4. Gadis yang Tidak Terduga

Hari itu, langit Kota Jakarta mendung, seperti suasana hati Nathan yang baru saja pulang dari kantor. Sepanjang perjalanan, ia sibuk mengutuki keberadaan Clarissa yang terlalu jauh untuk sekadar dipandangi, dan ibunya yang mulai gencar melontarkan kata-kata "kamu harus menikah" hampir setiap jam makan malam.

Ketika mobilnya memasuki halaman rumah, Nathan melihat sesuatu yang asing, sebuah mobil hitam mewah yang tidak pernah terparkir di sana sebelumnya. Ia mengernyit. Ini bukan koleksi ibunya. Dan Ezra, asisten rumah tangga sekaligus bodyguard-nya, sedang sibuk membawa koper ke dalam rumah.

"Siapa tamu istimewa kita hari ini?" gumam Nathan sambil membuka pintu depan.

Ia nyaris melongo ketika sosok wanita berambut panjang terurai dengan setelan putih krem itu menoleh dan menyapa duluan.

"Hai! Kamu pasti Nathan Alvaro," katanya ceria, suaranya ringan dan ekspresif. "Aku Celeste."

Nathan mengedipkan mata, lalu menoleh pada ibunya. "Ini serius?"

Madeline berdiri di samping mereka dengan senyum selebar senja. "Nathan, ini Celeste Aurellia. Anaknya Julianne."

Nathan membeku. Nama itu seperti menekan tombol rahasia dalam memorinya. Julianne, sahabat ibunya yang meninggal beberapa tahun lalu karena sakit misterius. Ia ingat wajahnya samar-samar, hangat dan penuh kasih.

"Aku tahu, ini mendadak," Celeste menambahkan, masih sopan dan tenang. "Tapi aku disuruh ayahku untuk… bertamu."

Kata "bertamu" itu terdengar sangat diplomatis. Nathan langsung bisa membaca polanya. Madeline ingin menjodohkannya, lagi.

"Aku punya banyak pekerjaan," gumam Nathan, hendak menaiki tangga.

"Kamu nggak mau ngobrol dulu? Aku bawa teh herbal dari Kyoto. Katanya bisa bantu tidur nyenyak," ucap Celeste cepat.

Nathan berhenti di anak tangga ketiga. Ia memutar tubuh, dan mendapati Celeste tersenyum manis, bukan senyum menggoda, tapi seperti seseorang yang tulus ingin ngobrol.

Dan entah kenapa, itu malah membuat Nathan curiga.

“Celeste, sayang,” ujar Madeline ramah, “Nathan itu keras kepala, tapi kalau sudah luluh, dia lembut kayak marshmallow.”

“Wah, semoga aku bisa lihat versi marshmallow-nya,” sahut Celeste tertawa kecil, masih sopan.

Nathan mendengus dan akhirnya menyerah, turun lagi. “Baiklah, satu cangkir teh. Setelah itu, jangan salahkan aku kalau kembali ngurung diri di kamar."

*

Di ruang tamu, percakapan terasa ringan dan hangat. Celeste bercerita soal hobinya, membaca, melukis, dan mengoleksi teh dari berbagai negara. Tidak ada kesan arogan meski ayahnya, Darius Aurellia, adalah orang paling berpengaruh se-Asia.

“Pasti hidup kamu menyenangkan, ya,” gumam Nathan, tanpa sadar.

Celeste menoleh. “Pasti kelihatannya begitu,” jawabnya singkat, sebelum cepat-cepat mengalihkan topik ke Clarissa. "Ngomong-ngomong, aku lihat tadi ada gadis cantik bantuin di dapur. Dia siapa? Pacarmu?"

Nathan tersedak tehnya.

“Clarissa?” tanya Madeline, angkat alis. “Itu pembantu kita, tapi pintar dan manis sekali. Nathan, kamu belum pernah jawab waktu aku tanya... kamu suka dia?”

Nathan buru-buru berdiri. “Aku ke atas dulu. Terima kasih tehnya.”

Celeste tidak menahan. Ia hanya tersenyum dan memandangi punggung Nathan yang menjauh.

Begitu Nathan sudah pergi, Madeline menoleh pada Celeste. “Jadi, kamu siap menerima perjodohan ini?”

Celeste diam sejenak. “Kalau itu bisa membuat Ayah tenang, aku akan jalani. Tapi... jangan terlalu berharap banyak dulu, Tante. Aku lebih ingin berteman dulu.”

“Dan Nathan bukan pria yang gampang dijinakkan, sayang,” bisik Madeline.

Celeste tersenyum simpul. "Aku juga bukan gadis yang mudah ditebak."

*

Malam itu, Celeste menatap langit dari balkon kamar tamunya. Cahaya lampu kota berkelap-kelip di kejauhan. Dari balik gaun putih bersihnya, ada luka-luka samar yang tersembunyi, luka yang tidak terlihat siapa pun.

"Aku cuma punya waktu enam bulan, katanya..." gumamnya lirih, suara nyaris tak terdengar.

Tapi dalam hatinya, Celeste berdoa bukan untuk berhasil mendapatkan Nathan, melainkan agar ia bisa merasakan kehidupan yang biasa saja, walau hanya sebentar. Berteman. Tertawa. Diperlakukan seperti manusia.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!