'Sreeetth'c Bruukk!!!
Seseorang baru saja menarik Alle yang baru saja memasuki lorong menuju kelasnya, dan berakhir mendorongnya dikamar mandi paling pojok.
Alle tak mengenali 3 orang itu sebelumnya, ada 3 cewek yang satu menatapnya dengan pandangan marah.
"Kenapa kalian membawa ku kesini?" tanya Alle masih meringkuk disudut kamar mandi yang terkunci.
Gadis yang diyakini Alle ketua dari kedua temannya itu tiba-tiba saja menarik ikatan kucir rambutnya membuatnya mendongak.
"Lo udah apain sepupu gue hah?" bentak gadis itu keras sembari menjodotkan kepala Alle di bak mandi dengan cukup keras membuat Alle merasa pening dan keningnya terasa perih, mungkin memerah.
"Aku ngak kenal sepupu kamu."
Gadis itu kembali Manarik rambut Alle cukup kencang. "Kara, Lo apain dia kemarin sore hah?" gadis itu lalu mendekat lebih dekat kewajah Alle lalu berbisik. "Lo masih ngak terima Kara hamil anak Ares? MANTAN Lo."
Alle sempat tersentak ketika mendengar mengetahui kehamilan Kara.
"Aku ngak sengaja, aku cuma reflek." ringis Alle sembari menahan perih di kepalanya karna cengkraman gadis itu yang mengaku sepupu Kara ini tidak main-main.
"Kalau Lo masih menggangu hubungan mereka dan mencoba pisahin mereka, Lo akan tau akibatnya sialan." sentaknya kembali menghempaskan kepala Alle.
Gadis itu hampir saja melangkah keluar, namun baru saja akan membuka pintu dia berbalik dan menyeringai kearah Alle dan membuat Alle yang melihatnya kembali bergetar.
Dengan tanpa rasa iba, gadis itu kembali Manarik rambut Alle agar berdiri lalu mencelupkannya kepala Alle beberapa detik, Alle sempat merontah ketika nafasnya terasa sesak namun gadis itu melakukannya beberapa kali hingga kepala Alle pening.
Setelah puas gadis itu keluar dan diikuti ke 2 temannya yang menunggu diluar.
Dengan rambut yang basah dan kepala pening, Alle berjalan tertatih keluar, dia merasa bingung harus bagaimana kemeja yang dia pakai sedikit basah dan jika dibiarkan nantinya dia akan sakit. Namun kelas akan dimulai 30 menit lagi tak bisa jika dia harus pulang dulu.
Setelah keluar dari toilet, banyak mahasiswa dan siswa menatapnya heran, iba, namun ada juga yang acuh.
Hingga ketika dia berjalan menunduk sesuatu tersampir dibahunya setelah menoleh dia melihat seongok jaket hitam yang cukup familiar baginya.
Alle segera menatap kedepan, didepannya ada Ares yang menatapnya datar.
"Cepat pakek, nanti Lo sakit." ujarnya hendak berbalik, namun sebelum itu terjadi dengan cepat Alle menahan tangannya hingga Ares mengurungkan niatnya.
"Kak, Kara benar-benar hamil anak Kakak?" tanya Alle dengan gemetar.
Ares mengeraskan rahangnya, kini giliran laki-laki itu yang berbalik menggenggam pergelangan tangan Alle dengan kuat lalu menariknya kearah dimana Alle yakinan ditaman belakang fakultas.
Ares menghempaskan tubuh Alle dengan cukup kasar untung saja Alle tidak limbung.
"Gue udah bilang jangan bahas itu didepan umum, Lo mau bikin gue malu Al?"
Alle menunduk dengan tubuh yang bergetar dan menangis dengar suara Ares yang cukup keras, tangannya mengelus pergelangan tangannya yang dicengkram Ares membuatnya sedikit perih, mungkin memerah.
"Maaf, tapi Kakak berubah."
Ares merubah raut wajahnya, dia memalingkan wajahnya sembari mendengus cukup keras.
"Cukup Al, Lo harus bisa mandiri, berbaur dengan orang-orang, gue ngak selamanya bisa menjaga Lo, gue sekarang ada tanggung jawab besar, gue harus menjaga Kara dan anak gue."
Alle menggigit bibir bawahnya merasa ngilu mendengarnya. "Kak Lex tadi malam hampir ngelecehin aku lagi." cicit Alle dengan pelan.
Tak ada balasan Ares cukup lama, hingga kemudian ia mendengar Ares mendengus.
"Udah saatnya Lo harus mandiri Alle, atau..." Ares menjeda kata-katanya sesaat. "Atau Lo bisa cari yang lain yang bisa jaga Lo sepenuhnya."
Alle mendongak ketika mendengar Ares akan berbalik dan melangkah. "Tapi kakak dulu pernah janji, buat jaga aku, apa itu omong kosong belaka?" Alle berteriak cukup kencang dengan kedua tangan yang mengepal disisi tubuhnya.
Ares menghentikan langkahnya. " Yah, itu dulu. Sebelum gue mengenal Kara dan gue jatuh cinta dengannya." setelahnya laki-laki itu berjalan tanpa menghiraukan Alle yang luruh ditanah dengan tangisan yang menyedihkan.
________
Setelah dirasa tubuhnya lebih enakan, dia segera masuk kedalam kelas, banyak yang menatapnya heran karna melihat wajah Alle yang sedikit pucat dengan mata yang lembab seperti habis menangis namun tak ada satu orangpun yang menanyai keadaanya, sungguh miris hidupnya.
Beberapa jam setelah kelasnya usai dia segera pergi ketempat yang menurutnya tenang, disepanjang perjalanan gadis itu terus saja menggenggam jaket hitam milik Ares yang tadi diberikan laki-laki itu padanya.
Namun ketika akan sampai parkiran dia melihat Ares mengenakan jaket yang sama dengannya, hingga tak lama Kara menyusul Ares dari belakang.
Gadis itu seolah mengode dengan mengelus kedua tangannya dan sesekali dilengannya.
"Ares, pake dong cewek Lo kedinginan itu." suara cempreng Leo menginstruksi membuat Ares menoleh, tanpa basa basi laki-laki itu membuka jaketnya dan langsung memakaikannya pada Kara disambut pekikan godaan Leo dan juga Andre.
Namun sesaat kemudian Andre menyeryit seperti menyadari sesuatu. "Ohiya ya, Ares kan tadi pinjam jeket gue, Lo kemanain?"
Belum sempat Ares menjawab pandangannya mengarah pada Alle yang terdiam dipojok ruang menuju parkiran membuatnya mengerti dan diam.
"Hadeh, beban." celetuk Leo yang wajah kesal membuat Andre menyenggol temannya itu agar diam.
Dengan menahan sakit, Alle beranjang menuju Ares dan teman-temannya berada, dan membuka jeket yang dia kenakan memang sama persis dengan yang Ares kenakan, dia tidak tau jika Ares dan Andre memiliki jeket yang sama dengannya. Memang satu geng Ares punya masing-masing jeket yang sama hanya saja Ares dan Andre yang sering memakainya.
Gadis itu mengulurkan tangannya yang berisi jeket namun saat kemudian menariknya kembali, gadis itu menunduk dalam. "Maaf kak, aku cuci dulu yah."
Suasana menjadi canggung namun suara motor Ares membuyurkan semua.
"Ekh, ngak usah Al, kemariin aja jeketnya ngak apa-apa, ngak usah dicuci." sahut Andre dengan ramah bahkan laki-laki tersenyum lembut pada gadis itu.
Leo berdecak. "Nyusahin lagi ni orang." Desahnya sembari mengahlikan pandangannya kearah lain.
"Tapi Kak."
"Ngak usah, benaran siniin."
Dengan ragu Alle mengulurkan jeketnya yang langsung diambil oleh Andre.
"Sekali lagi terimakasih kak." Alle sedikit menundukkan kepalanya.
"Iyah, hati-hati Al."
Alle yang baru saja berbalik mengangkat wajahnya sedikit, lalu tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
Dalam hati berterimakasih pada Tuhan yang masih mengirimkan orang yang masih baik padanya.
Saat Alle berjalan menjauh, Andre melihat jeketnya lalu sedikit menyeryit lalu tersenyum miring setelah menyadari sesuatu.
______
Suasana sejuk dan dingin membuat angin berhembus cukup kencang dan menerbangkan anak rambut Alle yang tak ikut terkuncir.
Gadis itu tengah duduk ditepi pantai tanpa alas apapun hanya dress-nya yang menjadi alas.
Semburat orange di ufuk barat menandakan hari akan usai, namun disisi yang lain tempatnya juga tak sepi ada beberapa pasang muda mudi menikmati suasana yang terkesan romantis itu.
Alle terkekeh pelan, dia pernah diposisi itu sebelumnya bergandengan tangan menyusuri bibir pantai, Ares bukan orang yang romantis dia yang selalu merengek meminta sesuatu yang menurutnya romantis dan dia ingin merasakannya juga, namun Ares tak pernah menolak.
Tiba-tiba saja matanya mengembun, apa benar ucapan Ares kemarin jika sebenarnya dia tidak suka dengan sikap kekanakannya, dan bosan ditempelin terus.
Gadis itu segera mengusap air matanya yang tiba-tiba saja datang tanpa permisi, ia terkekeh pelan lalu mendongak melihat langit biru yang dipandu sinar orange yang begitu memukau.
"Mah, Pah, Alle kangen kalian."
Gadis itu akhirnya membiarkan air matanya mengalir dikedua sisinya, setidaknya akan membuat dia lega nantinya. Persetan dengan kata orang yang mengatainya cengeng, namun itulah yang membuatnya nyaman.
"Kenapa kalian ngak membawa Alle saja sekalian Mah, Pah. Alle ngak kuat."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments