Jejak yang ditinggalkan

...Jejak kaki yang terakhir meninggalkan kenangan abadi di rumah yang pernah menjadi tempatku tumbuh. Disaat yang sama hati ini harus siap mengikhlaskan jikalau rumah itu akan runtuh....

...🦋...

Rumah yang selama ini menjadi tempatku tumbuh akhirnya harus kutinggalkan. Setelah berbulan-bulan menunggu, rumah besar kami di Jakarta telah terjual. Hari ini, kunci rumah akan diserahkan kepada pemilik barunya. Di halaman depan, beberapa rekan bisnis papah dan mamah, juga teman-temanku, datang untuk mengucapkan perpisahan. Aku berdiri di teras, menatap rumah itu dengan mata berkaca-kaca. Semua kenangan, tawa, dan kebahagiaan yang dulu memenuhi tempat ini, kini hanya tinggal bayangan.

Mamah berdiri di depan pintu, menyerahkan kunci kepada pemilik baru dengan ekspresi datar, tetapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Asisten dan sopir kami juga berkumpul di halaman. Mbok Sum, yang telah merawatku sejak kecil, menatapku dengan mata berkaca-kaca. Pak Man, sopir keluarga yang selalu mengantar jemputku, berdiri di sampingnya dengan senyum tipis.

"Terima kasih ya, semuanya. Maaf kalau selama ini ada salah," ujar mamah dengan suara bergetar.

"Kami yang harusnya berterima kasih, Bu. Semoga Bapak dan Ibu diberi kelancaran di sana," jawab salah satu rekan bisnis papah.

Aku mendekati teman-temanku yang juga datang untuk berpamitan.

"Kirana, jaga diri baik-baik di sana ya. Nanti kalau ke Jakarta lagi, kabari aku!" ujar Salsa sambil memelukku erat.

Aku mengangguk, berusaha menahan air mata. "Iya, pasti," jawabku lirih.

"Kirana, kamu gak akan lupain kita kan?" Ucap Intan.

"I won't forget, I promise."

Saatnya pergi. Kami masuk ke dalam mobil. Pak Man mengemudikan mobil menuju terminal bus, sementara Mbok Sum duduk di sampingku. Sepanjang perjalanan, aku hanya diam, menatap ke luar jendela, mencoba mengabadikan setiap sudut kota yang selama ini menjadi rumahku.

Begitu sampai di terminal, aku turun dari mobil dengan langkah berat. Ini terakhir kalinya aku bersama Mbok Sum dan Pak Man.

Mbok Sum menggenggam tanganku erat, lalu menatapku penuh kasih sayang.

"Cah ayu, gak boleh sedih ya. Mbok Sum yakin Putri kuat, Putri bisa mandiri," katanya sambil tersenyum lembut.

"Buktikan ke orangtua Putri, Pak Arman dan Bu Siska kalau Putri bisa jadi seseorang yang membanggakan."

Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya-sebuah boneka Hello Kitty kecil.

"Ini mbok punya boneka Hello Kitty buat Putri. Maaf ya, Mbok Sum cuma bisa ngasih yang kecil, lagian biar gampang dibawa ke mana-mana juga kan hehe. Boneka ini akan jadi teman Putri. Karena Mbok Sum udah gak bisa ada di sisi cah ayu lagi saat sedih, tapi boneka ini bisa nemenin Putri. Kalau Putri sedih, cah ayu bisa peluk boneka ini. Kalau cah ayu marah, lampiasi ke boneka ini aja ya, jangan sampai lukain orang lain atau pun diri sendiri lagi."

Aku menggigit bibir, menahan tangis. Dengan tangan gemetar, aku menerima boneka itu dan langsung memeluknya.

Pak Man yang sedari tadi diam, tiba-tiba mengelus rambutku dengan lembut.

"Wah, rambut Putri selalu cantik ya," katanya dengan suara hangat.

"Putri, kamu harus selalu percaya diri. Pak Man yakin Putri anak yang hebat, anak yang pintar. Asal jangan terlalu keras sama diri sendiri ya."

Ia lalu membagi rambut panjangku menjadi dua bagian-satu di depan, satu di belakang.

"Nah, gini lebih cantik, kan?" katanya sambil tersenyum.

"Jaga diri baik-baik di sana, ya."

Aku mengangguk pelan. Air mata yang kutahan akhirnya jatuh juga. Aku memeluk mereka berdua erat, mencoba menyerap kehangatan yang mungkin tak akan kurasakan lagi dalam waktu dekat.

Saat bus kami tiba, papah dan mamah mengajakku masuk. Aku melangkah masuk dengan berat hati, lalu duduk di kursi dekat jendela.

Saat bus mulai berjalan, aku menoleh ke belakang. Mbok Sum dan Pak Man masih berdiri di tempat yang sama, melambaikan tangan. Aku mengepalkan tangan di atas boneka Hello Kitty yang mereka berikan.

"Aku harus kuat," bisikku pada diri sendiri.

"Aku harus membuktikan kalau aku bisa mandiri. Aku bukan anak manja."

Bus melaju semakin jauh, membawa kami meninggalkan Jakarta-dan semua yang pernah kumiliki di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!