Bukan Jean tapi Ruby

Malam harinya, Ruby sudah bersiap dengan gaun potongan sederhana tidak ada pernak pernik perhiasan pada gaun tersebut kecuali sebuab kalung yang senada dengan warna gaun Ruby bertengger dileher jenjangnya tetapi tidak mengurangi keanggunan dan kecantikannya.

Jika dikehidupan sebelumnya ia suka berpenampilan mewah dan glamour seperti perhiasan berjalan, sekarang ia membuang jauh-jauh semua itu sehingga membuat pelayannya Darya keheranan akan tingkah lakunya yang berbeda itu. Namun sesungguhnya Darya sangat senang dengan perubahan sikap Ruby yang mulai terlihat dewasa dan berubah kearah yang lebih baik.

"Apa penampilan ku tidak bagus?" tanya Ruby sedikit cemas karena Darya sedari tadi menatap Ruby dengan tatapan yang dalam.

"Tidak Nona, justru saya tidak bisa berpaling jika Nona sungguh berbeda dengan penampilan baru seperti ini! Rasanya seperti melihat Nona terlahir kembali dengan kecantikan yang semakin memukau," puji Darya dengan tulus dari lubuk hatinya.

Ruby tersenyum kecil mendengar pujian yang keluar dari mulut pelayan pribadinya itu.

"Kau memang benar, Darya! Aku memang terlahir kembali dengan pribadi yang berbeda dan tekad yang berbeda. Malam ini awal pertemuan ku dengan bajingan itu. Jika dimasa lalu aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan bajingan itu, maka sekarang aku yang akan membuat bajingan itu yang jatuh cinta duluan dan tergila-gila padaku. Akan aku buat bajingan itu bertekuk lutut mengemis cinta dariku," batin Ruby dengan tersenyum menyeringai.

Obrolan mereka terhenti dengan kedatangan pelayan yang memberitahu jika Duchess sudah menunggu mereka dilantai bawah.

"Hati-hati jalannya, Nona! Tubuh Nona belum sepenuhnya pulih dan tidak boleh bergerak terlalu berlebihan," ucap Darya memperingati Ruby.

"Aku mengerti," sahut Ruby dengan patuh.

Duchess Everly yang sedang berbincang dengan pelayan pribadinya Luna, menoleh kearah tangga begitu mendengar suara langkah kaki dari atas sana.

Keduanya terpaku melihat kedatangan Ruby yang tampak berbeda dari biasanya dengan penampilan sederhana tanpa banyak perhiasan mewah yang memenuhi gaun dan tubuhnya. Malahan kecantikan Ruby semakin terpancar dan bersinar dengan penampilan yang sederhana ini.

"Oh tuhan, apa aku sedang bermimpi? Apa ini benar-benar putriku Jean?" pekik Duchess Everly sedikit kencang dengan mata berbinar penuh kekaguman akan kecantikan sang putri.

Ruby tersenyum kecil melihat kehebohan sang ibunda dengan penampilan barunya itu.

"Ibu, mulai sekarang jangan panggil aku Jean, tetapi Ruby. Biarkan orang luar saja yang memanggilku seperti biasanya. Semua orang terdekatku harus memanggilku dengan nama tengahku yaitu Ruby bukan Jean," pinta Ruby dengan suara lembut sambil memeluk manja lengan sang Duchess.

"Oh sayangku, tentu saja Ibu akan memanggilmu seperti yang kau mau. Ruby ku yang cantik dan bersinar seperti dewi kayangan," sahut Duchess Everly dengan tersenyum lebar sambil mengusap pipi lembut dan halus milik Ruby.

"Terimakasih Ibu, aku mencintaimu!" balas Ruby dengan mengecup penuh cinta pipi ibunya.

"Oh manisnya, apa kau baru saja memakan gula yang banyak? Kenapa rasanya sangat manis begini?" canda Duchess Everly dengan gemas melihat perubahan sang putri.

Ruby terkekeh geli dengan candaan yang terlontar dari mulut ibunya. Ia tidak membalas candaan sang ibu, tetapi semakin mempererat pelukannya pada lengan sang Duchess.

Darya dan Luna ikutan tersenyum bahagia melihat interaksi Ibu dan anak yang sangat manis itu.

"Maaf Yang Mulia, Yang Mulia dan Nona muda sudah ditunggu Yang Mulia Duke di aula pesta karena tamu kerajaan akan segera tiba," ucap Butler Yu dengan sopan menghentikan obrolan mereka.

"Ahh, mereka sudah datang rupanya! Ayo, sayangku kita ke aula bergabung bersama ayahmu!" sahut Duchess Everly sambil menggamit lengan Ruby berjalan keluar dari kediaman utama.

Luna dan Darya berjalan dibelakang keduanya dengan Butler Yu yang sudah berjalan terlebih dahulu untuk membukakan pintu aula untuk kedua majikannya.

Begitu pintu aula terbuka, semua tamu undangan yang hadir termasuk Duke Marvin sendiri terpana dan terpaku dengan penampilan sederhana Ruby yang sangat luar biasa cantik dan bersinar meskipun tidak ada perhiasan berkilau di tubuhnya kecuali kalung dileher jenjangnya seperti gaun-gaun mewah Nona bangsawan pada umumnya.

Nona-nona bangsawan yang datang pun ikut terpesona dengan penampilan Ruby yang semakin cantik dan bersinar dengan gaun sederhananya. Terlebih lagi para pria lajang para putra bangsawan yang hadir sama terpesonanya sehingga mata mereka tidak lepas melihat kecantikan luar biasa putri bungsu Duke Caleste.

Duke Marvin langsung menggelap wajahnya melihat mata-mata nakal para pria muda yang menatap sang putri dengan penuh minat seakan-akan putrinya itu adalah santapan yang lezat.

Berbeda dengan Duchess Everly yang mengangkat wajahnya dengan bangga seolah-olah berkata lihatlah anakku yang cantiknya mengalahkan dewi aphrodite yang menjadi kesayangan dan kebanggaan keluarga kami.

"Rasanya ingin aku congkel mata mereka satu persatu karena menatap kesayanganku seperti makanan lezat," gumam Duke Marvin dengan geram berbisik di telinga sang putri.

Ruby terkekeh kecil mendengar gumaman sang ayah sehingga semua mata yang memandangnya semakin terpesona dengan senyuman manis yang menyihir siapapun yang melihatnya.

"Astaga, berhenti lah tertawa atau tersenyum, sayangku! Sebelum ada insiden Duke mencongkel mata semua pria yang menatapmu dengan lapar," keluh Duke Marvin yang langsung mendapatkan cubitan sayang dari sang istri.

Ruby semakin terkekeh seraya memalingkan muka ke dada sang ayah agar senyumannya tidak dilihat orang mendengar keluhan sang ayah yang posesif pada anak perempuannya.

"YANG MULIA KAISAR, PERMAISURI, SELIR, PARA PANGERAN DAN PUTRI KERAJAAN VENEZIA MEMASUKI AULA PESTA"

Suara teriakan penjaga diluar pintu masuk bergema membuat semua orang yang ada dalam aula termasuk keluarga Duke sebagai tuan rumah berdiri tegak dengan wajah serius kecuali Ruby yang menundukkan wajahnya dengan wajah malas.

Pintu aula terbuka oleh dua penjaga disisi kanan dan kiri dengan diiringi suara langkah kaki anggota kerajaan yang menjadi tamu istimewa dari acara pesta debutante Ruby yang pertama dikalangan sosialita kelas atas.

"Hormat pada Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia Selir Agung, Yang Mulia Pangeran pertama, Yang Mulia Pangeran kedua, Yang Mulia Pangeran keempat, Yang Mulia Pangeran kelima, Yang Mulia Putri pertama dan Yang Mulia Putri kedua! Semoga kerajaan Venezia bertambah subur dan makmur dibawah pimpinan Kaisar,"

Begitulah ucapan semua orang termasuk Duke Caleste dan Duchess kecuali Ruby yang hanya menggerakkan bibirnya saja seolah-olah ia ikutan berteriak seperti mereka memberikan salam hormat khas kerajaan Venezia.

Terdengar jawaban sang Kaisar yang meminta semua orang kembali tegak seperti semula karena hormat mereka ia terima.

Begitu Ruby menegakkan kepalanya, semua keluarga kerajaan terpaku melihat dirinya termasuk targetnya Pangeran kelima Oscar De Alonso yang menatap Ruby dengan tatapan yang ia sendiri yang tahu maknanya.

"Astaga, apa itu putri bungsu mu Jeannette, Duke Caleste?" seru Permaisuri dengan sangat antusias melihat wajah cantik Ruby.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Mecca

Mecca

Bikin terharu sampai mewek.

2025-04-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!