Ekstrakulikuler Pramuka

Hari Sabtu, kami semua wajib mengikuti ekstrakurikuler pramuka. Aku, sebagai ketua tim Kupu-Kupu, selalu memimpin kelompokku menjadi yang terbaik. Kami sering dipuji karena kekompakan dan kreativitas kami dalam berbagai kegiatan. Tapi hari itu, aku merasa lelah.

Bukan karena pramuka, tapi karena tekanan di rumah. Orangtuaku terus menuntutku untuk jadi anak sempurna-nilai bagus, sikap baik, semuanya. Rasanya berat, dan aku butuh istirahat.

"Salsa, gue capek banget hari ini. Gimana kalau kita bolos aja?" bisikku.

Salsa ragu. "Serius lo?"

Aku tersenyum kecil. "hehe ya gimana ya, hari ini aku capek banget, Sal. Atau gak aku sendiri aja yang keluar, lo kan wakil. Gantiin gue ya?"

"Lo kenapa Kirana? Gak. Gue gak akan biarin lo sendiri, gue temenin lo." Kekeh Salsa.

Teman kelompok yang ada di barisan belakang menoleh. "Kita juga ikut."

"Aku juga ikut."

"Aku juga." Ucap mereka sahut-sahutan.

Aku sama sekali tidak mempermasalahkan kalau nanti aku kena hukum karena tidak mengikuti ekstrakulikuler Pramuka hari ini. Kalau pun dihukum aku sudah terbiasa, tapi mereka?

"Kalau kalian semua ikut gue bolos, terus nanti siapa yang wakilin kelompok kita? Nanti kalau ketahuan, kalian semua bisa kena hukum loh." Ucapku khawatir.

"Gapapa kok, lagian ini kita sendiri yang mau. Kita gak cuman mau nemenin lo, Kirana. Tapi kita juga capek. Sekolah kita adalah sekolah favorit, bukan hanya biaya nya yang mahal dan seleksi masuk nya yang sulit. Tapi juga kegiatan sehari-hari nya padet banget. Kalau pun nanti kita di hukum, kita jalanin hukuman itu bareng-bareng." Ucap Salsa.

...

Saat itu, kami sedang berdiri di lapangan, mendengarkan pembina Pramuka memberikan arahan untuk kegiatan hari itu. Matahari mulai terik, dan aku merasa lelah sekali. Dalam hati, aku bertekad untuk mencari cara agar bisa istirahat.

Aku memberi isyarat kecil kepada Salsa, lalu berbisik pelan, "Gue keluar duluan ya. Kalau lo mau ikut, nanti pelan-pelan aja mundur dari barisan."

Salsa mengangguk ragu. Tapi tak lama, dia mulai melangkah mundur, menyusulku dengan hati-hati. Aku menunggu di balik pohon besar dekat lapangan, memastikan kami tidak terlihat.

Beberapa anggota tim lain, seperti Intan dan Arum, tampaknya menyadari gerakan kami. Mereka saling memberi kode dan satu per satu mundur dari barisan, berpura-pura membetulkan sepatu atau mengambil air minum.

"Lo semua ngapain?" bisikku heran, saat mereka tiba di belakang pohon.

"Kita nggak mau ninggalin lo, Kirana," jawab Intan sambil tersenyum.

"Jadi?" Tanyaku.

"Siapa takut." Jawab Arum

"Dimana?" Salsa.

"Taman udah, Mall udah, cari yang lebih ekstrem." Kataku.

"Kamar mandi sekalian aja atuh." Ucap Intan asal.

"Ide bagus tuh." Serentak aku dan Salsa.

Seketika Intan membeku, "Loh lah loh hah?"

Kami bergerak bersama, menyelinap perlahan ke arah bangunan sekolah. Kami memilih kamar mandi sebagai tempat persembunyian. Di sana, kami duduk di lantai, berusaha menahan tawa saat mendengar suara kegiatan yang masih berlangsung di lapangan.

"Ini gila banget, sih," kata Gayatri sambil tertawa kecil.

"Tapi seru, kan?" sahut Salsa.

Kami saling pandang, lalu tertawa bersama. Untuk pertama kalinya, aku merasa bebas, meski tahu konsekuensinya nanti. Di kamar mandi itu, kami bukan lagi tim yang berlomba jadi terbaik-kami hanya sekumpulan teman yang ingin sejenak lepas dari tekanan.

Akhirnya, aku dan tim Kupu-Kupu bersembunyi di kamar mandi. Kami duduk di lantai, bercanda, dan menikmati waktu tanpa tekanan. Tapi kebebasan itu tidak bertahan lama.

"Aurel sama gengnya nyariin kita!" bisik Intan panik.

Tiba-tiba, pintu kamar mandi diketuk keras. "Hei, Kupu-Kupu! Gue tahu kalian di dalam! Keluar sekarang!" teriak Aurel.

Aku menarik napas panjang, mencoba tetap tenang. "Santai aja, mereka cuma berisik doang."

Tapi ketukan semakin keras, sampai akhirnya kami terpaksa keluar.

"Suwe tu orang ganggu aja. Dah ah mereka gak asik diajak main petak umpet. Kalian disini aja ya, gue aja yang keluar. Gak usah takut sama mereka guyss, gue aja yang hadepin." Ucapku ketika melihat teman-teman ku gemetar ketakutan di sudut kamar mandi.

Begitu aku keluar, Aurel langsung menyalahkan kami.

"Kirana, lo pikir lo bisa kabur gitu aja? Semua orang lagi kerja keras, sementara kalian enak-enakan di sini!"

Aku menatapnya dingin. "Gue cuma butuh istirahat. Lo kenapa ribet banget sih?"

"Lo itu ketua tim, kalau lo kayak gini apa jadinya tim lo?!" bentaknya.

Amarahku memuncak. "Lo nggak usah sok ngatur gue, Aurel. Gue yang mimpin tim ini, bukan lo!"

"Untung gue jauhin lo. Lo tuh emang pengaruh buruk buat yang lain!"

Pertengkaran itu memanas. Kami saling berteriak, sampai akhirnya Salsa dan teman-teman lain melerai.

"Udah, Kirana. Nggak usah diladenin, dia sengaja mau pengaruhin lo supaya lo down" bisik Salsa.

Aku merenung sekejap, "Tapi mereka bener, aku pengaruh buruk buat kalian. Aku bukan pemimpin yang baik"

Aku menarik napas panjang, lalu menatap Aurel. "Oke, gue minta maaf. Gue salah udah ngajak mereka bolos."

Aurel masih terlihat kesal. "Jangan maaf-maaf doang, Kirana! Lo gampang bilang maaf, tapi kita yang susah buat maafin lo. Hahahh bener apa yang dibilang orangtua lo, kalau lo tuh ke kanak-kanakan, anak manja, gak bisa mandiri, lo itu cuman beban dan pengaruh buruk buat oranglain!"

"Iya, anak berprestasi tapi kelakuan minus!"

"Mendingan tim kalian bubar aja bubar!" Sorak teman Aurel yang lain.

Deg

"Aurel! Udah. Kita maafin aja Kirana. Ini juga bukan urusan kita. Pihak sekolah aja gak mempermasalahkan hal ini, Lo gak perlu berlebihan gini juga Aurel. Dengan kita nasihatin mereka dan mereka gak akan ulangin lagi aja, itu semua udah cukup. Udah Kirana, kalian langsung pulang aja." Ucap Citra.

Setelah itu, aku menoleh ke tim Kupu-Kupu. "Maaf ya, gue udah bikin kalian ikut bolos."

Tapi Salsa tersenyum. "Gak apa-apa, Kirana. Sesekali kita gak harus patuh sama peraturan. Lagian, kita seneng kok bareng lo. Yuk pulang."

Aku terdiam, lalu tersenyum kecil. Mereka memang sahabat-sahabat terbaikku. Di balik semua aturan dan tekanan, aku sadar bahwa kebersamaan kami jauh lebih penting daripada sekadar jadi yang terbaik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!