Setahu Ransom ia sudah berada di kamar yang benar. Saat ia tiba, wanita yang ia beli telah terbaring di tempat tidur dalam keadaan setengah sadar. Ini bukan salahnya, dan mungkin sahabatnya itu yang keliru.
Ketukan pintu terdengar. Ransom bergegas turun dari tempat tidur, berjalan ke depan dan segera menarik gagang kunci. Yang ditunggu-tunggu sudah berada di hadapannya, dan itu bersama seorang wanita.
Leo langsung saja masuk membawa gadis itu bersamanya. Ia menatap Ransom dengan kesal. "Kau salah ambil kartu kunci. Ini kamarku."
"Lalu, wanita itu siapa? Kenapa ada di tempat tidur? Kau menyewa wanita juga?"
"Kita juga salah wanita. Harusnya kau bersama dia, dan aku bersama wanita itu. Sekarang mana gadis untukku?"
Ransom menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan. "Dia sudah pergi. Siapa pun wanitanya, toh sama saja. Mereka perawan."
"Wanita itu bukan perawan. Aku sembarangan saja memesannya lewat Miss Celli."
"Gadis itu baru pertama kali berhubungan dengan pria. Kau tahu sendiri kalau aku hanya mau berhubungan dengan wanita yang bersih." Ransom juga melihat, bahkan jejak dari pembuktian itu menempel di atas seprai putih.
"Sudahlah. Jadi, bagaimana?" tanya Leo.
"Ya, kau tinggal pakai saja wanita bersamamu itu berikut dengan kamarnya. Karena malam ini terjadi kekacauan, biar aku saja yang bayar."
Mendengar itu, Leo tersenyum senang. "Baiklah. Tidak masalah kalau kali ini kita bertukar pasangan. Asal jangan sampai, bertukar istri." Leo tertawa mengatakannya.
"Pikiranmu malah sangat jauh. Sekarang keluar dari kamarku."
"Baik, selamat beristirahat kalau begitu." Leo langsung keluar dari kamar dengan membawa serta gadisnya.
Ransom menutup pintu. Ia menyugar rambutnya ke belakang sembari mengembuskan napas panjang. Ia tidak salah. Wanita itu rupanya seorang penghibur yang berlagak tidak bersalah.
"Wanita sama saja rupanya," gumam Ransom.
Di lain sisi, Sydney ingat kejadian di mana ia dijebak. Malam ini, pasti Manda dan William tengah bersenang-senang. Kenapa ia harus mengulang waktu di hari ini? Di saat ia bersama seorang pria tidak dikenal. Takdir memang aneh. Tapi, Sydney bersyukur ia dapat kesempatan untuk balas dendam.
Kejadian di mana ia bersikap bodoh, tidak akan terulang lagi. Mumpung masih berada di hotel ini, Sydney ingin memberi mereka pelajaran yang berharga.
Pertama dimulai dengan memberi kabar kalau Manda dan William tengah berada di kamar yang sama lewat media sosial. Sydney sengaja berjalan menuju lantai tempat keduanya menginap, lalu memotret kamarnya. Jika ia tidak salah atau urutan waktu ini benar, mungkin kakak serta tunangannya itu akan keluar setelah selesai bermain. Tapi, bisa jadi keduanya tetap berada di kamar sampai pagi menjelang. Sydney tidak tahu kejadian berikutnya. Ia hanya bisa bertaruh untuk masalah ini.
Sydney mengulurkan tangan ke atas, lalu mengetuk pintu. Dalam keadaan begini, ia tetap menyalakan kamera ponselnya. Sydney mengetuk pintu dengan keras, lalu ia lari bersembunyi di sudut kamar lain.
Pintu itu terbuka. William muncul dari dalam dengan keadaan setengah polos. Handuk itu hanya menutupi bagian bawah saja.
"Siapa, Will?" Manda ikut keluar untuk melihat keadaan sekitar.
"Entahlah. Pasti ada pelayan atau orang iseng. Kita kembali masuk saja."
"Oh, ya, bagaimana kabar tunanganmu itu? Apa dia juga bersenang-senang dengan pria asing?" Manda tertawa mengatakan itu. Ia rela membayar mucikari agar bisa membuat Sydney menghabiskan malam bersama pria asing.
Sebenarnya William tidak menyukai ide Manda. Harusnya ia yang meniduri Sydney karena gadis itu masih suci. Tapi karena Manda, dan demi tujuannya, ia terpaksa menyetujui itu.
"Aku tidak peduli dengannya. Lebih baik kita lanjut bermain saja." William meraih dagu Manda, lalu mengecupnya.
Moment itu yang paling Sydney tunggu. Tidak disangka kalau Manda dan William malah bermesraan di depan pintu kamar hotel. Bukannya ini akan menguntungkan dirinya? Sydney dapat merekam mereka sepuasnya, lalu menyebarkan hubungan terlarang mereka ke hadapan publik.
"Lihat saja, Kakakku tersayang. Semua penderitaanku, akan aku balas satu per satu." Sydney bergegas pergi dari sana sebelum ketahuan. Banyak sekali masalah yang harus diselesaikan termasuk mencari keberadaan David. Bagaimanapun, Sydney harus mencegah kematian sang kakak.
Dengan menumpang taksi, Sydney tiba di kediaman keluarga Forest. Ia teringat jika hari ini ayahnya tidak ada karena sedang melakukan perjalanan bisnis.
"Nona Sydney. Anda pulang malam dan berpakaian seperti ini. Sedang melakukan apa di luar sana?"
Sungguh sangat gila. Sydney menyadari betapa bodohnya ia dulu. Bahkan pelayan saja tidak hormat kepadanya. Hanya ada satu pelayan tetap di rumah ini, sedangkan yang lain diganti oleh Anna. Mereka semua adalah pendukung wanita itu.
Satu tamparan mendarat di pipi penjaga gerbang. Sydney menatapnya tajam dan sangat marah atas ucapan dan tatapan melecehkan itu.
"Sudah berapa lama kau bekerja di sini, hah? Apa kau lupa siapa Nona utama dari keluarga Forest?"
"Maaf, Nona."
"Sekali lagi kau bertindak tidak sopan, kau akan tahu akibatnya." Setelah mengatakan hal itu, Sydney berlalu.
Sepi ketika Sydney sudah berada dalam rumah. Anna pasti sudah tidur dan pelayan juga. Lagi pula sudah larut malam, wajar saja kalau mereka semua terlelap.
"Kau sudah kembali?"
Sydney menoleh. Ah, kepala pelayan rumah Forest. Dia ini sama saja dengan Anna dan Manda. Bersikap baik hanya bila ada Andy di rumah.
"Mulutmu itu tidak bisa bicara dengan benar rupanya."
Wanita itu kaget atas jawaban Sydney. Aneh! Biasanya tidak begini. Sydney akan takut bila ia menampilkan wajah masam.
"Bereskan pekerjaanmu. Nyonya Anna ingin memakai gaun untuk pesta lusa. Kau harus menyetrika pakaian itu. Setelahnya, kau harus membereskan gudang. Jika semua belum beres, jangan harap kau bisa tidur."
Sydney bertepuk tangan, lalu tertawa. "Kau ini bicara dengan siapa? Apa aku pantas mengerjakan semua pekerjaan itu? Siapa yang membayar gajimu? Ayahku, bukan? Lalu kau ingin aku mengerjakan pekerjaan rumah tangga, apa kau gila?" Sydney menarik rambut dari wanita itu. "Katakan, apa aku pantas?"
"Tolong lepaskan saya, Nona."
Sydney melepas cengkeramannya. "Besok pagi, kumpulkan semua pelayan. Aku ingin memberi pengarahan. Ingat! Semuanya harus berkumpul tepat waktu."
Wanita paruh baya itu lekas mengangguk. "Baik, Nona."
"Bagus!" Sydney lekas naik ke lantai atas menuju kamar tidurnya.
Kepala pelayan merasakan perubahan pada sikap Sydney. Anak tiri majikannya itu adalah gadis yang penurut dan penakut. Sydney tidak akan melawan saat ia ditindas oleh Anna maupun Manda. Bahkan sang kakak yang tidak tahan dengan keluarga ini, memutuskan untuk keluar dari rumah. Jika bukan karena konspirasi keduanya, David mungkin masih berada di rumah ini.
"Apa Nona Sydney kesurupan? Dia tampak sangat berbeda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Mr.VANO
sidney puas di tinda ,dia beruba singa yg aus drh..
2025-03-21
0
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
bagus Sidney jangan jadi wanita lemah..
2025-03-15
0