Bersertifikat

Dalam beberapa hari, kabar tentang pernikahan Rea sudah tersebar seantero pelosok desa, para emak-emak menjadikan berita itu sebagai trending topik pembicaraan paling panas di bulan ini, dengan judul 'Masih jaman kah dipaksa menikah ?.'.

Bagaimana tidak, di era globalisasi seperti sekarang, meski desa Pakusanga masih jauh dari kata modern. Tapi tetap saja, pernikahan yang diatur oleh orang tua membuat para wanita seperti kehilangan harga diri mereka.

Semua anggapan itu tentu berasal dari drama sinetron malam selepas shalat Maghrib, dimana protagonis wanita harus rela menikah dengan duda anak dua karena hutang orang tua yang tidak mampu dibayar. Namun siapa sangka kedua anak tirinya adalah teman kelas dan juga wali kelasnya.

Sinetron itu berjudul 'Teman dan wali kelasku kini menjadi anak tiri ku.' sungguh ironis sekali.

Itu sama halnya dengan tragedi yang sedang Rea hadapi sekarang. Walau sedikit berbeda karena dia tidak menikahi seorang duda beranak dua.

Ketika Rea belanja di tukang sayur atas perintah ibunya, sekelompok emak-emak yang dikenal sebagai penghibah bersertifikat profesional, mulai memberi komentar mereka.

"Rea, Aku dengar dari ibumu, kau akan menikah." Ucap ibu Susi membuka percakapan.

'Kalau memang sudah dengar dari ibuku, jangan tanya lagi kepadaku.' balas Rea dalam hati.

"Menikah itu berat loh, apa lagi kalau suamimu pengangguran, beeehh, sakitnya berasa sampai di ulu hati." Ibu Sari memberi pendapat.

'Jangan samakan masalahku dengan penderitaan ibu juga kali. Urus saja suami ibu yang pengangguran itu.' balas Rea masih dalam hati dengan kesal.

"Iya loh Rea, kalo di sinetron-sinetron, biasanya menikah karena paksaan orang tua itu banyak susahnya, kadang suaminya mabuk-mabukan lah, tukang judi lah, selingkuh lah, akhirnya cerai... Pusing kalau jadi seperti itu." Ibu Sri tidak mau ketinggalan.

'Iya, iya aku juga belum nonton sampai tamat, tapi gak usah bagi-bagi spoiler.' semakin kesal Rea menjawab, tapi tetap di dalam hati.

Cepat Rea untuk belanja karena panas mendengar semua ocehan para ibu-ibu yang bicara masalah orang lain seenak jidat.

"Permisi yah ibu-ibu." Tersenyum Rea berjalan pergi dengan cepat.

"Iya silahkan, jangan lupa undangannya." Tukang sayur pun ikut bicara.

'Jangan harap....' Sekali lagi, jawaban Rea dari dalam hati.

Rea tidak peduli tentang apa yang mereka ucapkan, dianggap seperti angin dari pan*tat dan lenyap begitu saja setelah terhirup oleh hidung.

Tapi gosip itu bukan yang terburuk dari semua.

Ketika Rea di sekolah untuk mengurus administrasi dan mengambil ijazah, berita pernikahannya pun sudah diperbincangkan oleh tiap guru disana.

"Rea, apa benar kau akan menikah ?." Kata Ibu Atika.

Sekali lagi pertanyaan itu datang untuk kelima kalinya dalam satu hari ini.

"Iya Bu, ayah menjodohkan ku dengan anak dari temannya." Rea pasrah saja menjawab.

Dianggap tidak sopan mengabaikan perkataan guru, sekali pun ibu Atika sekedar guru Honorer di bidang Tata usaha yang gajinya seperti sedang bercanda.

"Harusnya kau menolak Rea, sekarang bukan jaman Siti Nur hartanto, perjodohan apa lah itu, padahal ibu kita Kartini sudah bersusah payah menegakkan keadilan bagi hak-hak wanita untuk bisa mandiri."

'Bu, aku sudah lulus loh Bu, tidak usah bahas lagi pelajaran Sejarah.'

"Kita itu harus menjunjung keadilan sebagai seorang wanita, tidak hanya berakhir sebagai ibu rumah tangga, wanita juga berhak untuk bekerja dan mencari uang, jika tidak malu kita dihadapan ibu Kartini." Tegas ibu Atika penuh semangat.

'Daripada mengurusi masalah ku, lebih baik ibu cepat-cepat menikah sebelum keriput tambah banyak.'

Rea berusaha tersenyum ramah... "Iya Bu, tapi mau bagaimana lagi, anak harus berbakti kepada orang tua."

"Kau benar, memang rumit menjadi wanita."

"Kalau sudah selesai, aku permisi Bu." Rea pun segera pergi.

Rea merasa lelah, lebih dari mendengar pidato kepala sekolah di upacara bendera hari Senin yang terkenal panjang dan lamanya minta ampun.

Setelah Rea lulus dua minggu lalu, dia benar-benar jarang pergi ke sekolah dan lebih sering membantu ibunya berjualan di pasar.

Begitu juga dengan hari ini, bisa dikatakan Rea hanya ingin mengingat kembali kenangan masa-masa bersekolah sebelum menjadi istri dari lelaki yang tidak dia kenal.

Tapi seseorang menangkap Rea dari belakang... "Rea, Kalau kau datang ke sekolah, harusnya beritahu aku."

"Untuk apa ?, bukannya setiap hari juga kita bertemu."

Dia adalah Sean, nama aslinya Marsani, tapi bersikeras untuk dipanggil Sean. Sahabat Rea sejak kecil, lima tahun sebagai tetangga sebelah rumah dan dua belas tahun menjadi teman kelas, tentu keduanya memiliki keakraban yang seperti saudara sendiri.

"Jelas berbeda, jika di rumah kita tetangga, tapi di sini kita adalah teman satu kelas." Ucap Sean tersenyum-senyum sendiri.

"Teman kelas kah ?, Baru dua Minggu lalu kita wisuda, tapi sekarang aku benar-benar merindukan semua teman-teman." Rea tersenyum getir.

Dia tentu merasa enggan meninggalkan kenangan masa sekolah dan berakhir di pelaminan.

"Oh iya Rea, aku ingin tahu....." Belum selesai Sean bicara, Rea segera menutup mulutnya.

Sorot mata Rea membuat Sean terdiam seketika, wajahnya menjadi pucat pasi, karena dia sendiri cukup paham bagaimana sikap Rea ketika marah.

"Apa lagi ?, Apa kau juga mau bertanya kalau aku akan menikah, lima kali aku mendengarnya sampai bosan." Rea sudah muak.

"Kalau soal itu, aku sudah tahu sejak awal."

"Jadi apa yang ingin kau katakan." Marah Rea tidak bisa di tahan.

"Aku hanya ingin tahu, tanggal berapa ijab Kabul nya ?, Aku mau ngabarin teman-teman agar bisa datang saat pernikahan mu."

"Lupakan, aku lebih senang jika tidak ada yang tahu soal pernikahan ku nanti." Tegas Rea.

"Apa kau tidak senang ?."

"Tentu saja tidak, dan juga .... Apa kau yang menceritakan tentang pernikahan ku ini kepada guru-guru di sekolah." Tanya Rea seakan paham sesuatu.

"Apa itu salah ?." Jawab Sean seakan tidak memiliki dosa.

"Tidak, itu tidak salah, benar-benar tidak salah, sama sekali." Rea tersenyum.

Sean merasa lega... "Syukurlah, aku pikir kau akan marah."

"Tapi bagaimana jika aku marah ?."

"Aku takut kau memukul ku seperti yang kau lakukan kepada Gee."

"Ya kau tahu, Gee itu anak kurang ajar, jadi kalau tidak menggunakan kekerasan dia tidak akan diam."

Sean benar-benar paham ketika Rea marah, bahkan beberapa bulan lalu, ketika seorang lelaki mencoba menggodanya, dia harus masuk ke puskesmas karena luka pukul di wajah hingga membekas lebam selama dua Minggu.

Dia adalah Gerdan, biasa dipanggil Gee yang katanya anak juragan beras di kampung sebelah. Untungnya, Rea seorang wanita dan menjadi korban, sehingga dia tidak disalahkan karena bersikap kasar. Sebaliknya, Gee harus menanggung malu karena di hajar oleh Rea.

"Lalu bagaimana dengan Noe ?." Tanya Sean.

"Noe ?, Kenapa dengan Noe ?." Rea balik bertanya karena bingung membahas nama orang lain.

"kenapa kau bertanya, padahal semua teman kita tuh tahu, kalo Noe punya perasaan denganmu. Kau memang tidak tahu atau pura-pura bodoh."

"Buat apa aku tahu, kalau dia sendiri tidak pernah memberitahu ku." Santai Rea menjawab.

"Jadi kalau dia memberitahu perasaannya, kau akan menerima Noe." Sean penasaran .

"Tidak juga, karena aku tidak menyukainya."

"Aku tahu, pasti karena kau menaruh harapan kepada lelaki yang kau kenal saat SMP itu ?." Sean tahu akan kisah cinta Rea.

"Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali, tapi jika boleh berharap, aku ingin bertemu lagi dengannya."

"Meski pun kau akan menikah."

"Apa salahnya, jika aku berharap dan juga ini tidak ada hubungannya dengan pernikahanku. Aku hanya ingin berterimakasih, karena jika bukan karena dia, aku mungkin menyesal untuk tetap bersekolah." Ungkap Rea rumit.

"Mau bagaimana lagi, kau hanya bertemu dengan lelaki itu beberapa kali, tidak kenal pula siapa namanya."

"Itulah kenapa aku sedikit menyesal."

Rea tersenyum pahit mengingat kejadian di masa lalu, ketika dia tahu, bahwa itu semua hanya akan menjadi kenangan dan lambat-laun hilang dari ingatan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!