Seminggu sudah iwan dan raisa tinggal di rumah irah. Bahkan raisa sering iri saat melihat suaminya di perlakukan begitu manis oleh kedua orang tua nya. Dia selalu bergumam dalam hati, kapan giliran nya ,dia ingin sekali merasakan di sayang dan di hargai oleh mertua nya seperti orang tua nya menghargai dan menyayangi suami nya.
Setiap hari minggu,iwan selalu membantu sang mertua ke kebun. Menanam singkong dan pisang.
Orang tua raisa termasuk keluarga yang berkecukupan. Berbeda dengan keluarga iwan, yang cenderung kurang mampu.
Iwan semakin hangat hati nya saat melihat tawa dan senyum dari wajah sang istri, sudah lama iwan tidak pernah melihat senyum itu .
"maaf kan mas ya.."ucap iwan saat mereka sedang duduk berdua di halaman depan.
Raisa menoleh,dia tersenyum manis,"untuk apa mas?"tanya nya begitu lembut.
Iwan menoleh menatap manik mata sang istri,bulu mata yang lentik alami,serta mata yang bulat sempurna membuat raisa terlihat cantik dan manis.
"seharusnya aku mendengarkan mu,bukan mereka"lirih nya sangat pelan hampir seperti bisikan.
Raisa tersenyum, lalu sedikit tertawa.
Iwan mengerutkan dahinya, merasa bingung kenapa istrinya tertawa.
"Syukurlah, Mas. Kamu sudah mengerti. Bagiku, itu sudah sangat cukup," jawabnya dengan nada lembut.
Raisa memang memiliki perilaku yang anggun dan lemah lembut. Ia bahkan tidak pernah sekalipun membentak atau berbicara dengan nada tinggi kepada suaminya.
"sayang ikut mas yu,mas akan mengirim barang lagi."ucap iwan pagi itu saat sedang bersiap pergi berkerja.
Raisa yang sedang membereskan tempat tidur pun langsung tersenyum.
"tapi mas akan mengepak barang nya terlebih dahulu,apa kamu mau menunggunya sebentar di rumah ibu?"tanya iwan dengan ragu.
Raisa tertegun. Namun,beberapa detik akhirnya dia mengangguk pasrah.
"bu kami pergi dulu."pamit raisa kepada sang ibu,tidak lupa mereka berdua mencium tangan irah dengan sangat sopan.
"loh raisa kamu mau ikut suami mu bekerja?"tanya irah merasa heran.
"iya bu....mau ngajak riasa jalan-jalan sekalian kerja."jawab iwan dengan cengengesan.
"baiklah, cepat pergi kasian nanti kamu terlambat lagi."ucap sang mertua denga menepuk pelan bahu iwan.
motor iwan berhenti tepat di halaman rumah atun,udin dan atun yang mendengar suara deritan motor, mereka keluar bersamaan merasa penasaran siapa pagi-pagi begini bertamu pikir nya.
"iwan..tumben kamu kesini wan?"ejek sang ibu ,iwan sama sekali tidak marah atau tersinggung dengan pertanyaan sang ibu yang sedikit ketus.
"mumpung kamu ada di sini. Aku mau minjam motor mu wan,istriku sudah lama tidak jalan-jalan."ucap udin yang langsung mendekat ke arah iwan.
iwan menatap sang istri sekilas,"tidak din,tidak ada bensin nya. Aku juga mau pake motor soalnya,"tolak iwan dengan tegas. Kali ini dia sudah berjanji untuk tidak memanja semua saudara nya.
"sebentar saja"paksa nya dengan nada yang naik beberapa oktaf,dengan tidak sabaran nya udin langsung menyambar kunci motor tersebut dari saku celana iwan.
dan itu membuat kesabaran raisa tidak bisa di tahan lagi.
"kalau tidak di kasih pinjam ya jangan maksa,namanya juga minjem jangan gitu dong." sela raisa dengan nada yang ketus.
"kamu siapa berani lancang berkata seperti itu?"tanya udin dengan geram. Udin memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan berkulit hitam.
"aku hanya memberitahu saja,kenapa kamu suka memaksa ?itu motor suami ku!"jawab raisa tidak ingin kalah.
udin menatap ipar nya dengan tatapan nyalang,tanpa menjawab lagi dia pergi dengan menggunakan motor suaminya.
Raisa menatap dengan pandangan jengkel, matanya berkilat menahan marah. Dalam hati, ia bertanya-tanya, mengapa ada orang seperti Udin yang begitu seenaknya.
"lagian di dalam motor itu ada uang udin kok sejuta ya wajar kalau dia sering pakai!"ucap atun dengan sangat ketus.
raisa reflek menoleh,tanpa mengatakan apapun lagi atun pergi masuk kedalam rumah begitu saja. Meninggalkan iwan dan raisa yang diam mematung di halaman rumah.
sejak tadi raisa hanya diam,dia selalu murung setiap kali bertemu dengan keluarga dari suaminya itu.
Iwan tidan berani membuka suara,dia pun sangat bingung ,kenapa keluarga nya selalu merongrong dirinya dalam segala hal.
Saat raisa sedang fokus menatap ke arah luar. Ponsel nya berdering beberapa kali.
riasa langsung merogoh ponsel nya dari dalam tas kecil yang selalu ia bawa.
Tertera di sana ada 5 pesan beruntun.
Raisa mengerutkan dahi. Dia sudah tahu siapa yang mengirim pesan.
Nomor yang tidak pernah ia simpan pun terus mengirim pesan lagi kepadanya.
Dengan malas raisa membuka semua pesan itu.
Mata raisa membulat,jantung nya berdetak lebih cepat.
08****:"kamu hanya orang lain di sini!"
"kenapa selancang itu mengatur kehidupan ku. Itu motor adik ku,darah lebih kental dari air,aku bisa saja menyuruh iwan menjadikan mu janda sekarang juga."
"kamu harus nya beruntung,wajah tidak cantik tapi dapat di terima oleh adikku yang tampan."
"lagian kenapa si iwan itu sangat bodoh, malah memilih perempuan bertampang biasa saja seperti dirimu!"
raisa terdiam sejenak,tangannya menggenggam ponsel yang ia pegang. hati nya begitu sesak.
Dengan tangan yang bergetar dia memberanikan membalas pesan-pesan itu.
Me:"Aku istrinya! Aku berhak atas semua barang-barangnya, termasuk melarang kamu memakai motor itu!"
setelah dia membalas pesan tersebut,dia berusaha meredam rasa emosinya. Amarah dan rasa sakit bergemuruh di dalam hati nya.
beberapa detik kemdian ponsel nya bergetar kembali,pertanda ada seseorang yang mengirim pesan pada nya.
Dengan sangat cepat raisa membuka pesan tersebut.
08****: "akan aku pastikan kamu menjanda! Kurang ajar kamu . aku memang tidak pernah setuju iwan menikah dengan mu. Perempuan di luar sana banyak yang cantik aku akan terus menghasut adik ku ingat itu!"
luruh sudah air mata yang dia tahan sejak tadi. dia langsung mematikan ponsel nya,dia tidak sanggup membalas pesan-pesan yang menyakitkan dari ipar nya.
"sayang...kamu menangis ? Ada apa?"tanya iwan dengan sangat heran dan khawatir. Karena dia mendengar isakan tangis sang istri sehingga membuat fokus nya teralihkan.
Raisa tidak menjawab,dia terus menangis dengan tangan yang masih menggenggam ponsel nya.
Dengan sangat penasaran,iwan menepikan terlebih dahulu mobil pick up nya.
Tanpa meminta ijin iwan langsung menyambar ponsel sang istri,dia langsung membuka nya.
betapa kaget nya saat dia melihat,beberapa pesan yang di kirim kan oleh kaka nya kepada istrinya.
iwan membaca pesan-pesan tersebut dengan dada yang bergemuruh hebat. Hati ya begitu hancur seolah-olah dia merasakan rasa sakit yang menimpa istri nya.
"Sayang... jangan menangis. Jangan dipikirkan lagi," ucap Iwan sambil menggenggam erat tangan istrinya.
"Aku di sini untuk kamu. Aku akan selalu memilihmu dan tetap bersamamu, apa pun yang terjadi."
Dengan lembut, Iwan menghapus air mata yang terus mengalir di pipi Raisa, menatapnya penuh kasih.
Raisa sama sekali tidak menggubris perkataan sang suami,dia terus menangis terisak . Mengeluarkan rasa sesak di hati nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments