Farah mulai berlari mengelilingi lapangan. Baru beberapa detik berlari, dia sudah diserang lelah. Karena hal itu, Farah berhenti sambil memegangi lutut.
"Punya badan gemuk ternyata nggak enak," keluh Farah sembari mengatur nafas. "Mulai sekarang sepertinya aku harus menurunkan berat badan," sambungnya yang kembali berlari mengitari lapangan.
Farah memaksakan dirinya untuk terus berlari. Sampai kakinya terasa semakin lelah. Alhasil dia terjatuh ke tanah karena kelelahan.
Bersamaan dengan itu, bel istirahat berbunyi. Farah mendengus lega karena hukumannya otomatis berakhir.
Perlahan Farah membawa badannya berdiri. Tetapi entah kenapa dia kesulitan melakukannya.
"Ugh!" Farah kesulitan berdiri karena tubuh besarnya.
"Hahaha! Lihat! Ada ikan paus terdampar di lapangan," seru seorang siswa. Jelas dia membicarakan Farah yang masih terduduk di tanah.
"Dia kayaknya nggak bisa berdiri. Lucu banget. Bwahaha!" sahut siswa lainnya. Lama-kelamaan semakin banyak orang yang mentertawakan Farah.
"Sialan nih anak-anak. Berani sekali dia ngejek orang tua," gerutu Farah. Dia tentu tidak merasa kalau dirinya adalah gadis remaja.
Farah menunjukkan raut wajah marah. Dia melotot ke arah semua orang yang mentertawakan. "Awas ya kalian!" ancamnya.
Bukannya takut atau jera, para murid yang melihat Farah justru terus tertawa. Ejekan mereka bahkan semakin menjadi-jadi.
"Lihat! Ikan pausnya marah," ucap seorang siswa lagi.
Farah mengepalkan tinju di kedua tangan. Dia memasang ekspresi datar saat melihat tiga siswi yang muncul di antara semua murid. Mereka tidak lain adalah Fatma, Nia, dan Elita. Tiga orang yan setahu Farah sering membuli Rasti.
"Tenang aja, Rasti. Aku akan membuatmu bangkit. Aku nggak bisa membiarkan mereka terus menindasmu," gumam Farah bertekad. Dia kembali bergerak untuk berdiri.
"Ras! Kau ngapain di sini?" Tanpa diduga, seorang lelaki turun tangan membantu Farah berdiri. Dia ternyata adalah Yoga. Satu-satunya teman Rasti yang selalu ada.
Mata Farah membulat. Karena dia merasa jantung pemilik tubuhnya langsung berdebar kuat.
'Tunggu dulu. Apa Rasti menyukai Yoga?' batin Farah menduga. Dia memegangi dadanya sendiri.
"Ayo ikut aku!" Yoga mengajak Farah pergi dari lapangan.
Melihat hal itu, Fatma memberengut. Dia cemburu karena sudah lama menaruh rasa kepada Yoga. Lelaki paling populer dan sekarang menjadi ketua osis di sekolah.
Kini Farah duduk di kursi panjang bersama Yoga. Lelaki itu memberikannya sebotol air mineral.
"Nih minum. Kau pasti capek," kata Yoga.
"Makasih," sahut Farah. Dia langsung meminum air pemberian Yoga.
Jujur saja, Farah terus merasakan jantungnya berdegup kencang. 'Fix! Farah suka sama Yoga. Tapi ini jelas perasaan dia. Bukan perasaanku. Bagiku Yuda satu-satunya lelaki yang aku cintai,' ucapnya dalam hati.
Yoga mengamati Farah dengan serius. Dia sampai mendekatkan wajahnya.
"Kau kenapa tiba-tiba dihukum? Kayak bukan Rasti biasanya," cetus Yoga heran. Sebagai sahabat kecil Rasti, dia tahu gadis itu bukan seorang murid yang suka berbuat masalah. Apalagi sampai dihukum keliling lapangan.
Farah tidak menjawab. Dia tenggelam dalam pikirannya sendiri. Selain itu, dirinya merasa namanya tidak dipanggil. Mengingat Farah belum terbiasa dengan panggilan nama Rasti.
"Ras? Rasti!" Yoga menepuk pundak Rasti. Dia terpaksa melakukannya karena gadis itu tak kunjung menjawab.
"Eh, iya!" Farah langsung menoleh ke arah Yoga.
"Bengong aja. Kau baik-baik saja kan? Kau aneh sekali hari ini," tukas Yoga.
"Aku baik-baik saja," jawab Farah.
"Beneran?" Yoga meragu.
Farah mengangguk. Bertepatan dengan itu, temannya Yoga memanggil. Lelaki tersebut lantas pergi dari hadapan Farah. Saat itulah Fatma dan dua temannya datang.
"Mau apa?" tanya Farah dengan dagu terangkat.
"Cih! Mulai berani ya kamu sekarang. Sudah jelek, miskin, bodoh lagi!" cibir Fatma gamblang.
"Terus apa pedulimu, hah?!" Farah melotot.
"Astaga, kau minum obat apa hari ini?" komentar Elita. Dia dan dua temannya baru sekarang melihat Rasti menunjukkan perlawanan.
"Kepalanya pasti baru kejedot tanah," sahut Nia. Dia terkekeh bersama dua temannya.
Farah memutar bola mata jengah. Dia pergi begitu saja meninggalkan Fatma dan kawan-kawan. Bahkan saat gadis itu berteriak memanggil namanya.
Farah pergi ke toilet. Dia membersihkan pakaian dan membasuh wajahnya. "Aku harus terbiasa dengan nama Rasti sekarang. Oke, lupakan nama Farah. Kau adalah Rasti," gumamnya. Berbicara pada cermin. Kemudian masuk ke bilik toilet.
Tanpa sepengetahuan Rasti, Fatma dan dua temannya sejak tadi mengamati dari ambang pintu. Diam-diam mereka mengunci pintu bilik toilet dimana Rasti berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
kasihan banget mentang2 gendut di bully
2025-04-15
1
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-04-21
0
Cindy
next
2025-04-14
1