"haha tidak apa-apa, oh ya... Aku ingin memberikan ini."
Yiren
"datanglah ke pesta ulang tahunku nanti malam jam delapan."
Jaemin
"t-tapi..."
Yiren
"oh ayolahh jaeminiee~ kita teman satu kelas bukan? Apa kau tidak mau datang ke pesta ku?? Ayolahhh~"
Jaemin
"emmm itu... Aku—"
Yiren
"aku harap kau datang ya Jaeminiee!!"
Yiren
"aku pergi dulu ya? Jangan lupa datang, atau aku akan kecewa dan marah padamu hehe. dadahh!"
Jaemin
"astaga... Bagaimana ini?"
Jaemin
"apa bunda dan ayah akan mengizinkanku?"
Jaemin
"argh Nana bingunggg!"
Tin..tin..
Suara klakson mobil membuyarkan perhatiannya, sopir sudah menjemputnya.
Jaemin
"ah.. Iya sebentar pak."
Jaemin pun masuk ke dalam mobil, langsung saja mobil tanjap gas untuk mengarah pulang.
••••
Malam telah tiba
Dan Jaemin masih di ujung bimbang, ingin bertanya ke orang tua tapi takut.
Jaemin
"Nana pergi ga yaa? Mau ga ikut... Tapi nanti dia kecewa? Bagaimana ini!!!"
Jaemin
"tapi takut juga kalau tidak di izinkan bunda, apalagi ayah.."
Jaemin
"ugh, apa echan juga pergi ya?"
Jaemin
"eh, tapi kan yiren bilang kita teman kelas? semuanya di undang?? apa berarti echan jugaa?!" menjentikkan jarinya
Jaemin
"emm Nana pergi saja apa ya?"
Jaemin
"iya! Ganti baju lalu izin pergi ke mereka"
Sesudahnya Jaemin bebersih dan mengganti pakaiannya.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 19.20 malam.
Masih ada waktu pikir Jaemin.
Berjalan keluar kamar dan menghampiri kedua orang tuanya di ruang tv.
Mendengar langkah kaki, sontak kedua orang tua Jaemin menoleh. Jaemin terdiam, tersenyum kikuk menatap keduanya yang mulai menampilkan tatapan menelisik.
Ayah Yuta
"mau kemana kamu?" tanyanya dengan nada datar.
Bunda Winwin
"Nana mau kemana sayang? Malam malam gini loh?"
Jaemin
"emm itu... Nana mau... Ke tempat u-ulang tahun temen. Apa... Nana boleh kesana??"
Ayah Yuta
"ga boleh!!" sentaknya.
Bunda Winwin
"Yuta..?"
Ayah Yuta
"maaf.."
Ayah Yuta
"ayah ga ngizinin kamu pergi."
Jaemin
"tapi ayah, Nana ga sendirian kok.."
Ayah Yuta
"huh? Sama siapa?"
Jaemin
"s-sama... Echan(?)" ucapnya sedikit ragu.
Ayah Yuta
"t—"
Bunda Winwin
"sstt" mengusap lengan suaminya lembut.
Bunda Winwin
"Nana yakin??"
Jaemin
"yakin kok!"
Ayah Yuta
"kamu mau izinin?! Malam malam gini loh? Anak kita!" matanya menatap tatapan sang istri yang sedikit permohonan itu.
Bunda Winwin
"aku sebenernya ga setuju..."
Bunda Winwin
"Nana tetep mau pergi??"
Jaemin
"humm!!" mengangguk cepat.
Jaemin
"Nana ga mau kecewain teman sekelas Nana!"
Bunda Winwin
"bagaiman?"
Ayah Yuta
"huft... Yasudah. Pergilah."
Jaemin
"ayah..."
Ayah Yuta
"di antar sopir, atau tidak sama sekali."
Jaemin
"yeyy!! Terimakasih ayah!"
Ayah Yuta
"hm, kalau ada apa-apa segera telepon ayah! Jangan matikan hp! Nyalakan datanya! Jangan dimatikan, paham?!"
Jaemin
"paham ayah!"
Ayah Yuta
"sopir bakal tunggu kamu sampai selesai."
Jaemin
"no ayah, tidak usah. Nanti saja pas Nana minta tolong jemputt"
Ayah Yuta
"tap—"
Jaemin
"oke ayah!! Dadah bunda, ayah!" potongnya lalu dengan girang mencium pipi kedua orangtuanya dan berlalu keluar, tak lupa menutup pintu.
Ayah Yuta
"astaga..."
Bunda Winwin
"kamu tau... Aku seperti memiliki firasat kurang baik"
Ayah Yuta
"lalu kenapa di biarkan?!!"
Bunda Winwin
"entahlah... Mungkin hanya pikiran lalu saja"
Ayah Yuta
"kurasa begitu.."
Sedikit tidak tenang dalam pikirannya, namun sebisa mungkin mereka buang rasa tak menyenangkan tersebut.
Comments