Malam harinya, tepat dua hari setelah drama ibunya Tisya masuk rumah sakit. Terjadi pertemuan keluarga antara seorang Den dan keluarga besar Tisya. Ya, hanya Den. Lelaki itu ingin ngecek ombak sendiri dulu, memastikan jika dia nggak di prank Tisya, dengan mengajaknya menikah buru-buru.
Ini kali kedua dia menginjakkan kaki di rumah besar itu. Nampak wajah yang dia kenal menyambut hangat kedatangan Den dengan senyuman. Dia adalah Jiwan Tungga Pratama, ayahnya Tisya. Dan ada pula Btari Dewi ibunya Tisya, wanita yang sudah tidak lagi muda itu masih nampak cantik dengan gamis batik mega mendung yang melekat di tubuhnya.
"Mas.. Ayo masuk." Padahal Den sudah masuk ke dalam rumah.
Sesenang dan seramah itu ternyata sambutan Jiwan dan Btari menyambut calon mantunya. Tapi, netra Den memindai para mahluk lain yang juga ada di dalam rumah keluarga kaya tersebut. Jika dihitung ada sekitar lima orang dewasa lain yang sudah duduk di ruang tamu. Ada yang melihat saja tanpa tersenyum, ada yang tersenyum tapi jelas jika itu dipaksakan, ada pula yang pura-pura sibuk memainkan ponselnya ketika akan diajak bersalaman dengan Den, eleh.. Dikira Den peduli? Hora blas!
"Jadi ini calon suami Tisya? Ke sini bawa apa mas?" Deg. Baru dateng lho, tanyanya udah nyerang mental gini.
Den masih berusaha tersenyum. Dia tidak melihat sosok wanita yang akan menjadi istrinya, entah ngumpet di mana perempuan yang nguber-uber dirinya untuk segera kawin itu, kok malah nggak nampak batang hidungnya sama sekali.
"Bawa tanggung jawab. Untuk segera menikahi Ara pak!" Jawab Den mantab.
"Wah, modal dengkul ternyata." Cetus yang lain ikut mengeroyok Den.
Lho lho lho, ini konsepnya gimana? Bukannya Den diminta datang ke rumah Tisya untuk menemui keluarga wanita itu, sebagai bentuk keseriusannya menjalin hubungan dengan Tisya? Kok malah dibully berjamaah kayak gini?! Wah..
"Udah udah, Pras. Jangan gitu! Hormati Den, dia calon suami Tisya, calon mantuku juga! Aku meminta kalian semua datang ke sini bukan untuk menghinanya tapi agar kalian tahu jika anakku akan segera menikah. Dengan lelaki ini! Lelaki pilihan Aratisya." Jiwan, ayahnya Tisya membuat lelaki bernama Pras tadi melengos tak suka mendapat teguran seperti itu.
"Duduk mas." Ajak Btari ramah.
Den menurut saja. Dia merasa sedang diintrogasi, tapi jiwa fighting nya menolak keras untuk dirinya mundur dari medan pertempuran hati yang terjadi sekarang ini. Dalam benaknya dia sudah menyusun rangkaian kata yang bakal dipakai untuk melakukan adu argumen dengan siapapun yang jadi lawan bicaranya nanti. Tapi.. Bala bantuan datang saat melihat sosok Tisya turun dari lantai dua kamarnya, menggunakan kebaya brokat merah maroon yang serasi dengan kemeja batik yang Den pakai saat ini.
Tak bisa menahan diri untuk tidak terus melihat ke arah Tisya, Den sampai tersadar saat suara dengusan lumayan keras membuyarkan lamunannya. Ah sial! Pikir Den seketika kesal.
Den dan Tisya sengaja membeli batik couple yang mereka pakai malam ini, agar terlihat serasi di tengah peliknya hubungan mereka.. Nggak kenal dekat, bukan sahabat, apalagi pacar tapi harus buru-buru menikah! Entah ini berkah atau justru musibah, keduanya udah pasrah.
Tisya menghampiri Den, dia sengaja duduk di sebelah Den. Seketika rasa percaya diri Den seperti terangkat tinggi-tinggi sekali.
"Nggak usah grogi, ada aku. Santai aja. Anggap mereka ketombe! Kecil, ngeselin, bikin gatel!" Bisik Tisya sangat dekat dengan Den.
"Oke. Kalo mereka ketombe, kita sampo anti dandruff! Sikat!" Sahut Den tak kalah oleng.
Tisya mengangguk sambil menahan senyum. Emang Den ini ada gila-gilanya.
"Pa, ma.. Om, Tante dan yang lain juga.. Sebelum kalian bertanya ini itu tentang Den, aku mau memberi tahu pada kalian terlebih dahulu. Aku dan Den akan menikah. Ini udah keputusan final. Aku nggak minta pendapat kalian, silahkan kalau kalian nggak suka atau nggak ngasih restu, itu hak kalian." Jelas Tisya memecah kesunyian yang ada.
"Papa ngasih ijin dan restu untuk kalian." Senyum Jiwan terlihat tulus.
"Mama juga. Kalau bisa secepatnya."
Btari ikut bahagia saat ini, ya iya lah.. Semua ini bisa terjadi juga karena akal-akalan Btari yang pura-pura sakit! Makanya Tisya langsung memburu Den untuk segera menikah dengannya.
"Cari calon suami mbok ya yang berkualitas dikit lah Sya, liat tampangnya aja udah ketauan kalo tuh laki modelan mokondo!" Ejek Pras yang sejak tadi bertingkah seperti makhluk kurang sajen!
"Pras!" Bentak Jiwan lumayan terpancing emosinya karena tingkah nggak jelas adik sebatang lidinya itu!
"Akan lebih baik kalau Tisya menikah dengan keponakan ku. Dia punya usaha sendiri, ya meski duda tapi pasti bisa ngemong Tisya. Secara usia Tisya juga udah kepala tiga, masa nyari suami yang usianya lebih muda dari dia! Kayak nggak ada laki lain aja kamu ini Sya Sya." Ketus Pras yang juga dibela yang lain.
"Kalau ada yang muda, ngapain nikah sama bandot tua! Seperti apa yang aku bilang tadi, terserah kalian mau setuju atau enggak sama keputusan ku, aku bukan sedang meminta ijin tapi sedang memberitahu jika, aku dan lelaki di sampingku ini akan segera menikah!"
Bukan tidak mau ikut bicara, tapi Den merasakan genggaman tangan Tisya begitu erat di telapak tangannya. Seperti sebuah kode.. 'Udah kamu diem aja, biar gue yang handle!'
Tapi bukan Den namanya kalo udah datang jauh-jauh datang ke rumah wanitanya eh.. malah diem doang bak patung Pancoran! Apa itu takut? Lawan dong! Hajar sekalian, harga diri man, ya kali diem aja di kata mokondo!
"Mungkin bagi om dan tante di sini, saya hanya lelaki modal dengkul seperti yang paman tadi bilang. Karena jaman sekarang ketulusan hanya dipandang sebelah mata. Tapi, tidak masalah. Saya yakin bisa membahagiakan Ara kedepannya jika kami sudah berkeluarga nanti. Jujur saja.. saya modal nekat mencintai Ara secara ugal-ugalan dan membabi buta, karena dia terlalu sulit untuk dijinakkan. Alhamdulillah, entah dapat hidayah dari mana akhirnya dia mau menerima pinangan saya.. Dan sekarang, dengan disaksikan semua orang yang ada di sini.. Saya Den Pangestu, setulus hati menyampaikan maksud kedatangan saya untuk meminang putri bapak dan ibu sebagai istri saya. Apakah bapak dan ibu mau menerima lamaran saya terhadap putri bapak?"
Tisya menggigit bibirnya untuk menepis senyum yang tercetak entah sejak kapan. Meski terkesan nyeleneh dan keluar dari jalurnya, tapi semua perkataan Den tadi mampu membuat Tisya tersipu.
Tentu saja Jiwan dan Btari langsung mengiyakan keinginan calon mantunya itu. Lha yang dicari emang gimana caranya biar Tisya cepet nikah kok, masa iya ada kesempatan emas di depan mata malah disia-siakan!
Dengan hati berflower, Den memasangkan cincin emas putih di jari manis Tisya. Perbuatan itu makin membuat Tisya meleleh sampai tumpeh-tumpeeh!
"Mokondo!" Bisik Pras saat melewati Den yang akan berpamitan pulang setelah seluruh acara selesai.
"Kalau nggak ada k*ntl nya malah bingung mau bikin anak pakai apa nanti!" Ucapan Den sangat frontal sekali.
Jika tidak mengingat sekarang ada di rumah Jiwan, bakal Pras bungkam mulut Den dengan bogemnya.
Dan Den... Dia tersenyum penuh kemenangan melihat Pras diam dengan muka merah padam!
.
.
.
NB: Maaf jika ada yang nggak suka dengan gaya bicara frontal dan blak-blakan nya Den ya gaess, karena tokoh Den ini emang di desain sedemikian rupa berbeda sama sosok Abhi di novel sebelumnya. Abhi dewasa, kalem, cool, dan bucin akut. Kalau Den sedikit nakal dan bar-bar, sangat bertolak belakang tapi punya pesona masing-masing. Misal nggak suka karakter Den ya di skip aja, nggak usah ninggalin komen negatif atau rate bintang 1. Cari bacaan yang sesuai dengan keinginan kalian, jangan meremukkan mental author yang emang udah ajur-ajuran!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
𝐙⃝🦜尺o
bagosssss, paling penting itu
orang kaya raya tujuh turunan aja pasti bakalan susah kalo gak punya Kon,,,,,,
atau meski punya tapi gak berguna alhasih uangnya bakalan habis buat berobat🥴🥴
2025-03-14
3
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
astagfirullah den jawaban mu itu/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/heh pak pras ada itu cuma saudara tisya kok mulutnya kayak netizen🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2025-03-14
2
Diandra Kirana
kasihan Den direndahkan keluarga papa Tisya, tapi mentalnya ok sih apalagi calmer dan calis mendukung. gas...KUA, ngomong ngomong ngelamar ga pake ortu tuh si Den
2025-03-15
1