4 : Sesuatu Yang Aneh ...

...4: Sesuatu Yang Aneh ......

“Kenapa kamu nggak lanjut sekolah?”

Meera masih diam. Hingga telah selesai semua steaknya di potong. Meera berdiri dan menjawab, “Maaf, Tuan. Saya tidak mau membahas masalah pribadi.”

“Masalah pribadi?” Tuan Abhimana tertawa tiba-tiba. Apa yang lucu? Tak lama Tuan kembali berkata, “Keluarga besar ini saja — hampir nggak punya privasi dihadapan para pelayan seperti kalian. Dan saya hanya menanyakan soal pendidikanmu. Bukan soal keluarga atau hubungan percintaanmu.”

Bagiku sama saja. Meera berusaha tenang, ia mengontrol diri dan mimik wajah. “Jika Anda tidak lupa. Anda dan saya pernah berada di dalam satu sekolah yang sama. Dan alasan besar saya putus sekolah. Bahkan hampir tidak bisa melanjutkan sekolah dimana saja, tentu karena orang-orang itu.”

Kening Tuan Abhimana mengerut. “Djoko dan Hermawan sudah di penjara. Apa yang membuatmu bahkan nggak bisa melanjutkan sekolah?”

“Orang-orang itu — Tuan pikir hanya Guru dan Pemimpin Yayasan saja?” Meera menjeda. “Saya tidak ingin menyalahkan siapapun. Terlahir dengan keadaan seperti ini — mungkin juga menghambat bagi saya. Jadi … jika Tuan bertanya lagi, apa alasan saya tidak melanjutkan sekolah? Tentu karena, saya sedang mengusahakan biaya besar itu.”

“Biaya besar?”

Meera sudah ingin pergi. Namun seperti ditahan terus menerus oleh percakapan ini. “Tujuan saya bekerja disini. Semenjak usia 17 tahun adalah sama. Saya ingin menghasilkan uang yang banyak. Sekolah swasta adalah pilihan. Tapi untuk usia saya sekarang sekolah umum biasa tentu tidak akan menerima. Jadi saya memutuskan untuk — memperdalam ilmu seni teater saja.”

Sudah selesai? Dan baru saja Meera berbalik —

Tuan Abhimana berkata, “Kamu suka berakting, ya? Kalau dibawa ke kehidupan nyata … kamu pasti pandai memanipulasi orang.”

Apa? Tuan sedang bermaksud apa? Meera berbalik lagi. Kali ini ia tidak menunduk. Namun menatap lurus pada Tuannya. “Ya, mungkin Tuan benar. Tapi jika saya memang sudah sepandai itu dalam berakting. Mungkin saya akan menangis penuh ke malangan dihadapan Tuan sekarang. Supaya Tuan — bersedia mengasihi yatim piatu yang miskin ini.”

“Saya permisi, Tuan,” imbuh Meera.

Ya Allah … bisa-bisa tadi aku ngomong kayak gitu? Ini — kalau bukan karena aku capek, nggak mungkin aku ngomong kayak gitu! Aduh … Tuan kesinggung nggak ya? Meera memasuk kamar dengan bertanya-tanya. Kepala ini penuh. Ingin kembali untuk meminta maaf, rasanya ia tidak bersalah? Lalu untuk apa meminta maaf?

Sudahlah. Abaikan saja, Meera!

Kling. Satu pesan masuk dari Kak Seno.

Kak Seno

Gak ngabarin. Sudah sampe Villa belum?

^^^Iya kak maaf lupa.^^^

^^^Sudah sampe, ini mau tidur^^^

POV 3 memasuki sudut pandang Abhimana.

Tidak pernah Abhimana menyangka. Seorang gadis yang dulunya berusia 16 tahun dan bertemu dengannya kedua kali di Villa Keluarga pada usia 18 tahun. Kini … astaga, bagaimana mungkin dia bukan seorang gadis kecil lagi? Dia … telah tumbuh menjadi wanita dewasa.

Semenjak 2 tahun lalu. Setelah meninggalkan Villa — Abhimana berpikir, mungkin Meera telah berhenti bekerja. Namun siapa yang menyangka? Bertahun-tahun berlalu pun, Meera tetap ada dan bertahan disini?

Apa yang dicari? Uang? Sungguh ... uang?

Entahlah … bahkan sikap Meera dulu yang cenderung penakut dan pemalu kini seakan berubah. Atau mungkin … dirinya yang tidak mengenal dengan dekat? Gadis itu — genap 20 tahun. Cara bicara, cara berjalan, dan cara dia menghindari tatapan serta berani menatapnya adalah sesuatu yang membuat Abhimana merasa … aneh.

Meski mengelak, agaknya perasa aneh itu mulai hadir semenjak pertolongan pertama yang dilakukannya di Upasama High School dulu. Dimana Meera dikejar-kejar oleh Bajingan. Akan tetapi … sungguh? Meera tidak memiliki trauma? Maksudnya semacam ketakutan akan sesuatu? Karena … dirinya yakin Meera pun — pernah menjadi korban kebiadaban dari Djoko sialan itu!

“Orang-orang itu — Tuan pikir hanya Guru dan Pemimpin Yayasan saja?” Meera menjeda. “Saya tidak ingin menyalahkan siapapun. Terlahir dengan keadaan seperti ini — mungkin juga menghambat bagi saya. Jadi … jika Tuan bertanya lagi, apa alasan saya tidak melanjutkan sekolah? Tentu karena, saya sedang mengusahakan biaya besar itu.”

Biaya besar? Bukankah gadis ini mempunyai seorang Kakak? Bahkan orang tua? Mengapa harus berusaha sangat keras? Bukankah setiap wanita hanya diam saja sudah mendapatkan segalanya?

Meera … gadis ini juga sekolah akting, kan? Bukankah juga, dia akan pandai mengemis kasih pada seseorang? Apakah Meera tidak punya pacar? Bukankah juga, setiap gadis selalu memanfaatkan prianya sebagai ladang biaya hidup yang ditukar oleh tubuh? Apakah … dia tidak seperti itu?

“Ya, mungkin Tuan benar. Tapi jika saya memang sudah sepandai itu dalam berakting. Mungkin saya akan menangis penuh ke malangan dihadapan Tuan sekarang. Supaya Tuan — bersedia mengasihi yatim piatu yang miskin ini,” jawab Meera.

Yatim piatu? Miskin? Oh astaga, dia benar-benar sadar diri. Tetapi mengapa harus membawa namanya? Jujur saja sepandai-pandainya Meera berakting, ia tidak akan terjerumus semudah itu. Dimanipulasi? Siapa yang berani?

Air mata wanita adalah senjata yang ampuh. Namun maaf saja, yang dipercayanya hanyalah Mama. Mungkin juga … dengan air mata Mardiyah — Kakak tirinya itu. Ya, hanya kedua air mata dari mereka yang bisa dipercaya.

“Saya permisi, Tuan,” imbuh Meera.

Meera benar-benar berani. Apakah gadis itu tidak berpikir bahwa ucapan yang keluar baru saja, sangat lah tidak sopan? Tetapi … sialan. Apa yang membuat Meera sangat menarik? Padahal saja, sudah miskin, putus sekolah — bukankah berarti dia bodoh? Dan apa … ya mungkin saja paras itu, sedikit lumayan.

Ya, mungkin paras itu saja yang membuat Meera menarik. Selebihnya? Tidak ada.

Drrttt … Drrttt …

Panggilan masuk dari Mama. Mau apasih? Malam-malam begini call?

“Guna punya handphone itu buat apa? Kalau di call nggak bisa. Buang aja hpmu!”

Omelan itu langsung menusuk telinga. Lagi pula, mengapa orang-orang suka menelepon? Abhimana sangat tidak suka harus menekan tombol hijau demi berbicara dengan orang jauh? Apakah mengetik sulit? Apakah harus sekali bicara? Memang mulut mereka tidak lelah?

“Sekarang kamu mendadak bisu?!”

Astaga. Abhimana teringat bahwa hari ini ia sempat melempari Meera dengan pertanyaan seperti itu.

“Mam, stop ngomel-ngomel. Berisik.”

“Kalau kamu mau Mama nggak berisik. Harusnya kamu angkat!”

“Sorry, Mam. Tapi aku sibuk.”

“Sibuk-sibuk! Memang Bos sibuk 24 jam? Lebih sibuk dibandingkan karyawannya sendiri? Iya? Begitu?”

“Ada apa, Mam? Jangan marah-marah."

“Kamu nggak ingat ini hari Minggu? Kamu sudah janji ke Mama datang ke Panti Asuhan-nya Kakakmu. Tapi kamu nggak datang?!”

Abhimana mengusap-usap keningnya. “Lupa, Mam. Lagi pula jauh. Aku juga lagi di Batu. Besok-besok lah, Mam.”

“Villa itu — kamu benaran mau tinggal disana?”

“Iya, Mam. Aku kan ngurus bisnis Papa yang ada di Batu sama Malang.”

Lazuardi Resort Town. Bisnis penginapan yang hampir sama dengan Lazuardi Hotel didirikan oleh Papa Tama di tengah Kota Wisata ini — Batu dan Malang. Dan yang mengelolanya adalah Abhimana. Sebab setelah mengelilingi segala bisnis yang dipunyai Adiwangsa. Abhimana merasa cocok di tempat ini. Dan ya … kebetulan saja sangat dekat dengan Villa Keluarga. Bukankah itu suatu keuntungan?

“Awas aja kamu main-main. Kerja yang bener!”

“Iya, Mam. Sudah, ah. Aku tutup. Mau istirahat dulu.”

Panggilan berakhir.

Kalau udah gini … apa yang bisa jadi hiburan gue selain Meera - Meera itu? Ah, sialan … alasan apa yang harus gue pakek supaya dia datang lagi kesini?

Kebisingan serta rasa lelah, jelas membutuhkan penenang. Tetapi hanya dengan melihat Meera … semua menjadi … damai. Sial, padahal saja gadis itu sangat tidak sopan pada Tuannya sendiri!

Meera … kamu pikir, hanya saya saja yang boleh terpesona? Kamu juga harus begitu!

Gak terima. Soalnya cuma dia aja yang terpesona. Sedangkan Meera b aja. 😭🤏🏻

Terpopuler

Comments

Yuyun ImroatulWahdah

Yuyun ImroatulWahdah

dih Abhimana 🤭🤣

2025-03-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!