Keesokan harinya ...
Jovan sedang berada di ruang kerjanya di perusahaan. Jovan memeriksa berkas-berkas yang akan ia kerjakan.
Pintu ruangannya di ketuk, Jovan tahu itu adalah Aldi asistennya. Karena ketukan nya terdengar berbeda.
"Tuan, nona Seruni masuk TV, jadi bintang tamu di stasiun TV swasta," kata Aldi memberitahu.
Sejak di tegur oleh Jovan, Aldi menyadari jika ucapannya membuat orang tersinggung. Jadi Aldi merubah sebutannya menjadi nona Seruni.
Jovan menatap lekat Aldi, kemudian Jovan bangun dari duduknya dan berjalan ke arah sofa.
Jovan mengambil remote TV dan langsung menyalakannya. Jovan mencari-cari channel yang menayangkan Seruni di acara tersebut.
Jovan memang menyediakan televisi di ruangannya. Walau pun jarang di tonton, lebih tepatnya hanya untuk pajangan.
Namun saat mendengar Seruni menjadi bintang tamu di stasiun TV swasta, Jovan pun dengan antusias ingin menontonnya.
"Sepertinya tuan sudah tidak waras, mendengar nama Seruni saja sudah membuatnya meninggalkan pekerjaan," batin Aldi.
"Kamu tidak kerja?" tanya Jovan dengan tatapan tajam ke Aldi.
"Kerja Tuan, tapi sebentar lagi," jawab Aldi.
Jovan tidak lagi memperdulikan Aldi yang juga ikut menonton. Jovan tersenyum saat melihat Seruni tersenyum di layar televisi.
"Nona Seruni memang cantik, jika di bandingkan lebih cantik dari nona Anita. Tapi sayangnya fisiknya kurang," batin Aldi.
Jovan malah menambah volume televisi. Agar apa yang di perbincangkan terdengar jelas. Padahal itu sudah jelas terdengar, tapi malah di tambah lagi volume nya.
Seruni pun di wawancarai oleh presenter yang bernama Ayu itu. Seruni, Kosim, dan Sari pun menjawab seadanya tanpa di tambah-tambahi.
"Bu, sejak kapan bakat Seruni mulai terlihat?" tanya Ayu.
"Sejak usia tiga tahun, dia awalnya mencoret-coret gitu di kertas, kami pikir itu biasa anak seusia segitu suka coret-coret," jawab Sari.
"Tapi setelah kami perhatikan, coretan terlihat bagus dari anak-anak lain seusianya." Kosim menambahkan.
"Jadi dari situ sudah terlihat bakatnya? Luar biasa, saya usia tiga tahun belum bisa apa-apa," ujar Ayu dengan candaan.
Jovan ikut tersenyum sendiri melihat Seruni yang hanya senyum saat di tanya. Dia juga hanya akan menjawab seadanya saja.
Seruni yang menjadi bintang tamu di stasiun TV swasta menjadi perbincangan para warga di desanya.
Bagaimana tidak? Yang awalnya di remehkan, di hina sedemikian rupa, namun sekarang mereka malah berbalik memuji.
Bahkan Diah sahabatnya Sari memaksa anaknya untuk menjadi seorang pelukis. Dengan harapan bisa mengalahkan Seruni.
Karena Diah berpikir, orang cacat saja bisa melukis. Apalagi orang yang normal, namun tidak semua orang memiliki bakat seperti itu.
Selama satu jam Seruni menjadi bintang tamu, kemudian di gantikan oleh bintang tamu yang lain.
Jovan segera menutup televisi nya, karena ia hanya ingin menonton Seruni. Jovan pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara di tempat Seruni ...
Seruni, Kosim dan Sari baru keluar dari gedung stasiun televisi tersebut. Namun mereka sudah di hadang oleh manager stasiun televisi swasta yang lain.
Seruni juga di minta untuk menjadi bintang tamu di stasiun TV mereka. Namun Seruni menolak dengan halus.
"Maaf pak, putri saya sepertinya tidak bisa, karena dalam sebulan ini, jadwalnya cukup padat," kata Kosim menjelaskan.
"Kami berani bayar 100 juta Pak, hanya setengah jam untuk menjadi bintang tamu di acara kami," ujar manager itu.
"Maaf pak, saya benar-benar tidak bisa," kata Seruni.
Manager itu kecewa karena tidak bisa mendapatkan Seruni untuk mengisi acara stasiun TV mereka.
Tapi manager itu akan mencari waktu yang tepat untuk mengajak Seruni bergabung dengan mereka.
Seruni akhirnya masuk ke dalam mobil setelah di bukakan pintu oleh Kosim. Mereka akan mampir ke toko khusus penjual alat-alat melukis, seperti cat dan sebagainya.
Sementara Sekar yang ikut menonton acara TV tersebut pun tidak bisa berkata apa-apa. Timbul rasa penyesalan di hatinya saat melihat anak yang tidak di inginkan nya ternyata bisa seperti itu.
"Kenapa Ma?" tanya Anita yang baru bangun tidur.
"Tidak ada apa-apa sayang, mama kelilipan," jawab Sekar menggosok matanya pelan.
"Jangan di gosok Ma, ada tetes mata untuk meredakan nya," kata Anita.
Di lihat seperti ini, siapa yang bisa menyangka kalau kelakuan Anita yang begitu liar. Karena di rumah dia seperti perempuan alim yang tidak mengenal dunia luar.
Tutur katanya yang lembut dan sopan terhadap orang tua, membuat Sekar tertipu dan menganggap putrinya adalah anak yang baik.
Sekar menutup televisi karena acaranya sudah selesai. Dia berjalan dan masuk ke suatu ruangan. Yaitu ruangan tempatnya melukis.
Banyak lukisan yang baru terpanjang di situ, Sekar menatap lukisan-lukisan tersebut. Akhir-akhir ini yang membeli lukisan sudah sepi. Bahkan Sekar tidak lagi dapat endorse untuk lukisannya.
Sekar duduk di kursi tempat biasanya dia melukis. Dia mulai menggerakkan kuas yang ada di tangannya. Namun baru saja memulai, dia sudah berhenti.
"Seruni, ternyata Sari memberikan nama itu untukmu," gumam Sekar.
Sekar bangkit, lalu keluar dari ruangan itu, dia kehilangan inspirasi untuk melukis. Apalagi sejak kehadiran Seruni, membuat pikirannya merasa terganggu.
Sedangkan Seruni yang sudah tiba di toko khusus menjual alat-alat lukis, dia memilih cat yang sesuai untuk lukisannya nanti.
Apalagi Seruni sangat pandai memadukan warna-warna cat untuk setiap lukisannya.
"Masih ada lagi Nak?" tanya Kosim.
"Cukup dulu deh Pak, nanti kalau ada yang kurang bisa beli lagi," jawab Seruni.
"Nanti biar bapak saja yang beli," ujar Kosim.
Selesai membayar, mereka pun segera pergi dari situ. Karena Seruni ingin segera memulai melukisnya.
Di berikan waktu kurang dari sebulan, Seruni harus menyelesaikan 30 lukisan. Jadi dia harus kerja ekstra agar bisa tercapai.
Ferry dan Mr Thomas tidak memberikan tekanan padanya, yang penting melukis apapun itu, asalkan hasilnya bisa menarik perhatian orang.
"Pak, bapak tahu di mana ada panti asuhan?" tanya Seruni.
"Tahu, kamu mau menjadi donatur di sana?" jawab Kosim.
"Niatnya sih begitu, untuk meringankan beban mereka yang tidak memiliki orang tua. Hidup mereka pasti berat sekali," ujar Seruni.
Sari tiba-tiba sesegukan mendengar perkataan Seruni. Seruni menoleh ke belakang, karena Sari duduk di belakang.
Kodim pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan saat melihat istrinya menangis.
"Kenapa Bu?" tanya Seruni.
"Tidak ada apa-apa, ibu hanya terharu denganmu. Kamu memiliki hati yang tulus dan mengerti kesusahan orang lain," jawab Sari.
"Lagipula uang satu miliar itu banyak Bu, tidak ada salahnya kita berbagi. Lagipula apa yang aku dapatkan ada hak untuk mereka di dalamnya," ucap Seruni.
Mendengar hal itu Kosim segera membawa Seruni ke tempat panti asuhan. Tapi sebelum itu mereka akan ke bank dulu untuk mencairkan uang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Dewi kunti
waaaahhh ad Sofia ini🤭
2025-04-05
1
suti markonah
karna ini di dunia halu, aku tidak rela seruni nanti memaafkan orang tua kandungnya..orang tua yg punya fisik sempurna tapi cacat...anak yg fisik nya cacat tp malah sempurna dalam hal pemikiran..
2025-04-05
1
suti markonah
mulia sekali hatimu seruni~dalam keadaan seperti itu masih memikirkan anak² yg tidak punya orang tua, sedangkan dirimu sendiri tidak di akui orang tua nya..
2025-04-05
1