BAB 4

Musim dinginmasih menyelimuti Irlandia. Setiaknya masih ada waktu satu bulan untuk melihat salju putih yang turun sebelum digantikan oleh musim semi yang sebentar lagi akan datang.

Kimmy duduk di beranda rumahnya sambil menatap bunga snowdrop yang sedang mekar. Mantel tebal dan syal berwarna abu-abu melekat di tubuhnya yang terlihat kurus.

Saat kembali dari rumah sakit, gadis itu kembali merasakan perasaan sepi. Ia merasa seperti ada salju dingin di dalam hati nya yang seolah membutuhkan suatu cahaya untuk membuatnya mencair.

“Ibu, aku merindukanmu. Sekarang, apa yang harus aku lakukan dengan bunga snowdrop yang tengah mekar? Sebenernya untuk apa kau menunjukkan bunga ini padaku? Dan mengapa kau harus pergi sebelum menjelaskan nya padaku?” pertanyaan-pertanyaan itu bergulir dalam pikiran Kimmy saat menatap bunga snowdrop yang ada di dalam rumahnya.

Bunga itu mekar dengan indah walaupun salju menutupi permukaan tanah. Hal yang mustahil terjadi pada bunga-bunga yang lainnya.

*******

Pagi-pagi sekali Kimmy sudah bangun dan bersiap siap un tuk pergi ke rumah sakit demi menemui Nico. Seharina kemarin dia sangat merindukan dokter itu dan ingin bertemu dengannya. Ia taak bisa membohongi dirinya lagi. Jauh dari dokter itu membuat Kimmy merasa kehilangan kebahagiaan yang dirasakan beberapa hari lalu.

Kimmy sedikit mengoleskan bedak berwarna natural pada wajahnya dan juga lipgloss berwarna pink pada bibir mungilnya.

Sepertinya gadis itu benar-benar tidak bosan memandangi wajah manisnya di depan cermin yang ada di kamar nya.

“Apa seperti ini sudah cantik?”

Kimmy seperti berbicara pada bayangannya yang ada di cermin. Setelah menjepit rambutnya dengan pita berwarna ungu, gadis itu melangkah keluar dari kamarnya.

Ruang tamu terlihat sepi saat lagkah Kimmy melewati ruang tamu itu. Kini ia memang hanya tinggal berdua dengn ayahnya semenjak kepergian ibunya. Hari ini Ayah Kimmy harus bekerja di luar kota dan meninggalkan Kimmy sendiri di rumah yang cukup besar itu. Perasaan bencinya terhadap sang ayah semakin membesar dan sukar untuk dihilangkan.

Hati Kimmy sedikit sesak melihat sudut rumah yang kini meninggalkan kenangan untuknya. Biasanya ibunya selalu ada di ruang tamu dan duduk di sofa sambil memberikan senyuman hangat saat gadis itu pulang ke rumah. Tapi kini hanya kehampaan yang Kimmy rasakan, seolah ada lubang besar di hati Kimmy yang terasa sangat perih dan tak mampu di tutupi oleh apapun.

Setetes air mata menetes di pipi mulus Kimmy. Gadis itu segera menghapus air mata nya menggunakan punggung tangannya. Ia segera menuruni tangga rumahnya daan bergegas keluar.

Tepat di halaman rumahnya, ia berhenti sejenak. Ia memanddang warna putih bunga snowdrop yang terlihat segar. Walau warna salju menodminasi halaman rumah itu, bunga snowdrop masih memperlihatkan keindahannya.

Kimmy berpikir cepat dan mengambil pot kecil lalu memasukkan satu tangkai bunga snowdrop ke dalam pot.

“Setelah kau lihat ini, kau harus percaya jika di musim dingin masih ada bunga yang mekar…” ucap Kimmy sambil membayangkan wajah Nico.

Setelah memastikan bunga snowdrop yang cantik itu telah tertanam dengan baik di dalam pot kecil, Kimmy bergegas membawa pot bunga cantik itu menuju rumah sakit tempat Nico bekerja.

Jalanan di kota itu masih diselimuti oleh salju. Namun hari ini tidak ada salju yang tturun karena sebentar lagi musim semi akan segera datang.

Kimmy memasukkan telapak tanggannya ke dalam mantel berwarna ungu yang dia pakai. Jika kebanyakan orang lebih suka menghabiskanwaktunya di rumah saat musim dingin datang, maka berbeda dengan Kimmy. Dia tidak pernah menghiraukan rasa dingin dari salju yang menyentuh kulitnya. Baginya, salju adalah hal yang harus dinikmati. Apalagi hari ini dia menunjukkan sebuah keindahan pada seseorang  yang belum lama ini mengisi ruang dalam hatinya.

Sekitar tiga puluh menit ada di dalam taksi, Kimmy keluar dan bergegas masuk ke area Betesda Hospital yang sangat luas. Melihat gedung rumah sakit yang cukup besar itu, Kimmy hanya bisa menggaruk kepalanya sedikit. Ia sangat kebingungan untuk mencari ruaangan Nico.

“Rasanya beberapa hari lalu aku di rawat di sini, tapi aku sudah lupa di mana letak ruangan dokter Nico” ucap Kimmy.

Kimmy terlihat kebingungan saat ia memanggil sedang seluruh sisi rumah sakit yang sangat luas . untunglah ada resepsionist di bagian depan rumah sakit itu.

“Permisi, bisakah aku bertemu dnegan dokter Nico?” tanya Kimmy paa seorang perawat yang ada di bagian depan rumah sakit itu.

Perawat itu tertegun dan sedikit terbelalak saat melihat Kimmy, tapi ia berusaha untuk menyembunyikan perasaan kaget nya.

“apa kau sudah mempunyai janji?” tanya perawat itu

“janji” sebenernya aku belum membuat janji dengan dokter Nico. Tapi dokter Nico mengijinkanku untuk menemuinya jika aku ada masalah. Bolehkah aku tau dimana ruangan dokter Nico?” tanya Kimmy.

Perawat itu sedikit keheranan melihat Kimmy dan terdiam sejenak memandangi Kimmy dari atas sampai bawah.

“Ruangan dokter Nico ada di ujung sana. Dari sini kau lurus saja, lalu belok kiri saat ada di ujung koridor ini.” Jelas perawat itu sambil menunjukkan letak ruangan Nico.

Kimmy mengangguk menerti sambil mengingatapa yang perawat itu ucaapkan.”Terimakasi” ucapnya lalu pergi menunggalkan perawat itu.

Kimmy melangkah menuju ruangan Nico yaang seikit jauh dari meja resepsionist yang tadi ia kunjungi. Tepat di depan pintu bertuliskan ‘Dr Nico’ Kimmy menghentikan langkahnya. Ada seikit keraguanuntuk mengetuk pintu itu dan masuk ke dalam nya.

“ah… ada apa dengan jantungku? Kenapa berdebar sangat cepat?”.

Kimmy memegangi dadanya yaang terasa sangat bergemuruh. Gadis itu dengan ragumendekat ke arah pintu dan mencoba untuk mengetuk pintu nya.

Tok tok tok…

Pelan-pelan kimmy mengetuk pintu itu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Kegelisahan Kimmy menyelimuti hati Kimmy. Ia sangat takut jika niatnya untuk menemui Nico tidak bisa terwujudd.

Beberapa kali ketukan pintu terdengar nyaring di lorong rumah sakit itu. Ruangan Nico terletak di ujung sehingga tidak banyak orang yang berlalu lalang I sekitar ruangan itu.

“Hmmmm,,, apa aku masuk ke dalam saja?” tanya gadis itu, lebih pada dirinya.

Ia mulai membulatkan tekadnya untuk memasuki ruangan itu. Di putarnya kenop pintu itu yang ternyata tidak dikunci sama sekali. Pandangan Kimmy menelissik setoap suddut ruangan Nico, berusaha mencari dokter itu yang mungkin saja ada dalam ruangannya itu.

Kosong. Tak ada siapa-siapa di ruangan itu. Hanya ada meja dan kursi, tempat ttidur pasien serta poster -poster yang berkaitan dengan kesehatan. Kimmy terdiam mematung sambil memandang keadaan sekeliling ruangan itu.

“Dokter Nic, sebenernya kau ada dimana? Aku ingin menanam ini bersamamu..”  gumam Kimmy sambil emandangi satu pot kecil bunga snowdrop yang ada pada genggamannya.

“Kau siapa?” Suara seseorang membuat Kimmy begitu terkejut dan spontan membalikkan badannya. Tampaklah seorang dokter muda yang umurnya seperti nya sama dengan Nico. Wajah dokter itu terlihat tampan dan berwibawa. Dokter itu memangdang Kimmy dengan pandangan terkejut dan seolah tak percaya.

“Maaf…. Aku kesini untuk bertemu dengan dokter Nico”

“Merlyn?” ucap dokter yang ada di hadapan Kimmy membuat ucapan Kimmy tidak terselesaikan dengaan baik.

Kimmy mengerutkan keningnya karena kebingungan dengan ucapan dokter itu. Lagi pula dokter itu memanggilnya ddengan sebutan Merlyn, nama itu tidak Kimmy kenal sedikit pun.

“Merlyn…” ucap dokter itu lagi.

okter itu mendekat ke arah Kimmy dan perlahan menyentuh pipi Kimmy dengan lembut. Ia memandangi Kimmy dengan pandangan yang tidak bisa diartikan oleh Kimmy sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!