Pesawat yang ditumpangi Leon mendarat sempurna di Bandar Udara Soekarno-Hatta. Dengan langkah santai dan gaya staycool, ia menuruni tangga pesawat dan langsung menuju pengambilan bagasi untuk mengambil kopernya.
Setelah mengambil koper, Leon melangkah ke ruang tunggu dan langsung mencari tempat duduk yang nyaman. Dengan santai, ia memainkan ponselnya sambil mengamati hiruk pikuk bandara, menunggu kedatangan seseorang yang akan menjemputnya.
Kepala Leon terangkat saat mendengar namanya di panggil, ia pun tersenyum lalu membalas lambaian tangan seseorang dengan senyum lebar.
"Maaf, kau sudah menunggu lama ya?"tanya seseorang tersebut, begitu berada di hadapan Leon.
Leon menautkan kedua alisnya, "Emm, tidak juga."Jawabnya dengan senyum tipis.
"Apakah kita akan langsung ke rumah sakit?"tanya seseorang itu lagi, dan hanya di jawab anggukan oleh Leon.
"Baiklah, ayo !"Leon bangkit dari duduknya, dan seseorang tersebut tanpa canggung mengaitkan lengan nya pada lengan Leon. Mereka berjalan keluar, menuju area parkir.
Sambil berjalan, Leon berkata, "Apa kau tidak takut jika Juan akan cemburu melihat kita seperti ini?"tanyanya.
"Tentu saja tidak, dia tahu kau itu sahabatku."
Ya, seseorang yang menjemput Leon adalah sahabatnya, Elzatta Shanum Mahardika. Mereka telah tumbuh bersama sejak kecil, karena orangtua mereka pun bersahabat juga. Mereka baru berpisah saat Leon melanjutkan study kedokterannya ke Jerman. Semenjak itu, Leon bekerja di sana dan tidak pernah pulang ke Indonesia. Tapi itu tidak mempengaruhi hubungan persahabatan mereka, komunikasi masih tetap terjaga. Bahkan, terkadang Leon harus mengorbankan waktunya untuk sekedar mendengar curhatan dari Elzatta ketika sedang bertengkar dengan kekasihnya. Menurut orang, Elzatta adalah gadis yang baik juga manis. Namun, di mata Leon, Elzatta bukan hanya sekadar baik dan manis. Leon mengenal sisi keras kepala dan cerdas Elzatta yang tak banyak orang tahu. Persahabatan mereka telah membuatnya memahami berbagai sisi Elzatta, jauh lebih dalam dari apa yang tampak.
"Hemm, tapi jika misalkan dia melarangmu untuk tidak dekat-dekat denganku lagi. Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Leon lagi.
Elzatta menghentikan langkahnya, "Aku akan meninggalkannya dan memilihmu."Jawabnya tanpa ragu.
Sedetik, Leon tertegun mendengar jawaban dari sahabatnya, ia menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa begitu? Diakan calon suamimu?"
Elzatta mendengus pelan, "Kita sudah bersama sejak kecil, dan kau bukanlah orang asing bagiku. Kau yang lebih dulu bertemu denganku daripada dia, untuk itu aku tidak akan menanggapi rasa cemburunya yang tidak masuk akal,"ia menaik turunkan alisnya.
Leon tersenyum, "Baiklah, aku mengerti." Ia mengangguk, kemudian mereka melanjutkan langkahnya.
***
"Bagaimana rencana pernikahanmu, Za?"tanya Leon saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Elzatta menoleh sekilas, "Seperti yang aku katakan minggu lalu, aku akan menikah tiga bulan lagi."Jelasnya sambil fokus mengemudi.
Leon mengangguk-anggukkan kepalanya, "Apa kau bahagia?"tanyanya lagi.
Pertanyaan itu membuat Elzatta kembali menoleh, menatapnya. "Hey, kenapa kau bertanya seperti itu. Tentu saja aku bahagia."Jawabnya tersenyum, mencoba meyakinkan Leon.
"Jika kau bahagia, akupun turut bahagia untukmu." Kata Leon, tulus.
"Terimakasih. Jadi, mari nikmati waktu kebersamaan kita, sebelum aku jadi istri orang, hehe."Ucap Elzatta, lalu nyengir kuda.
Leon menaikkan sebelah alisnya, "Waktu bersama?" Beo-nya, lalu bertanya dengan ekspresi cengo, "Apa kita akan tidur bersama?"
Plak !!
Elzatta memukul kepala Leon lumayan keras.
"Awh!" Leon mengusap kepalanya. "Kenapa kau memukulku?"Bentaknya tidak terima.
"Kau duluan yang mulai!"Kata Elzatta dengan ketus. "Itu sedikit untuk menyadarkan mu, bahwa aku tidak seperti para gadis-gadis mu yang dengan senang hati naik ke ranjangmu, meminta kepuasan." ucapnya lagi sewot.
Leon pun terkekeh, "Haha, baiklah-baiklah, maafkan aku, Za. Ku kira kau akan menyerahkan tubuhmu padaku, sebelum kau menikah. Jika memang seperti itu, akupun tidak keberatan dan akan dengan senang hati, memuaskanmu."ujarnya, sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Hey, buang pikiran mesum mu itu. Dasar gila !"serunya.
Leon tertawa terbahak-bahak, ia memang suka membuat Elzatta naik pitam, sekarang ia begitu menikmati wajah merah sahabatnya.
"Sini, biar ku pukul lagi kepalamu!" Elzatta mengancam dengan tangan kirinya yang terkepal, sementara Leon dengan cepat melindungi wajahnya dengan kedua tangan. "Haha, bercanda, Za! Maaf, deh."
Begitulah mereka berdua, jika tidak ada saling merindu, tapi begitu bersama, pertengkaran kecil seolah tak terhindarkan. Perdebatan kecil pun kerap mewarnai interaksi mereka.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Puspita.D
hay kk author senior, aku mampir di karya mu, semoga bisa menginspirasi aku yang baru belajar🙏
2025-05-30
2
Lotus🌸
Loh, selingkuhan mu kah Le/Scare/
2025-05-05
1
Miu Nih.
perdebatan dan pertengkaran akan memperkuat chemistry meski bikin greget oleh pembaca...
aahh... aku jadi pingin rewatch chiaki.senpai sama nodame.chuaaann~
🤣🤣
2025-05-08
1