Sebuah mimpi

Dokter Geraldine memeriksa keadaan Jean dengan detail dan cermat hingga beberapa kali guna meyakinkan jika tidak ada luka ditubuh gadis itu.

Jean sudah berhenti menangis beberapa saat lalu karena kasihan melihat wajah cemas dan panik ketiga manusia yang ada dihadapannya itu.

Ia tidak ingin dan tidak akan menjawab kenapa ia menangis terus karena apa yang ia alami cukup menjadi rahasianya sendiri.

"Jean, tubuhmu masih lemah dan terlihat tidak bertenaga. Meskipun tidak ada luka liar ataupun luka dalam, kakak tetap memintamu untuk beristirahat total hingga tenagamu benar-benar pulih. Jika ada keluhan lain, kau bisa suruh pelayan mu untuk memanggil kakak lagi," ucap dokter Geraldine dengan serius.

"Baik, kakak. Terimakasih banyak," sahut Jean sambil mengangguk pelan.

"Jean, mulai sekarang kakak akan mengirimkan dua Dame untuk menjagamu dari dekat!" putus Dame Charles tanpa ekspresi.

Jean terbelalak mendengar keputusan sepihak Dame Charles. Darya dan dokter Geraldine yang mendengarkannya hanya diam dan tidak bereaksi apa-apa karena bagi mereka itu hal yang bagus untuk Jean. Namun bagi Jean, itu akan membuat semua gerak geriknya menjadi tidak bebas untuk melancarkan rencana yang ada dalam otaknya.

Melihat wajah keberatan yang ditunjukkan Jean, Dame Charles langsung memberikan peringatan jika penolakan Jean ditolak karena untuk keselamatannya.

"Jean, tidak usah kau pikirkan tentang hal itu. Sekarang beristirahatlah dengan banyak karena nanti malam pesta debutante mu akan dimulai. Tidak mungkin bukan jika bintang pestanya mangkir dari acaranya sendiri?" ucap dokter Geraldine yang dibenarkan oleh Darya dan Dame Charles.

"Baiklah, aku akan beristirahat hingga nanti malam. Tapi bisakah kalian bertiga tidak lagi memanggilku dengan panggilan Jean? Entah kenapa aku tiba-tiba saja tidak suka dengan panggilan itu! Panggil aku Ruby mulai sekarang hingga seterusnya!" sahut Jean dengan lembut dan tegas secara bersamaan.

Ketiganya saling berpandangan lalu kompak mengangguk setuju dengan permintaan sang Nona muda.

Dokter Geraldine dan Dame Charles pun pamit keluar meninggalkan Darya yang masih dikamar itu untuk mengurus sang Nona.

Sementara itu di aula tempat pesta debutante Ruby berlangsung, Duke Caleste dan Duchess Caleste sedang mengawasi pekerjaan para pelayan yang sedang bekerja menyiapkan segala kebutuhan untuk pesta nanti malam agar sempurna dan tidak ada kesalahan sedikitpun.

"Suamiku, kenapa seharian ini aku tidak melihat putri kita? Padahal selama ini dialah yang paling antusias tidak sabaran ingin mengadakan pesta debutante pertamanya dengan mewah dan meriah," ucap Duchess Everly Marie Caleste sambil mengawasi pelayan yang mengatur bunga-bunga menghiasi ruangan aula tersebut.

"Kau benar, istriku! Setiap akan melakukan pesta perayaan, Jean kita pasti yang paling bersemangat dan antusias ingin terlibat didalamnya. Apa jangan-jangan anak itu kabur kepasar seperti biasanya?" sahut Duke Marvin Elliot Caleste sambil menduga-duga.

"Sepertinya tidak, suamiku! Lihat, Dame Juan masih berkeliaran diluar sana sedari tadi, dan itu artinya Jean masih ada di kediaman utama," bantah Duchess Everly sambil mengangkat tangan menunjuk kearah seorang ksatria yang terlihat mengawasi keadaan diluar dengan serius.

"Benar juga," gumam Duke Marvin membenarkan bantahan sang istri.

Duchess Everly yang masih penasaran memutuskan untuk menyerahkan pengawasan para pelayan pada Butler Yu dan keluar dari ruang aula dengan diikuti Duke Marvin yang juga menyerahkan tugas dirinya pada tangan kanannya bernama Bruce.

Jarak aula pesta dengan kediaman utama kediaman Duke Caleste tidak terlalu jauh karena bangunan keduanya terpisah oleh rumah kaca milik sang Duchess.

Begitu memasuki kediaman utama, keduanya dicegah oleh Dame Charles yang baru saja turun dari lantai dua mengantarkan beberapa obat yang diresmikan oleh dokter Geraldine.

Duke Marvin dan Duchess Everly terkejut dan syok akan berita yang disampaikan Dame Charles tentang kejadian yang dialami oleh putri bungsu mereka Jean.

"Ya tuhan, aku sungguh ibu yang buruk karena tidak tahu akan kemalangan yang dialami putriku," ucap Duchess Everly sambil menangis menyesali diri.

Tidak hanya Duchess Everly yang menyesal, Duke Marvin juga menyesal karena terlalu sibuk menyiapkan pesta sehingga abai akan keadaan sang putri seharian ini.

"Ini bukan salah Yang Mulia Duke ataupun Yang Mulia Duchess. Ini murni musibah yang saat ini masih saya selidiki penyebabnya. Kuat dugaan saya jika ada seseorang yang sengaja melakukan semua ini pada Nona muda sehingga Nona muda bisa seperti ini," sahut Dame Charles menguatkan kedua Tuannya agar tidak menyalahkan diri sendiri.

"Kalau dugaanmu begitu kuat, aku perintahkan secara penuh padamu untuk mengusut kejadian ini hingga keakar-akarnya sampai tuntas!" titah Duke Marvin dengan wajah gelap menahan amarah didadanya.

"Baik Yang Mulia, akan hamba laksanakan!" jawab Dame Charles dengan hormat.

Pria itu langsung pergi dari hadapan keduanya setelah memberikan salam hormat dengan dilanjutkan pasangan suami istri itu menuju lantai dua kamar sang putri.

Duchess Everly menangis dalam diam ketika memasuki kamar Jean/Ruby dan duduk disisi kepala sang putri. Darya kembali menceritakan awal ia menemukan Ruby dan berlutut mengaku salah karena telah lalai menjaga dan mengawasi Ruby hingga kejadian ini terjadi.

Duke Marvin hanya diam mendengarkan ucapan Darya sambil menatap lembut putri kesayangannya dengan tatapan penuh cinta seorang ayah.

Duchess Everly mengusap pipi pucat Ruby dan berkali-kali mengecup lembut kening sang putri dengan kata-kata penyesalan dalam hatinya.

"Istriku, ayo kita keluar! Biarkan putri kita beristirahat lebih banyak agar kondisinya cepat pulih. Dan kau Darya, kali ini kesalahanmu aku maafkan! Jaga putriku dengan baik mulai sekarang hingga seterusnya dan jangan tinggalkan dia baik dalam kondisi apapun sekalipun itu perintah langsung putriku! Kau paham?" ucap Duke Marvin pada sang istri sambil memberikan perintah dan peringatan pada Darya.

"Terimakasih, Yang Mulia! Hamba tidak akan merusak kepercayaan yang anda berikan kali ini! Hamba akan selalu menjaga Nona muda apapun keadaannya sesuai perintah Yang Mulia," jawab Darya masih bersimpuh dilantai.

Duke Marvin mengangguk pelan dan mengecup lembut kening Ruby sebelum keluar dari kamar sang putri bersama sang istri.

Darya menarik napas lega begitu keduanya sudah pergi dari kamar tersebut. Ia kembali berdiri dan menatap wajah damai Ruby dengan tatapan penuh tekad untuk menjaga sang Nona meskipun nyawa taruhannya.

Ditempat yang berbeda...

Hosh...hosh...hosh...

Suara deru napas terdengar begitu kencang saat seorang pria tampan terjaga dari tidurnya dengan wajah pucat dan tubuh bermandikan keringat.

"Astaga, apakah itu sebuah mimpi? Kenapa begitu sangat menakutkan sehingga rasanya baru saja aku alami," ucap pria itu dengan bahu naik turun dan napas yang masih ngos-ngosan.

Ia memejamkan matanya guna menormalkan detak jantungnya yang menggila karena mimpi tersebut.

"Siapa wanita itu? Kenapa tatapan matanya tampak tidak asing bagiku?" gumam pria itu dengan lirih nyaris tidak terdengar.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!