Mala bergegas menuju sekolah sang putri. Tanpa berganti pakaian ia segera menuju ke halte bus. Karena terburu-buru ia hampir saja tertabrak sebuah mobil sedan.
Mobil itu pun berhenti dan seorang pria keluar menghampiri Mala.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria berjas hitam
"Hmm," jawab Mala mengangguk
Ia buru-buru membersihkan debu-debu yang menempel di pakaiannya. Tanpa disadari sadari pria di hadapannya terus memperhatikannya.
"Nirmala???"
Seketika Mala terhenyak mendengar seseorang memanggil nama panjangnya. Sudah lama ia tak mendengar panggilan itu, hingga membuatnya hampir lupa akan nama panjangnya.
"Kaka??"
Seketika tatapan mata wanita itu berubah sendu saat menyadari pria di hadapannya adalah kakak kandungnya yang sudah lama tak bertemu.
Lelaki itupun langsung memeluknya dan Mala pun menangis di pelukannya.
"Kenapa kamu jadi seperti ini dek, kurus kering tak terawat," ucap pria itu
Ia kemudian melepaskan pelukannya dan memperhatikan penampilannya kumal sang adik. Mala hanya tersenyum getir menyadari kemalangan nasibnya.
"Aku menyesal tak mendengarkan ucapan mu dulu kak, sekarang aku baru sadar kalau pilihanku salah," sesalnya
Belum sempat ia menjelaskan keadaannya tiba-tiba ponselnya kembali berdering.
"Halo ibu, kenapa belum datang ke sekolah, atau ibu mau putrinya kami keluarkan!" terdengar ancaman wali kelas Vanesa yang membuatnya harus meninggalkan sang kakak
"Maaf kakak, saya harus buru-buru ke sekolah karena putri saya membuat masalah," ucapnya
Lelaki itu pun menawarkan diri memberikan tumpangan menuju ke sekolah Vanessa. Suasana canggung pun membuat keduanya tak saling bercakap-cakap. Maklum saja 17 tahun meninggalkan keluarga besarnya membuat Mala benar-benar merasa bersalah dan minder terhadap sang kaka.
"Hubungi kaka, jika kamu ada masalah," ucap Mathew saat sang adik hendak turun
Mala pun menerima kartu nama sang kaka kemudian turun.
"Baik kak, terimakasih sudah mengantarku sampai sekolah,"
"Hmm," jawab Mathew
Lelaki itu menatap kepergian sang adik yang berlari tergopoh-gopoh menuju ke dalam sekolah.
"Selamat siang," sapa Mala dengan nafas tersengal-sengal
Wanita itu tampak mengatur nafasnya karena kelelahan menaiki tangga.
"Maaf anda siapa?" tanya sang wali kelas, yang terkejut melihat kedatangan Mala
Bukan hanya Mala, bahkan Vanesa pun kaget melihat kedatangan ibunya yang terlihat kumal dan lusuh.
"Saya Mala ibunya Vanessa??"
Wali kelas Vanesa begitu terkejut, begitu pun dengan Vanesa dan kedua temannya.
"Maaf, ku kira anda pembantunya soalnya selama ini Vanesa selalu bilang jika ibunya seorang manajer hotel,_" jawab sang wali kelas
Mala pun tersenyum getir sambil menatap sang putri yang begitu malu mendengar pengakuannya.
"Beneran di ibu kamu Nes, bukannya ibu kamu itu manajer ya?" cibir salah seorang teman Vanessa
"Iya, kalau ibumu itu seorang pembantu tamatlah riwayat kita!" celetuk teman satunya
Seketika wajah Vanesa berubah memerah. Ia tampak panik dan malu mendengar pengakuan sang ibu.
"Bukan, dia bukan ibu aku, dia hanya pembantu ku!" seru Vanesa
Seketika bayangan perlakuan Vanesa dan kekasihnya yang merisaknya hingga ia tewas membuat Mala begitu benci terhadap gadis itu.
Ia aku langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah Putri semata wayangnya itu.
Semua orang di tempat itu terkesiap melihat perlakuan Mala terhadap Vanessa.
"Dasar anak tidak tahu diri beraninya kau menyebut ibumu sebagai pembantu," ucapnya dengan nada kesal
Vanessa begitu shock saat melihat sikap ibunya yang berubah kasar. Apalagi selama ini ia selalu dimanjakan olehnya.
What, sekarang ibu sudah berani menamparku. Apa dia gila??
Vanessa benar-benar tak mengira jika ibunya akan menamparnya di depan teman-temannya. Padahal selama ini Mala begitu menyayanginya hingga tak pernah menyentuhnya meskipun ia selalu membuat masalah.
"Dasar pembantu sialan beraninya kamu menampar ku!" seru Vanesa berusaha membalas tamparan Mala
Namun dengan cepat Mala menahan lengan gadis itu. Geram melihat perangai buruk putrinya ia pun kembali menamparnya. Kali ini tamparannya begitu keras hingga membuat wajah Vanesa memerah.
"Cukup Ibu, jadi sebenarnya ibu ini siapa, ibunya atau pembantunya?" tanya wali kelas Vanesa
Mala pun menatap lekat wajah pria dihadapannya.
"Tentu saja saya ibunya, jika tidak. Untuk apa saya datang," Mala mengambil ponselnya dan menunjukkan bukti panggilan dari sang wali kelas
"Wanita yang selama ini datang ke sekolah untuk menggantikan saya adalah teman saya bukan ibu kandung Vanesa," imbuh Mala
Wali kelas pun mulai percaya dengan Mala. Ia kemudian menunjukkan seorang siswa perempuan dengan luka babak belur yang duduk di sudut ruangan.
"Putri anda sudah menganiaya seorang siswa hingga babak belur, jadi kami ingin anda bertanggung jawab atas hal ini. Bukan itu saja, karena Vanesa sudah sering melakukan hal serupa maka saya sebagai wali kelas akan memberikan hukuman berupa skors selama satu minggu, dan jika tidak ada perubahan maka pihak sekolah akan mengeluarkan Vanessa," tutur sang wali kelas
Mala pun memandang sendu seorang siswa perempuan yang tampak babak belur. Ia melihat lengan sang anak yang tampak diperban.
"Maafkan anakku ya nak, jangan khawatir tante akan mengobati luka kamu sampai sembuh," ucap Mala kemudian mengusap wajah gadis itu
"Ibu Guru, lakukan saja yang terbaik untuk putri saya, saya akan mendukung apapun keputusan sekolah. Saya juga minta maaf atas perilaku putri saya. Saya berjanji akan mendidiknya dengan benar mulai sekarang," ucap Mala membuat bola mata Vanesa seketika membulat
Gadis itu begitu marah saat mendengar ucapat sang wali kelas, begitu pun dengan ibunya yang tiba-tiba saja menerima keputusannya tanpa membelanya seperti dulu.
"Apa, aku mau di skors yang benar saja, Ibu tidak bisa berbicara seperti itu. Sekarang kita lihat saja, apa bisa Ibu menghukum ku, karena ku akan menghubungi ibuku yang asli!" tantang Vanesa
Gadis itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Mala hanya tersenyum sinis mendengar sang putri menghubungi sahabatnya.
Hanya berselang lima belas menit seorang wanita cantik dengan blazer warna maron memasuki ruang guru. Ia berjalan begitu anggun dengan menenteng tas branded yang dibandrol ratusan juta. Vanessa tampak sumringah melihat kedatangan wanita itu dan langsung berlari memeluknya.
"Momy!" serunya membuat kedua sahabatnya ikut merasa lega karena sebentar lagi mereka akan terbebas dari hukuman.
"Syukurlah, ibu asli Vanesa datang!" ucap salah seorang dari mereka begitu lega.
Mala tak memperdulikan kehadiran wanita itu, ia justru sibuk membujuk siswa korban bully putrinya untuk bertobat.
"Maaf anda siapa?" tanya wali kelas Vanesa
"Saya Shela Ibu dari Vanessa," jawab wanita itu begitu angkuh
"Tapi ibu kandungnya sudah datang," ucap sang wali kelas menunjuk kearah Mala
Shela melepaskan kacamata hitamnya dan tersenyum sinis menatap Mala.
"Dia itu cuma pembantu saya, sayalah ibu kandungnya. Kalau tidak percaya tanya saja padanya," jawab Shela dengan entengnya
Seketika Mala pun menoleh kearahnya dengan senyuman sinis nya.
Tanpa banyak bicara, Ia membuka ponselnya dan menunjukkan kartu keluarga kepada sang wali kelas.
"Apa ini cukup untuk menjadi bukti jika aku adalah ibu kandungnya??" ucapnya dengan santai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
terlalu di manjakan makanya kurang ajar anaknya
2025-03-13
2
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
lahhh itu dia mkne klo anak itu jgn terllu di manja akhirnya yo ngidek ndas. hadeh gamoar ae sekalian
2025-03-13
1
Sumawita
mala seharusnya kamu tegas dr dulu, didik anak mu dg benar jngn dimanja
2025-03-13
1