Typo bertebaran🙏
Happy reading..
Ellen duduk di salah satu kursi sambil memperhatikan sekitar. Sengaja Ellen meneguk minuman keras sebelum keluar mobil, agar kesadarannya sedikit hilang dan bisa bersikap menggoda selayaknya pellacur jalanan.
Tomi sendiri wajib menunggu di mobil agar Ellen bisa merasakan kebebasan penuh. Siapapun lelaki yang mendekat, akan Ellen tawarkan kegilaan yaitu membawanya lari dari David.
Ah mengesalkan! Sebagian pengunjung hanyalah bocah! Keluh Ellen dalam hati. Dia sangat lelah mencari kandidat yang sesuai.
"Hai Nona. Apa yang kamu lakukan di sini." Ellen menoleh ke sumber suara. Terlihat Johan duduk tepat di samping nya. Kesempatan yang bagus. Dia pasti kesepian. Lumayan, tidak perlu mencari pellacur.
Setelah mengetahui fakta soal kehidupan Ellen membuat Johan berniat memanfaatkan situasi. Tidak sepenuhnya berniat jahat, Johan menebak jika apa yang mereka inginkan pasti sama. Johan memenuhi kebutuhan batin nya sementara Ellen untuk membunuh rasa sepinya. Kecantikan Ellen membuatnya melupakan alasan Yuan memberikan kebebasan.
"Bukannya kamu..."
"Ya. Tadi siang kita tak sengaja bertemu." Johan tersenyum simpul. Dia merasa mendapatkan peluang." Sepertinya Nona sedang dalam masalah." Ellen tertawa kecil seraya mengangguk-angguk.
"Hum ya. Kamu bisa membantuku? Kalau berhasil, kamu mendapatkan imbalan sesuai keinginan tapi tidak berupa uang sebab aku tidak memilikinya." Dia punya senjata api kan. Biar David di tembak mati sekalian! Umpat Ellen dalam hati.
Bayangan kebersamaan David dan Paula begitu menyakiti hati. Parahnya, David menorehkan itu berulang-ulang hingga Ellen tidak sanggup mengukur betapa dalamnya luka tersebut.
Hati Ellen terlalu lama membatu sampai mengikis rasa cintanya pada David. Kini yang tersisa adalah rasa benci serta jijik. Hal sederhana yang Ellen inginkan hanya pergi agar luka di hatinya tidak bertambah parah. Tapi sampai detik ini, David tidak juga mau melepaskannya.
"Apa yang bisa saya bantu?" Tanya Johan seraya memperhatikan secara detail betapa cantik paras wanita di hadapannya.
"Keluar dari sana." Jawab Ellen pelan.
Sedikit terselip rasa ragu mengingat banyaknya lelaki yang memilih mundur daripada melawan kegilaan David. Selain tidak memiliki banyak uang, kekuasaan mereka pun jauh di bawah David yang rela melakukan apapun untuk membuat Ellen tetap di sampingnya termasuk menghabisi pihak yang berusaha ikut campur. Dengan uang, David bisa menyewa kacung atau pembunuh bayaran profesional.
Sedikitpun Ellen tidak menyesal sudah menumbalkan beberapa lelaki bodoh. Tekanan batin yang David berikan sangat membebani dan menyiksa. Ellen takut jika terlalu lama berada di sana, dia benar-benar akan gila lalu memilih jalur cepat dengan bunuh diri. Ellen tidak perduli pada nasib para lelaki paska menolongnya, dia tetap berniat mencari walaupun harus banyak nyawa melayang sia-sia.
"Saya sangat bisa. Itu pekerjaan saya." Dia tertekan.
"Oh benarkah." Ellen tertawa kecil." Kau bisa dapatkan hidupku setelah tugas itu selesai." Johan tersenyum simpul.
"Saya hanya butuh satu malam saja. Saya malas menjalin hubungan. Satu kali dan selesai."
"Tugas ini sangat sulit dan beresiko. Aku tidak punya uang untuk membayar. Yang ku punya hanya harga diri." Jawab Ellen menjelaskan.
"Tenang saja Nona. Saya selesaikan tugas lalu anda memberikan imbalan dan anda bisa pergi."
"Dia akan menemukan ku lagi." Ujar Ellen menatap Johan dengan ekspresi putus asa." Kecuali kau membunuhnya." Imbuh Ellen lirih.
Johan menghela nafas panjang. Membunuh memang tugas mudah tapi harus memiliki alasan kuat. Jika sampai Johan asal membunuh, Yuan akan marah besar. Johan pantang mengecewakan sosok yang di anggap sebagai dewa penolong bagi hidupnya.
"Nona mau bergabung dengan kami?" Tawar Johan. Dia merasa Ellen sangat tertekan.
"Maksudnya?" Tanya Ellen.
"Saya carikan perkerjaan."
"Itu sama saja."
"Tidak. Saya menjamin anda akan aman berada di naungan Tuan Yu." Ujar Johan menyakinkan.
"Oh, lelaki itu?"
"Hum ya. Bagaimana?"
"Saya tidak yakin." Tutur Ellen.
"Kenapa?"
"Saya tidak punya skill apapun. Menjadi pembantu pun entah bisa atau tidak." Jawab Ellen menjelaskan betapa payah dirinya.
Johan terdiam sesaat. Selain ingin memanfaatkan, kini terselip rasa iba pada Ellen yang awalnya di kira sebagai wanita gampangan. Mana Johan tahu jika Ellen wanita bersuami yang sengaja bersikap selayaknya pellacur untuk suatu tujuan.
"Akan saya bicarakan pada Tuan Yu."
"Oh." Ellen tersenyum simpul. Jawaban Johan di anggap sebagai penolakan secara halus. Sepertinya malam ini aku gagal lagi. Huft, kesempatan ku bebas semakin kecil. Mana ada lelaki bodoh yang mau melawan lelaki gila itu. Apalagi imbalannya hanya mendapatkan harga diri dari wanita bekas seperti ku.
"Saya boleh minta nomer kontak anda?"
"Untuk apa?"
"Memberi kabar."
"Percuma. Dia sudah menyadapnya." Jawab Ellen seraya meneguk minuman di hadapannya lalu berdiri.
"Saya bisa..."
"Sudahlah, jangan memberi harapan palsu. Sebaiknya urungkan niat mu atau kau akan terbunuh. Selamat malam." Sahut Ellen memutuskan pergi karena waktu kebebasannya sudah hampir habis.
Johan menatap kepergian Ellen seraya menerima telepon dari Yuan yang terdengar memaki-maki nya.
📞📞📞
"Aku tadi ada urusan sebentar.
"Apa lebih penting daripada tugasku sampai kau berani mewakilkan nya!
"Maaf Kak. Apa permintaan ku beberapa bulan lalu tidak benar-benar di setujui?
Johan sudah meminta kelonggaran waktu satu Minggu sekali untuk bersenang-senang. Tadi siang Yuan sendiri yang memperbolehkan sebab Johan tidak pernah melakukan sesuatu tanpa mengantongi izin.
"Ano tewas dalam tugas itu.
Johan menghela nafas panjang. Menjadi dirinya memang tidaklah mudah. Strategi yang di pakai harus penuh pertimbangan agar tidak ada korban jiwa. Sementara Johan sendiri kesulitan mencari orang yang tepat untuk mengantikan posisinya sesaat. Bukan bermaksud lari dari tugas, namun terkadang Johan butuh waktu sebentar untuk beristirahat juga menikmati hidup.
"Maaf Kak. Di mana posisi mu sekarang?
"Di Apartemen Lake.
"Setelah mengurus mayat Ano, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan.
"Hum.
📞📞📞
Setelah panggilan terputus, Johan bergegas menuju lokasi di mana Ano tewas. Sebuah pesan singkat meminta Yuan datang ke tempat tersebut. Si pengirim pesan berdalih tahu posisi seseorang yang tengah menjadi pemburuan Yuan. Meski tidak seberapa yakin, Johan berniat menyisir tempat tersebut dengan mengutus Ano. Padahal strategi sudah Johan jelaskan tapi rupanya ketelitian serta kepekaan anak buahnya masih perlu di latih.
Mayat Ano dan tiga anak buahnya di temukan tergeletak dengan beberapa peluru bersarang di tubuh. Hanya satu orang yang selamat dalam insiden tersebut. Dia berhasil bersembunyi saat rentetan tembakan tiba-tiba menyerang.
"Ini akibatnya kalau tidak teliti." Gumam Johan.
"Aku sudah memperingatkan Ano tapi dia tidak mendengar bahkan menyuruh kami langsung masuk." Ano menarik nafas dalam-dalam.
"Ku pikir dia yang terbaik tapi ternyata otaknya lebih bodoh." Gerutu Johan." Kremasi mayat. Utus dua orang untuk mengabari keluarga nya. Bilang saja kecelakaan dan mayat nya belum di temukan. Sebelum berangkat, pergilah ke Apartemen Reyhan dan minta dana sebagai pengganti nyawa." Dante, orang kepercayaan kedua setelah Ano tampak mengangguk patuh." Aku ada urusan." Imbuhnya seraya menepuk pundak Dante.
"Baik Kak." Jawab Dante.
Johan melajukan mobilnya menuju Apartemen Lake. Setibanya di lokasi, Johan langsung masuk menuju lantai 9. Tidak sembarang orang memiliki akses tersebut karena keamanan Apartemen tersebut sangatlah ketat. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menyewa dan membeli tempat tersebut.
Setibanya di sebuah kamar, Johan memencet bel pintu. Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka lalu Johan bergegas masuk.
"Kalau kau tidak ku anggap saudara! Sudah ku bunuh kau sejak lama." Umpat Yuan. Dia cukup di pusingkan dengan kelakuan Johan yang terkadang membuatnya kehilangan beberapa anak buah.
"Maafkan aku Kak Yu. Sebagai manusia normal, aku butuh hiburan."
Pengabdian kedua orang tua Johan membuat Ayah Yuan mengangkatnya sebagai anak. Keduanya bahkan bersekolah di tempat yang sama sehingga keakraban terjalin selayaknya saudara kandung.
Namun meski begitu, Johan selalu menunjukkan batasan saat keduanya berada di sekeliling banyak orang termasuk ratusan anak buah mereka. Itu kenapa Johan memanggil Yuan dengan sebutan Tuan bukan Kakak.
"Terserah. Jangan sampai kau tewas saat bergumul dengan pellacur-pellacur itu!" Jawab Yuan penuh penekanan.
"Ada hal yang mau ku bicarakan." Johan menuang minuman keras di sebuah gelas lalu menyodorkannya ke Yuan yang langsung meneguknya sedikit." Kak Yu ingat wanita tadi siang." Imbuhnya.
"Dia membocorkan rahasia?" Tebak Yuan.
"Tidak Kak. Sepertinya kejadian itu sudah di lupakan."
"Terus kenapa kau membicarakannya?" Tanya Yuan.
Johan menceritakan hasil penyelidikan juga pertemuannya dengan Ellen beberapa saat lalu. Dia juga menjelaskan secara detail bagaimana kehidupan Ellen beserta permasalahan rumah tangganya. Pembicaraan langsung mengarah pada niat Johan yang hendak memberikan bantuan juga menjadikan Ellen bagian dari mereka. Saat Yuan menanyakan alasannya, Johan berkata hanya sekedar kasihan. Tentu saja Yuan tidak percaya sebab dia paham bagaimana brengseknya Johan jika menyangkut soal wanita.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments