15

    Alexa saat ini tengah duduk di dalam ruang rawat di sebuah rumah sakit. Zia sampai saat ini belum sadarkan diri, terbaring diatas brankar. Gadis itu menatap Zia dan matanya di penuhi dengan rasa bersalah. Alexa benar-benar menyesal karena bibinya yang menanggung akibat perbuatannya. Dia tidak percaya jika Alan tega melakukan hal ini pada Zia, hanya karena pria itu ingin menunjukkan padanya bahwa dirinya jahat.

    Saat itu Alexa berpikir jika dirinya sangat ingin membunuh Alan. Gadis itu terluka dan marah diwaktu yang bersamaan. Ketika Alan mengatakan pada Alexa jika gadis itu akan menyesalinya, Alexa tidak mempercayainya. Tetapi sekarang ia benar-benar menyesal karena bibinya sekarang harus terbaring diatas brankar rumah sakit.

    Dan beruntungnya, setelah beberapa waktu. Zia kembali sadar. Alexa yang saat itu duduk di kursi disamping brankar pun langsung berdiri dan menatapnya dengan mata yang penuh penyesalan.

    "Alexa minta maaf. Karena Bibi harus menghadapi semua ini." Terlihat, Alexa meminta maaf dengan tulus dan merasa sangat bersalah.

    "Tidak masalah, Alexa." Tangan Zia terulur dan meminta Alexa duduk di atas brankar, lalu wanita itu menyentuh pipi Alexa. "Kamu tidak tau siapa dia. Bibi senang kita berdua baik-baik saja."

    "Bibi, Alexa akan membalas dendam atas perbuatannya padamu." Kata Alexa, di matanya terlihat kilatan api amarah.

    "Tidak, Alexa. Dia sangat kuat, kamu hanya perlu menjauh dari dia sekarang. Bibi tidak ingin dia melakukan apa pun padamu. Tolong! Jangan dekati dia." Kata Zia memohon.

    "Bibi selalu mengajariku untuk melawan dan sekarang bibi malah menghentikan Alexa?." Tanya Alexa tak percaya. "Kenapa?."

    "Karena dia bisa melakukan apa pun padamu. Alexa." Wanita paruh baya itu menggenggam kuat tangan Alexa. "Bibi ingin kau menjauh darinya." Zia menatapnya dengan mata memohon.

    "Baiklah, hanya untuk Bibi. Alexa akan menjauh dari dia. Tapi, jika suatu saat. Dia mencoba menyakiti bibi, Alexa akan langsung membunuhnya." Kata Alexa sembari menatap lurus kedepan dengan raut wajah marahnya. Lalu Alexa mengalihkan pandangannya ke arah Zia. "Ngomong-ngomong, Kenapa bibi tidak memberitahu Alexa jika bibi akan datang?."

    "Bibi ingin mengejutkanmu, tetapi di bandara. Mereka menculik bibi." Kata Zia memberitahu.

    "Alexa minta maaf."

    "Tidak apa-apa, Alexa. Bibi sekarang baik-baik saja." Kata Zia sembari meremas tangan Alexa.

    Alexa bergerak, memeluk Zia. "Bibi tau? Alexa sangat merindukan Bibi."

    "Bibi juga merindukan kamu, sayang." Jawab Alexa, membalas pelukan Alexa.

    Setelah pelukan itu di lepas, Zia mencium kedua pipi Alexa. Baginya gadis itu sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.

    ***

    Sementara itu di tempat lain. Alan tengah duduk diatas kursi sofanya. Menatap lurus kedepan, tenggelam didalam pikirannya. Tanpa orang tau jika pria itu merindukan gadis nakal yang selalu mengganggunya.

   Tetapi Alan ingin menjauh dari gadis itu. Karena Alan yakin jika dirinya hanya akan membahayakan gadis itu. Alan melakukan semua ini bukan karena dia ingin menunjukan jika dia adalah pria yang jahat, tetapi karena Alan ingin menjaganya tetap aman dan jauh dari dirinya. Alan memang perduli padanya dan memiliki keinginan untuk terus melindunginya dengan apa pun caranya.

    Alan juga telah memerintah beberapa anak buahnya untuk melindungi gadis itu secara diam-diam dan melaporkan setiap apa yang terjadi padanya.

    "Anda melakukan kesalahan, Bos." Terdengar suara Justine yang membuat Alan tersadar dari lamunannya.

    Alan mengangkat kepalanya untuk menatap kearah Justine." Justine, aku tau apa yang aku lakukan. Itu jauh lebih baik untuk dia."

    "Dia akan membenci anda sekarang."

   

    "Itu bukan masalah bagiku. Semua orang memang membenciku dan aku ingin dia juga membenciku karena berbahaya untuknya." Kata Alan, wajahnya terlihat sangat datar tanpa lekukan apa pun.

    "Tapi—" Justine berhenti ketika Alan mengangkat tangannya dan membuat Justine bungkam.

    

    "Tinggalkan aku sendiri dan jangan berani mengatakan yang sebenarnya pada Alexa. Aku tau kalian berdua sering mengobrol." Alan memperingati dengan nada tegasnya.

    "Jangan khawatir, Bos. Semua rahasia anda aman bersama saya." Kata Justine, lalu pergi meninggalkan ruangan Alan.

    "Apa yang kau lakukan padaku, gadis nakal?." Alan bergumam dengan frustasinya, karena dia tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.

    **

    Satu minggu kemudian.

    Seminggu ini semuanya berjalan seperti hari biasanya. Mereka berdua, Alan dan Alexa menyibukkan diri mereka dengan pekerjaan. Namun sayangnya, mereka masih tetap merindukan satu sama lain dan mereka juga terkadang menjadi kesal sendiri karena tidak bisa melupakan satu sama lain diantara mereka.

    Alexa membenci dirinya sendiri karena selalu memikirkan Alan dan merindukan pria itu. Setelah apa yang Alan lakukan pada bibinya, Alexa masih tetap merasa ingin bertemu dengannya. Gadis itu juga sangat frustasi, bertanya-tanya pada dirinya sendiri, tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.

    Alexa ingin membenci dia, tetapi gadis itu tidak bisa melakukannya. Alexa merindukan kehadirannya. Karena perasaan tidak jelas itu, keduanya kesulitan berkonsentrasi didalam pekerjaan.

    *

    Anak buah Alan yang sebelumnya telah diperintahkan untuk menangkap seseorang yang berani memotretnya saat tengah bersama dengan Alexa, tiba-tiba datang melapor padanya.

    "Bos, kami sudah menemukan dia. Dan dia sekarang ada diruang penyiksaan." Kata seorang pria, memberitahu Alan.

    Mendengar hal itu, Alan langsung pergi menuju ruang penyiksaan dan setibanya di tempat itu Alan mulai memukuli pria itu dengan tongkat. Alan terlihat sangat marah besar pada pria asing itu. 

    Seperti biasanya, pria itu digantung secara terbalik dan hanya mengenakan celana boxernya.

    "Beraninya kau mengambil fotoku dan mengirim itu pada musuhku?." Bentak Alan dengan kasar dan mencengkram rahang pria asing itu.

    Namun, pria asing itu justru tertawa. "Sekarang kau tidak bisa melakukan apa pun. Aku sudah menyebar foto itu pada semua musuhmu. Jadi sekarang tidak ada yang bisa menyelamatkan kekasihmu, karena semua orang mengejarnya."

    Alan terlihat semakin marah dan kembali memukuli pria itu dengan cukup keras. "Mati kau sekarang!." Beberapa saat kemudian, Alan melemparkan tongkatnya. "Pukuli dia sampai napas terakhirnya!." Perintah Alan pada anak buahnya, sebelum akhirnya pergi dari ruangan itu dan Justine mengikutinya.

    "Alexa tidak aman diluar sana. Aku harus membawanya kembali ke sini." Kata Alan pada Justine dengan nada bicaranya yang terdengar serius, sementara raut wajahnya terlihat cemas.

    "Tapi dia tidak mau datang, Bos. Dia membenci anda."

    "Aku akan membawanya kesini bagaimana pun caranya karena aku tidak ingin ada orang yang menculik dan menyiksa dia lagi." Kata Alan penuh tekad.

    ***

    Saat ini Alan bersama dengan anak buahnya telah tiba dirumah Alexa. Pria itu berjalan masuk dan memerintahkan agar anak buahnya tetap berada diluar dan menunggunya.

    Ketika seorang satpam menghentikan Alan, pria itu langsung menodongkan senjatanya dan satpam itu pun langsung memperbolehkannya masuk.

    Alan pun berjalan masuk dan berhenti saat pandangannya tertuju pada Alexa. Gadis itu tengah duduk bersantai dengan segelas anggur ditangannya, dia tampak sangat menarik dalam balutan dress pendek merah, terlihat menggoda seperti biasanya.

    Alan merasa jika dirinya akhirnya dapat bernapas lagi setelah seminggu tidak melihat Alexa. Selama beberapa menit, Alan terus memperhatikan gadis itu, melupakan semua kepanikan yang sebelumnya ia pikirkan.

    Namun, saat Alexa tak sengaja menoleh karena merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Gadis itu membulatkan matanya dan terkejut melihat Alanlah yang tengah memperhatikannya.

    "Apa kau benar-benar ada disini?." Tanya Alexa, merasa tak percaya. Ia menegakkan punggungnya dan memperhatikan pria itu secara seksama. Takut jika ternyata itu hanyalah bayangan dari pria itu.

    Sementara itu, Alan tersadar dari lamunannya setelah mendengar perkataan Alexa. "Iya, ini aku. Alexa." Jawab Alan sembari melanjutkan langkahnya kearah Alexa. Tatapan tajamnya tertuju hanya pada Alexa, yang berhasil membuatnya gila beberapa hari terakhir ini.

    Namun, Alexa nampak menekuk wajahnya begitu dia mengingat apa yang telah pria itu lakukan pada bibinya. Alexa beranjak dari tempat duduknya. "Apa yang kau lakukan disini?." Tanyanya dengan ketus.

    "Aku kesini untuk membawamu pergi bersamaku." Balas Alan dengan nada tegasnya.

    Alexa mendengus dingin. "Dan menurutmu aku akan ikut denganmu? Apa kau lupa bagaimana kau menyiksa bibiku?."

    "Hidupmu dalam bahaya dan kau harus ikut denganku!." Perintah Alan, tak ingin dibantah.

    Alexa meletakkan segelas anggurnya diatas meja dan menunjuk pria itu. "Dengar, aku bukan budakmu sampai aku mau menuruti semua perintahmu. Aku tetap tidak takut padamu, aku bisa melindungi diriku dari mu atau pun dari orang lain."

   

    Kali ini, apa yang Alexa katakan tidak membuat Alan marah. Alan menatap gadis itu dengan raut wajahnya yang terkesan. Sepertinya Alan jatuh cinta dengan sikap berani Alexa. Alexa tidak pernah gagal membuat Alan takjub dengan keberaniannya.

    Alan tetap diam dan berjalan semakin mendekati Alexa. Membuat jantung Alexa semakin berdetak kencang.

    "Jika kau memaksaku, maka aku akan menghajarmu habis-habisan." Alexa memperingatinya.

    "Mungkin, aku akan takut." Balas Alan dengan sinis dan sedikit menjauh dari Alexa.

    Tanpa Alan sadari, Alexa mengepalkan tangannya dan tiba-tiba meninju wajahnya dengan keras dan membuat Alan terkejut. Pria itu menatapnya dengan raut wajah muram karena ia marah.

    Alexa mengangkat tangannya dan hendak memukul pria itu lagi, namun Alan segera menahan pergelangan tangan Alexa. Mereka saling berbagi pandangan dalam tatapan yang intens, mata mereka di penuhi amarah yang besar. Alan berjalan pelan kebelakang Alexa dan memutar tangan gadis itu, lalu menahan tangan Alexa dipunggung dengan satu tangan Alan.

    Sementara itu, Alan menggunakan tangannya yang lain untuk masuk kedalam dress Alexa dan meraba kulit pahanya yang mulus, membangkitkan hasrat dalam diri Alexa. Tubuh gadis itu merinding dan inti kewanitaannya berdenyut karena sentuhan pria itu. Alexa memejamkan matanya dan tarikan napasnya menjadi berat. Tubuhnya terbakar api gairah, Alexa sangat mendambakan sentuhan pria itu di sekujur tubuhnya.

    Alan mengecup rambut panjang Alexa, menghirup aroma tubuhnya yang memabukkan. Dan dia benar-benar tersesat dalam aura magic nya. "Aku benar-benar merindukan keharuman surgawi dari tubuh indahmu." Bisik Alan, menghirup telinga Alexa di tengah panasnya momen itu, membuat Alexa terengah-engah.

Terpopuler

Comments

Nurasia Asia

Nurasia Asia

1 kata bodoh kau Alexa mau diperdaya

2025-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!