Adelia meringis saat kompresan es batu mengenai pipinya, dingin menusuk kulit sedikit meringankan rasa sakit dan panas akibat tamparan yang diberikan seseorang tadi. Helaan napas kasarnya terdengar, hal semacam ini sudah sering dia dapatkan apabila melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orang itu.
"๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ ๐ฅ๐ช๐ณ๐ช ๐๐ฅ๐ฆ๐ญ๐ช๐ข, ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ค๐ถ๐ฎ๐ข ๐ข๐ฏ๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ข๐ฏ๐ค๐ช๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ! ๐๐ฆ๐ณ๐ด๐บ๐ถ๐ฌ๐ถ๐ณ ๐ฌ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ข๐ณ๐จ๐ข ๐ช๐ฏ๐ช ๐ฎ๐ข๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ธ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฌ๐ฆ๐ด๐ช๐ฏ๐ช ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ฆ๐ด๐ข๐ณ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฎ๐ถ ๐ธ๐ข๐ญ๐ข๐ถ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ด๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ถ๐ฏ๐บ๐ข ๐ข๐ฏ๐ข๐ฌ ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฅ๐ถ๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ฆ๐ฌ๐ข ๐ด๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ช๐ณ๐ช, ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฆ๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฅ๐ช๐ฑ๐ถ๐ญ๐ข๐ฏ๐จ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ ๐ฑ๐ข๐ฏ๐ต๐ช ๐ข๐ด๐ถ๐ฉ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฉ๐ช๐ฅ๐ถ๐ฑ ๐ด๐ถ๐ด๐ข๐ฉ ๐ฅ๐ช๐ด๐ข๐ฏ๐ข!"
Kata-kata itu sering kali Adelia dengar, keluar dari mulut orang-orang yang masih memiliki darah yang sama dengan kedua orang tua angkatnya. Bukan hanya mereka terkadang Ayah angkatnya pun sering kali mengatakan hal tersebut saat marah, mengatainya anak pancingan yang tidak berguna karena tidak bisa memberikan standar hidup juga pasangan idaman pada keluarganya.
"Aku juga enggak minta di angkat jadi anak, apalagi cuma dijadiin pancingan! Kalau emang udah enggak berguna kenapa enggak dibalikin aja, kenapa masih di pelihara?! lebih baik hidup susah di panti asuhan daripada terus dipukulin kayak gini tiap mereka marah!" Gumamnya dengan air mata yang mulai menganak.
Adelia jarang menangis dan tidak pernah memperlihatkannya tangisannya didepan orang lain selama ini. Kalau dia ingin menangis Adelia akan masuk kedalam kamar mandi lalu menyalakan kran air dengan kencang, Adelia bisa menangis dengan keras tanpa harus menutup wajahnya menggunakan bantal.
"Aku pingin nikah, aku juga pingin keluar dari rumah ini tapi aku takut kalau laki-laki yang nikahin aku nantinya main tangan, kasar, suka marah-marah enggak jelas kayak Ayah, apalagi aku enggak tau gimana sifatnya dia yang sebenarnya, tiba-tiba nikah aja gara-gara dijodohin aku beneran gak mau!" Adelia kembali mengeluarkan unek-unek didalam hatinya selama ini, sejujurnya dia ingin menikah dengan laki-laki baik sama seperti perempuan kebanyakan.
Siapa sih yang mau hidup sendiri seumur hidupnya? Sudahlah sebatang kara terus enggak punya pasangan hidup, malang sekali nasibnya pas lahir ke dunia.
Tok... Tok... Tok...!
"Kak Adel, boleh aku masuk?" Adelia tersentak dan reflek menarik ingusnya saat mendengar ketukan pintu dan suara seseorang yang dia kenali.
Itu suara adiknya, adik angkatnya. Anak yang selama ini sangat diinginkan oleh kedua orang tua angkatnya hingga menjadikan dirinya sebagai anak pancingan.
Adelia buru-buru mengusap air matanya, lalu menempatkan kompresan air es itu dimatanya agar terlihat lebih segar. Dia tidak mau kalau Amelia sampai melihatnya menangis, adik yang berbeda dua tahun dengannya itu memang tidak pernah mengungkit posisinya di rumah ini, Amelia berbeda dengan Ayah mereka atau lebih tepatnya Ayah Amelia sendiri.
Sementara Ibunya, perempuan itu tidak banyak membantu disaat dirinya dirundung. Cenderung diam seakan membiarkan apa yang dilakukan mereka padanya.
Sama-sama kejam bukan, kalau memang sudah enggak mau ya kembalikan ke asalnya!
"Masuk Mel, enggak dikunci!" Ucap Adelia seraya memainkan kompresan dipipinya. Rasa dingin itu cukup menenangkan, andaikan ada yang mau mencium dan mengelusnya lembut pasti cepat sembuh.
Begini amat nasib Jomblo!
Tidak lama pintu terbuka menampilkan seorang perempuan muda yang hampir lima bulan ini berstatus menjadi seorang istri. Amelia tersenyum pada Adelia, dia berjalan menuju tempat tidur dimana kakaknya berada sekarang.
"Ayah nyakitin Kakak lagi? Maafin Ayah ya Kak, seharusnya Ayah enggak ngelakuin hal ini sama Kakak. Seharusnya mereka-,"
"Ini memang salah Kakak pergi enggak izin, ninggalin pertemuan Ayah sama orang itu. Mel, Aku boleh nolak kan? Maksudnya, biarin aku yang nyari suami sendiri enggak usah dijodoh-jodohin kayak gini. Kesannya kayak enggak laku aja tau gak, apalagi Ayah ngenalinnya sama laki-laki yang umurnya hampir sama dengan dia, kaya sih kaya tapi kalau aki-aki mesum aku juga enggak mau Mel!" Adelia merengek, dia memohon dan meminta pada adiknya agar mau memberitahu Ayahnya untuk tidak melakukan hal itu lagi, rasanya mengerikan.
Amelia sendiri hanya diam, dia tidak mengeluarkan suara apapun selain menatap Adelia dengan lekat.
"Ya Kakak benar, seharusnya Kakak bisa mendapatkan calon suami sendiri enggak perlu dijodohin kayak gini. Kakak cantik, sempurna, bahkan lebih cantik dari aku." Amelia memelankan suaranya di kalimat terakhirnya, dia menelan salivanya kasar sebelum berdehem seraya mengalihkan pandangan kearah lain.
"Ya udah, Kakak istirahat aja. Aku cuma mau mastiin kalau Kak Adel baik-baik aja setelah Ayah nampar Kakak tadi." Imbuhnya, Amelia bangkit dia perlahan menjauh dari Adelia, melangkah menuju keluar meninggalkan Adelia yang tidak mencegah dirinya pergi.
Amelia berdiri sejenak didepan pintu kamar Adelia, dia menatap lurus ke arah depan dengan tangan terkepal.
"๐ ๐ข, ๐๐ข๐ฌ ๐๐ฅ๐ฆ๐ญ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฅ๐ข๐ฑ๐ฆ๐ต๐ช๐ฏ ๐ด๐ถ๐ข๐ฎ๐ช ๐ต๐ข๐ฏ๐ฑ๐ข ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด ๐ฅ๐ช๐ซ๐ฐ๐ฅ๐ฐ๐ฉ๐ช๐ฏ, ๐ฅ๐ช๐ข ๐ค๐ข๐ฏ๐ต๐ช๐ฌ, ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐ณ๐ฏ๐ข, ๐ฃ๐ข๐ฉ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข ๐ฐ๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐บ๐ถ๐ฌ๐ข๐ช๐ฏ๐บ๐ข ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฎ๐ข๐ด๐ถ๐ฌ-,"
Amelia tidak melanjutkan ucapan di dalam hatinya, dia buru-buru pergi dengan perasaan tidak tahu harus melakukan apa sekarang, membantu Adelia atau membiarkan Ayahnya menjodohkan kembali kakaknya itu dengan laki-laki pilihan sang Ayah?
Ditempat lain...
Azkha yang baru selesai membersihkan diri segera mencari ponselnya, dia masih menggunakan handuk dengan air yang menetes dari kepala.
Tangannya menekan tombol kunci, dahinya berkerut saat tidak ada panggilan ataupun pesan yang masuk.
"Gimana keadaan dia ya, apa dia baik-baik saja? Apa dia lagi nangis sekarang gara-gara ditampar sama orang itu? Harusnya tadi aku samperin aja, enggak lihatin dari luar kan!" Ada rasa sesal yang tiba-tiba saja menyeruak dalam hatinya, Azkha menyesal karena tidak mengikuti kata hatinya.
" Kalo Aku hubungin dia sekarang ganggu gak ya?" Gumamnya, hingga tidak sengaja nomor dan nama kontak tersebut tertekan oleh jarinya yang besar. Panggilan tersambung, Azkha baru menyadari saat panggilan yang dilakukan tanpa sengaja itu terhubung.
"๐๐ข๐ญ๐ญ๐ฐ, ๐ด๐ช๐ข๐ฑ๐ข ๐ช๐ฏ๐ช?"
Azkha tersentak saat mendengar suara perempuan, dia menatap layar ponselnya yang menyala dan menampilkan panggilan dengan nama kontak ๐ผ๐๐๐ก๐๐ ๐
Jantung Azkha tiba-tiba saja berdetak dengan cepat, dia tremor di buatnya padahal itu murni kesalahannya sendiri.
"๐๐ข๐ญ๐ข๐ถ ๐ฆ๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฌ ๐ซ๐ฆ๐ญ๐ข๐ด ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ข๐ต๐ช๐ช๐ฏ ๐บ๐ข!"
Mendengar ucapan Adelia itu Azkha segera beraksi, dia bergegas mendudukan dirinya di tepi tempat tidur sebisa mungkin mengontrol perasaannya yang tidak karuan.
"Ha-Hallo, ini Adelia kan?"
"๐๐บ๐ข, ๐ช๐ฏ๐ช ๐ด๐ช๐ข๐ฑ๐ข?"
Azkha terdiam sejenak, Dia tidak menyahut karena masih menetralkan detak jantungnya yang berantakan.
"Tenang Kha tenang, jangan kayak abg kamu udah tua Kha." Gumamnya dengan suara pelan seraya menjauhkan ponsel dari mulutnya.
"Ini Azkha, orang yang nganterin kamu pulang tadi." Hanya itu yang bisa Azkha katakan, dia tidak tahu harus memulainya dari mana.
"๐๐ฉ, ๐ช๐บ๐ข ๐ข๐ฅ๐ข ๐ข๐ฑ๐ข ๐๐ข๐ด?๐๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฑ๐ข ๐ข๐ฑ๐ข ๐ฎ๐ฐ๐ฃ๐ช๐ญ๐ฏ๐บ๐ข ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ด๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ด๐ข๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฏ?"
Suara itu kembali Azkha dengar, kata ๐๐๐จ yang keluar dari mulut Adelia berhasil membuat jantung Azkha semakin berdebar dan merinding.
Baru kali ini dirinya dipanggil Mas, Biasanya Abang, Den, Aden, kalau enggak Om oleh keponakannya tersayang anaknya Ais dan Rimba, sementara Shaka dan Yumi memang memutuskan untuk tidak memiliki anak, sepertinya karena sampai sekarang mereka masih berdua saja.
"Belum, belum selesai diperbaiki. A-aku cuma mau tahu, kamu baik-baik saja kan? Maaf tadi aku enggak sengaja melihat-,"
"๐๐ข๐ด ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ด๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐บ๐ข? ๐๐ฌ๐ถ ๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ-๐ฃ๐ข๐ช๐ฌ ๐ข๐ซ๐ข ๐ฌ๐ฐ๐ฌ, ๐ค๐ถ๐ฎ๐ข ๐ด๐ข๐ฌ๐ช๐ต ๐ฑ๐ช๐ฑ๐ช๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ฐ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ข๐ฑ๐ช ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฆ๐ฏ๐จ๐จ๐ข๐ฌ ๐ข๐ฑ๐ข-๐ข๐ฑ๐ข ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฅ๐ช๐ฌ๐ฐ๐ฎ๐ฑ๐ณ๐ฆ๐ด. ๐๐ถ๐ฎ๐ข ๐ด๐ข๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ข๐ฉ๐ข๐ฎ ๐ข๐ซ๐ข ๐ต๐ข๐ฅ๐ช." Ucap Adelia dengan nada tenang, dia tidak menceritakan apa yang terjadi tadi walaupun Azkha sudah memancingnya. Sementara Azkha sendiri tidak lagi bertanya banyak, dia hanya berbicara seperlunya walaupun sebenarnya dia ingin sekali melihat keadaan Adelia melalui sambungan video tapi sepertinya itu bukan ranahnya, takutnya Adelia menilainya ikut campur dan ingin tahu padahal mereka baru kenal tadi belum memiliki kedekatan apapun apalagi sebuah hubungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ainal Fitri
ha ha ha ha baru juga denger suara nya aj udh Tremor aj bang...๐ ih gmn sich, br juga kenal hati mu udh terlalu bucin ๐
ooooo ya ampun jd cuma anak pancingan, tp seharus nya mereka berterima kasih Krn dengan ad nya Adelia maka hadir lah Amelia.. tp ternyata mereka tidak pernah mensyukuri nikmat yg telah Allah beri ๐ banyak banyak sabar ya Del tp jgn sampe nti Amelia makin cemburu Krn seseorang yg mnyukai mu , jaga diri mu baik baik Del ๐
2025-04-11
4
jumirah slavina
kamu.pergi aja k'tempat lakiยฒ yg menolong kamu tadi
Aku melihat dr kobokan., kaya'y lakiยฒ itu adalah jodoh'mu..
dua A., A'2., nama aja udah sinyal tuh.. tadi hp juga sama kn..
๐คญ๐คญ๐คฃ๐คฃ๐คฃ๐๐๐๐
2025-04-30
1
jumirah slavina
wwoooaaahhh boneka jepang., apa Kamu gak mau punya boneka jepang yg bisa bernafas....
2025-04-30
1