Terbesit penyesalan dalam hatinya karena menduakan kekasih hatinya itu. Setelahnya, Danis tersenyum senang. Dita akan menikah, Itu berarti, dia akan terbebas dari Dita. Dan Danis bisa kembali bersama Rinda seperti sebelumnya.

Smartphone milik Dita kembali bersuara. Danis mendekatkan benda pipih itu ke telinga Dita. Seperti yang Danis inginkan, Dita terjaga dari tidurnya.

"Berisik Danis!" Seru Dita tidak suka.

"Itu panggilan dari mama kamu. Mungkin ingin tahu kamu menginap di mana," jawab Danis.

"Mama?" Dita bertanya untuk memastikan.

"Iya, telepon dari mama kamu."

Mendengar penjelasan Danis, Dita segera meraih smartphone miliknya. Gadis itu duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur. Danis meneguk ludah dengan kasar. Dita tidak menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Seolah sengaja menggoda Danis untuk mengulang permainan mereka.

"Aku harus segera pulang," ucap Dita setelah bicara dengan mama Ana.

Danis mengangguk. Dia sudah membaca pesan tersebut. "Bersihkan dulu tubuhmu," ucap Danis.

"Berdua," balas Dita manja.

Sebagai pria normal, Danis tidak mungkin menolak. "Tidak ada salahnya mereka mengulang untuk ketiga kalinya. Setelah ini, mereka tidak akan berhubungan lagi." Danis bicara dengan dirinya sendiri.

Dan hal yang seharusnya tidak terjadi, kembali terulang. Sampai mereka lupa kalau Dita harus segera pulang. Itu karena Danis merasakan hal yang berbeda dari sebelumnya, bermain di kamar mandi.

"Sepertinya kita akan terlambat sampai di rumahku. Aku hubungi Rinda dulu," ucap Dita setelah selesai mandi.

"Untuk apa?" tanya Danis. Dia tidak ingin Rinda sampai tahu, mereka menginap di hotel.

"Aku butuh bantuan dia," jawab Dita.

Dita tidak menjelaskan pertolongan apa yang dia minta pada Rinda. Hanya saja gadis itu terlihat kesal karena Rinda tidak membalas pesan yang dia kirimkan.

"Menyebalkan." Dita menggerutu.

"Kenapa?" tanya Danis penasaran.

"Rinda tidak membalas pesanku, padahal sudah dibaca."

"Mungkin belum sempat membalas," ujar Danis membela kekasih hatinya itu.

"Sesibuk apapun dia, tidak pernah mengabaikan pesan dariku," sahut Dita.

Mendengar jawaban Dita, Danis kembali merasa bersalah. Akhir-akhir ini dia sering mengabaikan pesan Rinda. Meskipun setelah itu dia meminta maaf.

"Antarkan aku pulang," ucap Dita.

Tiba di parkiran, Danis melihat mobil yang biasa dikendarai Rinda sehari-hari. Pikiran Danis jadi tidak tenang, hatinya bertanya-tanya, "Untuk apa Rinda berada di hotel bintang lima sepagi ini?"

***

Rinda meminta Keenan menghentikan laju kendaraannya tepat di depan kediaman keluarga Heru. "Ini rumah yang alamatnya tertulis di chat yang dikirim mama kamu," ucap Rinda.

Keenan memperhatikan kediaman yang Rinda tunjukkan. "Kamu tidak salah alamat, kan?" Keenan bertanya karena Rinda tidak membaca petunjuk.

"Saya mengenal mereka," jawab Rinda.

"Kamu kenal mereka?" Keenan mengulang jawaban Rinda.

"Itu berarti kemarin malam, -."

Rinda melanjutkan perkataan Keenan. "Kemarin malam Saya berbohong. Saya mengatakan tidak mengenal dua orang yang masuk ke hotel sambil bergandengan tangan itu. Maaf, Saya tidak tahu kalau Dita adalah gadis yang dijodohkan dengan kamu."

"Tidak apa-apa," balas Keenan.

"Dia sahabat saya sejak kecil," ucap Rinda.

"Bagaimana dengan laki-laki yang bersama sahabat kamu itu? Apa mereka sepasang kekasih?" Tanya Keenan menyelidik. Jika benar, dia bisa memiliki alasan menolak perjodohan yang dilakukan mamanya.

"Saya tidak tahu hubungan mereka seperti apa. Dengan melihat mereka kemarin malam, kamu pasti bisa menebak."

"Bukankah kamu kenal laki-laki itu?" Tanya Keenan lagi.

"Bukan berarti Saya tahu hubungan mereka, kan?" jawab Rinda yang tidak ingin memberitahu hubungannya dengan Danis, pada Keenan.

"Kamu bisa pergi menemui mereka sekarang," ucap Rinda lagi.

Keenan mengangguk, dia setuju dengan saran yang baru saja Rinda ucapkan. Semakin cepat dia menemui keluarga Heru, semakin cepat dia menyelesaikan masalah. Sejak awal tujuan Keenan datang ke keluarga Heru untuk membatalkan pertunangannya dengan Rinda.

Keenan tidak berbohong tentang dia yang tidak tertarik dengan Rinda. Hanya saja bukan karena dia melihat foto, seperti yang dia katakan pada Rinda. Melainkan sejak pertama kali mereka bertemu, Keenan tidak bisa menjatuhkan hatinya pada Dita. Ditambah kejadian kemarin malam, membuat Keenan semakin yakin dengan keputusannya.

"Saya menunggu kamu di sana," ucap Rinda lagi setelah ikut turun dari kendaraan milik Keenan. Dia menunjuk kediaman orang tuanya.

"Kenapa tidak ikut masuk?" Tanya Keenan. Tidak mungkin dia meninggalkan Rinda di luar seorang diri.

"Itu rumah orang tua saya," jawab Rinda, menunjuk kediaman ayah Riza. Keenan terkejut. Dia tidak menyangka Rinda dan Dita adalah tetangga.

"Aku masuk dulu," ucap Keenan pada akhirnya. Dia tidak bisa melibatkan Rinda seperti rencana sebelumnya, meminta gadis itu mengaku sebagai teman dekatnya.

"Mami!"

Keenan mengurungkan niatnya masuk ke kediaman Heru. Dia melihat kearah anak laki-laki yang memanggil ibunya.

"Kesayangan mami dari mana?" balas Rinda sambil mencium pucuk kepala Ardian.

Keenan tersenyum, ternyata Rinda yang dipanggil mami oleh anak laki-laki itu. Dia kembali mendekati Rinda yang sekarang sudah bersama Ardian dan pengasuhnya.

"Habis main dari taman Neng," pengasuh Adrian yang menjawab.

"Jagoan mami main apa?" Tanya Rinda lagi.

"Main semuanya," jawab Ardian.

Ardian bicara dengan Rinda, tapi matanya memperhatikan Keenan. Dia penasaran dengan pria yang mendekati mereka. Lalu dia menoleh pada Rinda.

"Ini om Keenan," ucap Rinda yang mengerti maksud Ardian.

"Ardi ya," sapa Keenan, sambil mengulurkan tangannya. Sebelumnya dia berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Ardian.

Rinda cukup terkejut dengan tindakan Keenan. Pria itu tahu cara berbicara dengan anak-anak. Bahkan Danis saja harus diingatkan terlebih dahulu.

"Om tahu nama Ardi dari mami?" tanya Ardian.

Keenan terpaksa berbohong dengan menganggukkan kepalanya. Dia takut salah jika memberitahu Ardian yang sebenarnya, kalau dia tahu nama Ardian dari ibu penjual nasi kuning.

"Kalau begitu Om bisa jadi teman Ardi dan mami, seperti om Danis."

Keenan mendongakkan kepalanya untuk melihat Rinda. Tapi gadis itu justru memalingkan wajahnya. Sehingga Keenan mengurungkan niatnya untuk bertanya, siapa Danis?

"Keen, papa Heru dan mama Ana pasti sudah menunggu kamu," ucap Rinda agar Keenan segera masuk ke kediaman keluarga Heru.

Bukan tanpa sebab, Rinda tidak ingin tiba-tiba Danis dan Dita datang, lalu melihat mereka saling kenal. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, dengan pasangan mereka masing-masing.

Keenan pamit pada Ardian dan Rinda sebelum masuk ke kediaman keluarga Heru. Sedangkan Rinda segera membawa Ardian pulang. Ditangannya sudah ada cheese cake kesukaan putranya. Untung saja Rinda ingat dengan janjinya, lalu meminta Keenan mengantarnya ke toko kue langganannya.

"Lihat ini, Mami sudah bawa cheese cake kesukaan Ardi," ucap Rinda sambil menunjukkan cheese cake yang dia bawa.

"Hore!"

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Kayanya Ardi bukan anak Rinda

2025-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!