Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Vanesa membuat gadis itu seketika meradang.
"Ibu!" serunya dengan mata melotot
"Kenapa sakit??" jawab Mala
Vanessa mengepalkan tangannya, netranya menatap nyalang kearah sang ibu. Aura kemarahan terpancar jelas di wajahnya. Kebencinya terhadap sang ibu semakin membuatnya ingin menyingkirkan wanita itu.
Mala merebut botol kecil yang di pegang oleh Vanessa. Mala kemudian memeriksa kandungan obat pencahar tersebut
" Hmm, Obat pencahar, kau pikir ibu bodoh. Kandungan obat pencahar ini bisa membunuh ibu!" serunya
"Sudahlah ibu, jangan lebay. Mana ada obat pencahar bisa membunuh orang. Yang ada paling cuma lemes doang dan dehidrasi. Lagipula itu tidak sebanding dengan apa yang sudah ibu lakukan padaku hari ini," sahut Vanesa
"Ibu sudah mempermalukan aku dan juga membuat aku dikeluarkan dari sekolah. Coba Ibu bayangkan sekarang mana ada sekolah yang mau menerima aku, Ibu mau aku jadi gelandangan karena tidak bersekolah. Atau Ibu memang sengaja ingin membuat aku hidup menderita," imbuhnya
"Lalu bagaimana dengan Putri, selama ini kamu selalu merundungnya. Memangnya apa salahnya padamu?"
Seketika Vanesa mendorong Mala hingga ia terjerembab ke lantai.
"Ini yang membuat aku benci sama kamu, sudah miskin, tol*l, gak guna lagi. Percuma saja lo hidup, lebih baik mati saja agar bisa berguna bagi keluarga!"
Vanesa kemudian mengambil pisau yang tergeletak di meja makan dan berusaha membunuh Mala.
Mala berusaha sekuat tenaga untuk menepis serangan Vanessa.
Aku tidak boleh kalah lagi dengannya, di kehidupan ini aku harus lebih kuat agar aku bisa membalaskan dendamku padanya,
Tubuh Vanesa terdorong hingga menghantam kursi. Mala segera bangun dan menghampiri gadis itu.
Suara pintu terbuka membuat Vanesa segera bangun dan berlari menghampiri sang ayah yang baru saja pulang kerja.
Vanesa langsung mengadukan sikap kasar sang ibu kepada ayahnya. Ia bahkan menuduh Mala meracuni makanannya.
Darah Haris mendidih mendengar pengaduan dari putri semata wayangnya. Ia pun segera menghampiri Mala dan berusaha menamparnya.
Namun dengan cepat Mala menahan lengannya.
"Sudah berani kamu Mala!" serunya dengan nada kesal
"Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan mu menyakiti ku lagi, sudah cukup apa yang kau lakukan padaku Mas!" sahut Mala
"Dasar jal*ng sialan, kau pikir siapa dirimu, kalau saja bukan karena Vanessa aku sudah menceraikan mu dari dulu,"
"Kalau begitu ceraikan saja, lagipula Vanesa sudah besar dia sudah bisa memilih siapa yang akan merawatnya dengan baik," sahut Mala dengan enteng
"Papa, sudah ceraikan saja Ibu, lagi pula aku lebih suka ayah dengan Tante Shela daripada dengan Ibu. Aku juga lebih suka jika dia yang jadi ibuku, dengan begitu kita bisa hidup enak karena Tante Shela itu kaya gak miskin kaya Ibu," tandas Vanesa melirik sinis kearah Mala
"Jangan khawatir sayang, jika waktunya sudah tepat, papah juga akan menceritakannya," jawab Haris
"Papah, hari ini aku mau tidur di hotel saja, aku tidak mau tidur di rumah jelek ini, apalagi sama babu sialan itu!" seru Vanesa
"Baik sayang, hari ini kita tidur di hotel Tante Shela seperti biasa,"
"Aseek, Papah memang yang terbaik," Vanessa tampak begitu girang mendengar jawaban sang ayah
Haris kemudian menghubungi Shela untuk menyampaikan keinginannya. Hanya berselang setengah jam, Shela pun tiba untuk menjemput mereka.
Vanessa begitu bahagia dan langsung memeluk wanita itu setibanya di rumah.
"Momy!" serunya sambil memeluknya erat
"Sayang, kamu gak papa kan?" tanya Shela dengan nada khawatir
"Gak papa, hanya luka dikit, untung papa segera datang, kalau tidak si babu itu pasti sudah membunuh ku!" jawab Vanessa menoleh kearah Mala
"Apa??" Shela begitu geram saat mendengar ucapan Vanessa
Ia pun melepaskan pelukan gadis itu dan bergegas menghampiri Mala.
Ia sengaja menggebrak meja untuk melampiaskan kemarahannya kepada sahabatnya itu.
"Sebenarnya kamu itu kenapa sih Mal, apa kamu sudah gila sampai ingin membunuh anakmu sendiri, apa tidak cukup kamu sudah membuatnya malu dan dikeluarkan dari sekolah!" hardik Shela
Mala tak bergeming wanita itu terlihat santai sambil menikmati roti kemasan di tangannya.
Tentu saja Shela semakin geram saat melihat ekspresi Mala yang terkesan meremehkannya.
"Oh, jadi sekarang kamu sudah mulai bertingkah, dasar tidak tahu diri!"
Shela pun tersulut emosinya hingga berusaha menampar Mala. Namun lagi-lagi dengan cepat Mala langsung menahan lengannya.
"Sebaiknya jangan ikut campur masalah rumah tangga ku, urus saja dirimu sendiri!" seru Mala kemudian mendorongnya
Shela hampir saja jatuh jika Haris tak menangkapnya.
"Mala!" seru Haris saat melihat istrinya berusaha mencelakai Shela
"Kamu tidak apa-apa??" tanya Haris kepada Shela.
Shela mengangguk pelan. Namun rasa kesalnya kepada Mala membuatnya kembali menghampiri wanita itu.
"Tentu saja aku harus ikut campur jika itu menyangkut anakku!" seru Shela
"Shela!" seru Haris
Membuat Shela buru-buru menutup mulutnya.
"Apa kamu bilang, anakku??" Mala mengernyitkan keningnya
Wanita itu merasa ada yang janggal dengan ucapan sahabatnya itu. Ia merasa jika ada yang disembunyikan oleh Shela.
"Kau bilang Vanesa itu anakmu, apa benar dia anakmu??" tanya Mala lagi
"Bukan maksud aku, aku harus ikut campur jika berurusan dengan Vanesa, karena selama ini aku sudah menganggap Nesa seperti anak kandung ku sendiri," jawab Shela berusaha meyakinkan Mala
Mala hanya memberikan ekspresi datar atas penjelasan dari Shela. Wanita itu masih menyimpan kecurigaan terhadap Shela apalagi saat melihat ekspresi wajah suaminya.
"Sudahlah Shel, jangan berurusan lagi dengan Mala. Dia itu wanita tak tahu terimakasih, sudah di bantu tapi gak tahu diri. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku sudah muak melihat wajah Mala!" tandas Haris
"Iya Momy, lagian aku juga sudah lelah. Aku capek, aku ingin istirahat," ceketuk Vanesa dengan suara manjanya
"Ok sayang, ayo kita pergi," jawab Shela
Wanita itu kemudian menggandeng tangan Vanesa dan pergi meninggalkan rumah itu.
Sementara itu Haris menarik lengan Shela sebelum wanita itu masuk kedalam mobil.
"Ada apa lagi??" tanya Shela
"Kamu hampir saja membocorkan rahasia kita,"
"Mamangnya kenapa, toh Vanesa memang anakku, lalu apa salahnya??" jawab Shela
"Bukan begitu, hanya saja untuk saat ini kita harus merahasiakannya sampai aku berhasil mendapatkan promosi jabatan baru. Kamu tahu kan aku harus memiliki image yang baik untuk mendapatkan jabatan itu??"
"Ok sayang, aku ngerti banget kok. Kalau begitu aku minta maaf ya karena hampir saja aku membuat kamu mendapatkan image buruk," Shela kemudian memeluk Haris dan menciumnya
Sementara itu Vanesa yang diam-diam menguping pembicaraan mereka tampak begitu bahagia saat tahu jika dirinya adalah putri kandung Shela.
"Yes, ternyata aku bukan anak kandung si babu itu, syukurlah aku ini anak momy Shela, setidaknya aku ini anak orang kaya dan masa depanku cerah pastinya,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ʰᶦᵃᵗ`
ya sudah kalau mereka mau nya kaya GT lebih baik bubarin aja dari PD kau tersiksa trs mala.
2025-03-19
1
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
lhahaaaaa kok begiti
kilas balik nua seperti apa apakah serumit itu ya kk
2025-03-19
1
ㅤㅤㅤ ㅤ✰͜͡v᭄ᵗⁱⁿₜₐʰᵢᵗᵃᵐ𝐀⃝🥀ʰᶦᵃᵗ`
aku yakin masa depan mu akan hancur Vanesa kalau bersama Shela inget itu!!!!
2025-03-19
1