Anak buah Alan berjalan memasuki ruang penyiksaan dengan percaya dirinya.
Sementara itu, Alexa mengernyitkan dahinya saat melihat bukan Alan yang datang menemuinya melainkan orang lain.
"Dimana bos mu?." Tanya Alexa.
Sementara anak buah Alan tidak menjawab pertanyaan nya dan tetap berjalan mendekati Alexa. Ketika pria itu sampai di depan Alexa yang masih duduk terikat di kursi, Alexa menyeringai dan menginjak jari kaki pria itu dengan tumit pensil nya.
"aaahh!." Pria itu menjerit kesakitan dan bibir Alexa membentuk seringaian jahat.
"Buka ikatan ku!." Alexa memerintahkan pria itu. Menegaskan dominasinya seolah-olah dirinya lah yang bertanggung jawab.
"Aku tidak bisa. Aku di sini untuk mengintrogasi mu. Sekarang katakanlah apa yang kau sembunyikan dan aku akan melepaskan mu?!." Kata pria itu.
Alexa mendengus kesal, ia memutar bola matanya malas. 'Astaga! Mengapa mereka masih mengira jika aku menyembunyikan sesuatu? Tapi itu baik juga untukku karena aku akan mendapat lebih banyak waktu untuk mengagungkan pria tampan itu, tapi kenapa dia malah mengirim orang bodoh ini ke sini?.' Batin Alexa.
"Minta atasanmu untuk mengintrogasi ku! Aku hanya akan menjawab jika dia yang bertanya." Pinta Alexa.
"Pertama, aku akan mengintrogasi mu dan bos akan datang jika memang dia ingin datang." Kata pria itu menjelaskan pada Alexa.
"Jadi sekarang aku harus berbicara denganmu? Oh my God! Apa aku datang ke sini hanya untuk melihat si bodoh ini?." Kata Alexa pada dirinya sendiri.
Alexa menatap lurus ke arah pria itu dan menegakkan punggungnya. "Jadi katakan pada ku apa yang ingin kau tanyakan? Aku akan mengatakan yang sebenarnya."
"Apa motif tersembunyi dari mu me mata-matai bos kami?." Tanya pria itu menyilangkan ke dua tangannya di depan dada bidangnya.
"Aku tidak me mata-matai dia. Seperti biasanya aku mengunjungi klub itu dan tidak sengaja menatapnya. Karena menurutku dia seksi dan bibirnya— oh! Bibir nya sangat indah." Alexa menggigit bibir bawah nya dengan menggoda, sembari membayangkan bibir sensual Alan.
Tak lama, Alexa berdehem karena pria yang berdiri di depannya itu membuatnya merasa tidak nyaman.
"Jadi, maksudnya kau tidak memiliki motif tersembunyi?." Tanya pria itu.
"Ya, tidak ada yang aku sembunyikan. Aku hanya ingin bos mu mencium ku daripada membuang waktu mengintrogasi ku, percuma saja karena kebenarannya tidak akan berubah. Tapi menurutku diam-diam dia juga menyukaiku, jadi dia mencari alasan untuk membuatku agar tetap berada di dekatnya." Kata Alexa mengoceh tanpa henti. "Bagaimana menurut mu?." Gadis itu bertanya pada anak buah Alan.
Pria itu menggelengkan kepalanya karena ia tidak percaya dengan apa yang Alexa katakan. "Bos tidak menyukai perempuan."
"Apa? Jadi, maksudmu dia gay?." Tanya Alexa terkejut dan tidak percaya.
"Tidak, dia bukan gay." Balas pria itu.
Mendengar hal itu, Alexa menghela napas lega nya. "Dasar! Kau menakuti ku."
"Ku beri tau, di sini bukan tempat untuk perasaan konyol mu itu!." Bentak pria itu.
"Dan biar ku beritahu jika kau orang yang bodoh. Sekarang suruh atasanmu untuk mengintrogasi ku!." Lagi, Alexa kembali memerintahkan pria itu.
Sementara itu, tanpa mereka berdua sadari. Alan tenyata memantau sekaligus mendengar percakapan mereka dari ruang keamanan melalui cctv. Gadis itu menjadi misteri baginya. Sebuah ide untuk menemukan kebenaran tentang gadis itu tiba-tiba muncul di kepalanya. Dan bibir Alan membentuk seringaian jahat.
Alan pun meraih ponsel nya dan menghubungi pria yang tengah bersama dengan Alexa di ruang penyiksaan.
Dan saat ponsel pria itu berdering, dia berpindah tempat ke sudut ruangan dan menempelkan benda pipih nya itu ke samping telinga.
"Halo bos." Jawabnya.
"Lepaskan dia dan minta dia pergi dari sini!." Titah Alan.
"Baik bos, menurut saya dia tidak menyembunyikan apa pun. Tapi dia benar-benar gila." Kata pria berkomentar, sembari memperhatikan Alexa yang tengah berusaha melepaskan ikatan di tangannya.
Setelah panggilan di akhiri.
Pria itu kembali berjalan mendekati Alexa.
"Bos memintamu pergi!." Pria itu memberitahunya dan melepaskan ikatan di kursi Alexa.
Bukannya senang karena telah di bebaskan begitu saja, Alexa justru membelalakkan mata nya karena terkejut. "Apa? Apakah dia tidak akan mengintrogasi ku?." Tanya nya merasa kecewa dan ia berharap bisa bertemu dengan Alan lagi.
"Kami tidak ingin membuang-buang waktu lebih banyak lagi untuk gadis gila sepertimu." Balasnya sembari melepaskan ikatan tali yang ada di pergelangan tangan Alexa.
"Aku menyembunyikan sesuatu dan aku akan menceritakannya hanya padanya." Alexa menegaskan sembari beranjak dari tempat duduknya.
Pria itu terkekeh. "Aku tau kau tidak menyembunyikan apa pun. Kau hanya terobsesi pada bos." Pria itu menyatukan tali dan meletakan di atas kursi. "Sekarang pergilah! Kau membuatku gila dengan omong kosongmu yang tidak ada gunanya."
Dengan perasan sedih bercampur kesal, Alexa keluar dari ruang penyiksaan itu. Tetapi ia juga berharap bisa bertemu lagi dengan Alan sebelum ia pergi dari mansion ini.
"Aku akan pergi dari sini, tapi setelah aku bisa menemuinya untuk terakhir kalinya. Aku harus mencari dia." Kata Alexa pada dirinya sendiri dengan penuh tekad. Ia pun diam-diam menyelinap masuk ke dalam mansion Alan.
Sementara itu, Alan hanya diam mengamati gadis itu dari kamera pengintai yang terpasang di mana-mana. Dan hal itu justru menambah kecurigaan Alan pada tingkah Alexa.
'Ada banyak sekali ruangan. Tidak ada gunanya aku mencari dia. Baiklah aku menyerah, aku akan pergi.' Batin Alexa, merasa sedih dan kembali berjalan menuju pintu keluar.
Namun, di saat Alexa hendak membuka pintu. Pintu besar itu sama sekali tak ingin terbuka. Alexa telah mencobanya berulang kali, namun pintu tetap tak ingin terbuka.
"Ini karena konsekuensinya masuk ke rumah orang tanpa izin."
Saat Alexa mendengar suara dingin yang dalam, desiran aneh tiba-tiba ia rasakan di bagian punggungnya. Membuat Alexa pun berbalik. Mata nya berbinar dan bibirnya membentuk senyuman lebar ketika ia melihat Alan berjalan menghampirinya.
"Kenapa kau tersenyum seperti orang bodoh?." Tanya Alan dengan posisinya yang sangat dekat dengan Alexa.
"Sekarang, apakah aku harus meminta izin dari mu untuk tersenyum?." Tanya Alexa.
Sepertinya gadis itu benar-benar menguji kesabaran Alan.
Dengan gerakan cepat, Alan mendorong Alexa hingga gadis itu menyentuh tembok. Sementara tangan kekar Alan menahan pergelangan Alexa. "Sekarang jawab pertanyaan ku, kenapa kau memeriksa seluruh ruangan yang ada di mansion ku?." Tanya Alan dengan nada dinginnya.
Alexa sempat tersentak, tetapi ia masih menatap jauh ke dalam mata Alan.
"Tidak ada gunanya mengatakan yang sebenar padamu, karena kau tetap tidak akan mempercayaiku." Balas Alexa, mengalihkan arah pandang nya dengan raut wajah cuek nya.
"Apa kebenarannya?." Nada bicaranya serius saat Alexa menatap nya muram.
"Aku mencarimu karena ingin bertemu dengan mu untuk terakhir kalinya. Dan kau akhirnya mengabulkan permintaanku." Balas Alexa menyeringai. "Kau tau? Kau terlihat lebih menggoda saat kau marah." Alexa mengedipkan sebelah matanya.
Sementara itu, Alan hanya bisa menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan menghela napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya melepaskan cengkraman tangan nya di lengan Alexa.
Untuk pertama kalinya, seorang gadis membuatnya gila. Dan jauh di lubuk hatinya, ia tahu jika apa yang Alexa katakan adalah sebuah kejujuran. Tetapi nalurinya sebagai mafia yang tentunya memiliki banyak musuh yang menyamar, membuatnya terus meragukan Alexa karena dia tidak berperilaku seperti gadis biasanya yang tidak bisa berkelahi.
"Aku memperingati untuk yang terakhir kalinya, jika kau mendatangi klub ku. Aku tidak akan ragu untuk menembak kepalamu." Alan berbisik memperingati Alexa.
Membuat jantung Alexa berdegup kencang tak karuan. Kulit lehernya seperti di gelitik oleh napas hangatnya. "Ingat kata-kataku!."
"Jadi, kalau aku ingin melihat wajah tampan mu, aku boleh ke sini lagi?." Tanya Alexa dengan nada yang sopan dan bersikap polos.
Alan mengepalkan tangan kekarnya dan mencoba menenangkan amarahnya. "Diamlah!."
Pria itu menekan kata sandi untuk membuka pintu besar itu. Setelah terbuka, terlihat dua penjaga dengan senapan di tangan mereka. Alan menarik lengan Alexa dan mendorongnya keluar dari mansion nya. Tanpa memandangnya lagi, Alan kembali menutup pintu mansion dengan menekan salah satu tombol.
Alexa menekuk bibirnya sebal, merasa kecewa karena pintu di depannya telah tertutup.
"Padahal dia pria yang tampan, tapi kenapa dia kasar sekali?." Gumam Alexa.
"Ck! Aku tau, aku menarik dan seksi. Tapi kalian berhentilah menatapku seperti itu, fokuslah menjaga tuan tampan kalian." Tegur Alexa, saat anak buah Alan justru sibuk memperhatikan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments