Suasana di gerbang desa membeku dalam keheningan yang mencekam. Kepala Desa masih berdiri dengan tombaknya teracung, matanya melotot tak percaya. Para pejuang desa di belakangnya saling berpandangan, senjata di tangan mereka mulai goyah.
"Binatang-binatang roh... berlutut?" gumam salah satu pemuda, suaranya pecah antara takut dan heran.
Tian Hu menggaruk-garuk kepala, wajahnya merah karena malu. "Eh... maaf kalau bikin kaget. Aku cuma mau—"
Serigala putih tingkat lima itu tiba-tiba mendekat, membuat para pejuang desa mundur ketakutan. Namun binatang itu hanya mengendus-endus tangan Tian Hu dengan penuh hormat, lalu menjilatnya seperti anjing peliharaan.
"Tian Hu!" Kepala Desa akhirnya menemukan suaranya. "Apa-apaan ini?!"
Suara gaduh mulai terdengar dari balik kerumunan. Beberapa warga yang bersembunyi mulai berani mengintip.
"Aku... cuma bicara dengan mereka semalam," jawab Tian Hu polos, sambil mengelus kepala serigala putih itu. "Katanya mereka mau jaga desa kalau aku pergi nanti."
Mata seluruh warga desa membulat.
"Bicara? Dengan binatang roh?!" teriak seorang tetua, janggutnya bergetar.
Tian Yuqing yang baru saja berani mendekat langsung mencubit lengan adiknya. "Dasar anak nakal! Kamu pikir ini lelucon?!"
Tapi Tian Hu hanya tersenyum canggung. "Aku janji mereka baik. Lihat!"
Dia bersiul pendek. Elang raksasa tingkat empat langsung terbang rendah, menjatuhkan seekor rusa besar yang sudah mati di depan warga. Beruang batu dengan hati-hati meletakkan beberapa batang kayu obat langka.
Warga desa terpana. Selama ini mereka hidup dalam ketakutan akan binatang-binatang hutan, tapi sekarang...
Kepala Desa perlahan menurunkan tombaknya. "Tian Hu... siapa sebenarnya kamu?"
Tian Hu hanya mengangkat bahu, tapi matanya yang keemasan berkilat misterius.
***
Malam sebelumnya
Di kedalaman hutan yang gelap, Tian Hu melangkah dengan tenang di antara pepohonan raksasa. Bulan purnama menyinari rambut keemasannya, membuatnya tampak seperti hantu kecil di tengah kegelapan.
Wilayah Serigala Putih
Dia sengaja menginjak ranting kering, membuat suara keras. Seketika, puluhan pasang mata merah menyala muncul dari balik semak.
"Keluar," perintah Tian Hu dengan suara datar.
Serigala putih raksasa—penguasa wilayah ini—melompat keluar dengan geram. Tanpa ampun, ia menerjang dengan cakar yang bisa mencabik baja.
Bam!
Tian Hu menangkap cakar itu dengan satu tangan, lalu melemparkan binatang sebesar kuda itu ke pohon. Serigala putih itu menjerit kesakitan.
"Kau kuat," ujar Tian Hu sambil mendekat. "Tapi aku lebih kuat."
Wilayah Beruang Batu
Binatang setinggi tiga meter itu mengaum, membuat gempa kecil. Tian Hu malah tersenyum.
Dengan satu pukulan tepat di hidung, beruang itu roboh seperti gunung runtuh.
Wilayah Elang Petir
Elang raksasa itu menyambar dari langit dengan kecepatan luar biasa. Tian Hu hanya mengangkat tangan—
Krak!
Kilatan petir yang dilepaskan elang itu terpental kembali, membuat bulu-bulunya terbakar. Elang itu terjatuh, menggelepar tak berdaya.
---
Saat fajar menyingsing, seluruh binatang roh tingkat tinggi di hutan itu sudah berkumpul di depan Tian Hu—dalam keadaan terluka dan penuh takjub.
"Kalian punya dua pilihan," ujar Tian Hu, matanya berkilat aneh. "Jadi pengisi perutku... atau jadilah penjaga desaku."
Serigala putih itu pertama kali berlutut, menyentuhkan dahinya ke tanah. Satu per satu, yang lain mengikuti.
Tian Hu tersenyum puas. "Kau," tunjuknya ke serigala putih, "akan kuberi nama Bai Feng. Kau," ke beruang batu, "Jugo. Dan kau," ke elang petir, "Lei Ying."
Binatang-binatang itu mengangguk patuh, seolah telah menemukan raja mereka.
---
Kembali ke pagi hari di gerbang desa, Tian Hu menghela napas melihat kekacauan yang ia buat.
"Jadi..." bisik Tian Yuqing, matanya masih membelalak. "Semalam kamu...?"
Tian Hu hanya tersenyum malu. "Aku cuma ngobrol santai dengan mereka."
Di belakangnya, Bai Feng si serigala putih mengeluarkan suara mirip tawa terbahak-bahak—seolah menertawakan "ngobrol santai" versi tuannya.
...****************...
Sejak peristiwa binatang roh, penduduk Desa Qingmu membuat kesepakatan diam-diam: tidak akan terkejut lagi oleh apapun yang dilakukan Tian Hu. Mereka sudah melewati batas rasa heran.
Pagi itu, ketika Tian Hu muncul di gerbang desa dengan seekor naga sungai sepanjang tiga meter terkulai di pundaknya, reaksi warga hanya sekadar anggukan biasa.
"Tian Hu, jangan lupa bersihkan sisiknya sebelum dibawa ke pemotongan," kata Pak Zhang sambil terus memotong kayu, tanpa sedikitpun terkejut.
"Nanti minta Bai Feng bantu angkat ke dapur ya," tambah Bu Li sambil menyapu halaman, seolah melihat anak bawa naga adalah hal biasa.
Anak-anak desa yang dulu lari ketakutan sekarang dengan riang bermain di atas punggung Jugo si Beruang Batu. Mereka tertawa ketika beruang besar itu dengan hati-hati berguling-guling di tanah seperti kucing rumahan. Beberapa ibu malah memarahi anaknya yang terlalu berisik saat menunggangi binatang roh tingkat empat itu.
Di ladang, pemandangan aneh terlihat. Lei Ying si Elang Petir dengan sabar membantu Pak Petani mengusir burung pemakan padi dengan sedikit kejutan listrik. Kadang terlalu bersemangat sampai tanaman ikut hangus, tapi itu sudah dianggap sebagai resiko biasa.
Kepala Desa yang dulu gemetar melihat binatang roh sekarang dengan santai memberi instruksi pada Bai Feng. "Jaga gudang malam ini. Kalau ada pencuri, gigit tapi jangan sampai mati. Kita bukan barbar."
Sementara itu, Tian Hu duduk di atap rumahnya, kaki tergantung bebas. Tian Yuqing menemukannya di sana dengan sekeranjang buah.
"Kamu sadar tidak, kalau kekuatanmu bisa membuatmu jadi bangsawan kaya?" tanyanya sambil mengunyah apel.
Tian Hu hanya tersenyum. "Aku cuma mau desa kita aman."
Di balik senyum polosnya, Tian Yuqing tiba-tiba melihat sesuatu yang lebih besar. Sebuah takdir yang suatu hari akan membawa adiknya jauh melampaui desa kecil ini. Tapi untuk sekarang, mereka semua akan pura-pura ini semua normal.
Ketika Tian Hu tiba-tiba melompat turun sambil berteriak akan mengajak Lei Ying bermain, Tian Yuqing hanya menggeleng sambil tersenyum. Besok, atau lusa, atau bertahun-tahun lagi, dunia akan mengenal anak ini. Dan desa mereka akan tetap berpura-pura tidak heran.
---
Tian Hu duduk di atas batu besar di pinggir desa, menatap hutan yang membentang luas. Angin sore mengusap rambut keemasan yang berkilau di bawah sinar jingga matahari terbenam.
Kehidupan keduaku... sungguh luar biasa, pikirnya.
Tangannya mengepal erat. Kekuatan yang mengalir di tubuhnya terasa seperti sungai yang tak pernah kering. Binatang-binatang roh yang dulu ditakuti kini menjadi teman setia. Tapi hatinya gelisah.
"Masih kurang," bisiknya pada angin.
Matanya menatap ke arah timur, di mana kabarnya Kerajaan Luo berdiri megah. Di sana, ada petualangan menunggu. Ada tantangan yang akan menguji batas kekuatannya.
"Aku akan pergi," tekadnya mengkristal. "Tak lama lagi."
Dia tersenyum, membayangkan dunia luas yang akan ditaklukkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Dinata Tea
lumayan lama ya update nya
2025-05-27
1
maz tama
ayooo Thor semangat
2025-08-24
0
Nanik S
Lanjutkan Tian Hu
2025-08-19
0