Di mansion Wijaksono, Anton berjalan menuju dapur dimana bi Yati sedang membereskan bekas sarapan mereka.
" Dimana Clara?," tanya Anton, karena ia belum melihat Clara pagi ini. Ia sempat menyesal karena memarahi putrinya, jadi ia berniat meminta maaf padanya.
" Non Clara sudah pergi ke kampus tuan," ucap bi Yati agak heran, ia sangat tahu bagaimana hubungan ayah dan anak itu. Mereka tidak pernah akur semenjak kedatangan Elisa dan Sera. Tapi pagi ini kenapa Anton mencarinya.
Anton tidak menjawab, ia berjalan kembali ke depan. Rencananya ia akan langsung pergi ke perusahaan.
Elisa yang berdiri di balik tembok mengepalkan tangannya. Ia sangat kesal saat melihat Anton mencari Clara, pasti Anton akan meminta maaf. Ia sangat hapal pada kelakukan suaminya itu. Jika sudah keluar dari kamar mendiang istrinya. Pasti Anton akan kembali baik pada Clara.
" Ini tidak bisa dibiarkan," Elisa akan mencari cara agar Anton tetap membenci putrinya itu. Karena ia tidak rela jika nanti harta kekayaan Anton jatuh pada Clara. Sebisa mungkin ia akan membuat Anton terus membenci Clara.
***
Di perusahaan Wickley, Arsen saat ini sedang fokus melihat dokumen di meja kerjanya. Biasanya Arion yang akan mengurus perusahaan tapi saat ini putranya itu sedang ada jadwal kuliah.
" Arsen," Liam membuka pintu ruangan dengan tergesa-gesa. Membuat Arsen yang sedang sibuk bekerja menjadi kesal.
" Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu?," ketus Arsen.
" Aku ada berita penting, ini mengenai pengiriman senjata kita semalam," Liam langsung menarik kursi dan duduk tepat didepan Arsen.
Arsen yang mendengarnya, langsung meletakan kembali dokumen ditangannya dan fokus mendengarkan Liam.
" Tuan Carlos tewas, dan semua senjata yang mereka beli pada kita semua dirampas, itu semua terjadi tepat setelah transaksi dilakukan," ucap Liam, kemudian menambahkan.
" Menurutmu siapa pelakunya, musuh tuan Carlos atau musuhmu?, karena transaksi itu hanya dari pihak kita dan pihaknya yang tahu, " timpal Liam.
" Kita akan menyelidikinya, orang itu pasti sudah mengintai kita sejak lama," ucap Arsen sambil berpikir. Kemungkinan kalau pelakunya, adalah orang yang tahu mengenai transaksi yang biasa mereka lakukan.
" Aku juga dengar, kalau putra Carlos sudah ada di negara ini, apakah kita akan dapat masalah, karena pertemuan terakhir tuan Carlos adalah bersama kita," ucap Liam.
" Bisa jadi, aku yakin tak lama lagi, pasti putranya akan datang menemuiku, " Arsen yakin pasti, putranya tidak akan tinggal diam.
Setelah Liam pergi, tiba-tiba saja Arsen mengingat sesuatu. Dengan cepat ia mengambil laptopnya dan mencari sesuatu disana. Entah apa itu, tapi Arsen terlihat sangat puas melihat hasilnya.
****
Orang yang dibicarakan Arsen saat ini sedang mengurus pemakaman ayahnya. Mathew, putra dari Carlos langsung terbang dari Hongkong setelah mendapatkan kabar mengenai kematian ayahnya.
" Kami menemukan ini di samping mayat tuan," ucap tangan kanan Mathew sambil menyodorkan sebuah bungkusan.
Mathew memegang bungkusan berisi sebuah sapu tangan dengan sulam nama "Arsenio" didalamnya.
" Kita tidak bisa langsung percaya dengan bukti ini, aku akan menemuinya langsung," Ucap Mathew sambil berpikir. Ia ragu dengan bukti ditangannya. Ini sungguh sangat kebetulan. Tidak mungkin ada orang ceroboh yang meninggalkan bukti yang sangat otentik disana. Mathew semakin yakin kalau mereka sedang di adu domba seseorang. Melihat hubungan kerja sama Arsen dan ayahnya sangat baik selama ini.
****
Clara saat ini sedang fokus memperhatikan sang dosen yang sedang memberikan pelajaran. Tapi ada beberapa mahasiswi yang sibuk membicarakannya.
" Clara, sepertinya mereka sedang membicarakanmu," bisik Vanya, yang duduk disamping Clara. Dia juga termasuk sahabat Clara selain Jodi.
" Aku tidak peduli," jawab Clara acuh. Karena ia tahu, orang-orang itu pasti sedang membicarakan mengenai pakaian Jodi yang kebesaran ditubuhnya.
Setelah dua jam, akhirnya pelajaran selesai. Vanya mengajak Clara ke kantin, karena setelah ini akan ada satu mata pelajaran lagi.
" Ayo ke kantin, aku yang traktir, " mendengar kata traktir, Clara dengan cepat menganggukan kepalanya.
" Ayo, " Clara beranjak berdiri dan langsung menarik lengan Vanya. Sebenarnya ia sudah tidak tahan berada didalam kelas. jadi saat Vanya mengajaknya pergi, wajah Clara langsung sumringah.
" Huh, kalau traktir saja langsung cepat," sindir Vanya.
" Kau tahu kan hidupku bagaimana," Ucap Clara sambil menarik lengan Vanya.
" Ada apa?," Vanya bingung melihat lengannya ditarik oleh Clara.
"Jangan lewat sana, aku tidak ingin semua orang semakin membicarakanku, " ucapnya sambil berjalan pergi kearah belakang kampus, arah jalan pintas menuju kantin. Karena disana sepi, jadi Clara lebih leluasa berjalan, tanpa melihat tatapan mengejek dari mahasiswa lainnya.
" Kau tidak mengajak Jodi," tanya Vanya.
" Biarkan saja, kalau dia lapar pasti akan menyusul," ucap Clara sambil terus berjalan. Tapi langkahnya terhenti kala mendengar suara aneh yang berasal dari gudang tempat penyimpanan barang-barang yang berada di belakang kampus.
" Tunggu, apa kau mendengar suara aneh dari sana?," tanya Clara sambil mendekatkan ke arah gudang.
" Clara, jangan kesana, pasti itu suara hantu, " bisik Vanya.
" Aku penasaran, hantu mana yang muncul disiang bolong, " Clara mencoba mengintip dicelah pintu. Tapi tiba-tiba matanya melotot saat melihat dua orang sedang bermain kuda-kudaan.
" Ahh... emmmphh..." suara itu semakin terdengar jelas saat mereka mendekat.
Clara semakin terkejut dan menutup mulutnya saat menyadari kalau wanita yang ada didalam itu adalah Sera, saudara tirinya yang selalu menganggu hidupnya.
" Apa yang kau lihat?, " Vanya yang penasaran ikut melihat.
" Astaga!," teriak Vanya. melihat itu, Clara dengan cepat menutup mulut Vanya dan membawanya pergi menjauhi gudang.
Bobby yang sedang memacu tu buh Sera menghentikan kegiatannya, dan dengan cepat memperbaiki pakaian.
" Ada apa?," tanya Sera bingung, karena dia hampir mencapai puncak tapi Bobby malah menghentikan permainannya.
" Ada orang," bisik Bobby, dan dengan cepat membuka pintu. Setelah melihat tidak ada siapa-siapa, bobby kembali melanjutkan aktivitasnya.
Sedangkan Clara dan Vanya, sedang berlari ketakutan. Mereka hampir saja ketahuan. Selain tahu siapa Sera, mereka juga tahu dengan pria yang bermain bersama Sera.
Bobby, merupakan kakak kelas Clara dan pria itu juga termasuk preman kampus. Mereka tidak ingin berurusan dengan pria itu, jadi lebih baik mereka segera menghindar.
" Huft, untung saja," Clara mengambil nafas panjang saat sampai di kantin. karena mereka berlari sekuat tenaga seperti dikejar setan.
" kenapa kau berteriak Vanya?," kesal Clara.
" Maaf, aku sangat terkejut dan tidak menyangka kalau saudaramu bisa melakukan itu di kampus," ucapan Vanya membuat Clara semakin tidak senang.
" Dia bukan saudaraku," ketus Clara kemudian duduk disalah satu kursi kosong disana.
Melihat wajah kesal Clara, dengan cepat Vanya memesan makanan. Ia tahu Clara sangat tidak suka pada Sera, apalagi membicarakan keluarganya.
" Jangan marah lagi, ayo makanlah," Vanya menyodorkan makanan favorit Clara, yaitu bakso. Dengan cepat Clara menyantapnya.
" Untuk apa Sera punya hubungan dengan Bobby? pria itu kan tukang palak dikampus, pasti dia tidak punya uang. kalau aku jadi Sera, lebih baik cari sugar Daddy yang banyak uangnya, jadi aku tidak perlu susah-susah mencari uang, kalau ingin sesuatu tinggal minta saja," ucap Vanya sambil menyantap baksonya.
" Memang sugar Daddy itu apa?," tanya Clara bingung. karena ia sungguh tidak tahu apa yang dibicarakan Vanya.
" Sugar Daddy itu om-om yang banyak uangnya," bisik Vanya.
" Kita akan jadi pacar om-om itu. pekerjaan kita hanya diajak jalan-jalan, makan di restoran mahal, dan juga belanja barang-barang mewah." Ucapan Vanya membuat Clara berpikir.
" Oh, begitu," ucap Clara sambil manggut-manggut.
" Tapi saranku jangan mencoba, kalau kau tidak sanggup. Karena menjadi sugar baby itu sangat beresiko, kalau ketahuan istrinya kita bisa dipermalukan, ada juga yang dijambak-jambak didepan umum oleh istri sahnya" ucap Vanya dengan suara pelan.
" Kau begitu paham, apa jangan-jangan kau juga..." ucapan Clara langsung dipotong Vanya.
"Tidak! aku tidak mungkin seperti itu," jawab Vanya sambil mengibas tangannya.
Melihat Vanya yang salah tingkah, membuat Clara semakin yakin. Apalagi Vanya selalu punya uang banyak, padahal ia tahu Vanya bukan dari keluarga kaya.
" Apa kau-," ucapan Clara terhenti saat mendengar ponselnya berdering.
Terlihat nomor yang tidak dikenali disana. Membuat Clara bingung untuk menjawabnya.
" Jawab saja Clara, siapa tahu penting," ucap Vanya, karena ponsel itu terus berdering.
Tapi saat Clara akan menjawabnya, tiba-tiba ponsel itu mati. Dan terdengar nada pesan masuk.
"AKU TUNGGU DI PARKIRAN KAMPUS DALAM WAKTU LIMA MENIT. KALAU TIDAK DATANG, AKU AKAN MENYERETMU DARI SANA,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
merry jen
psti si mafiaa ituu dechh wkkkkk ,,ibu tri silumnn dtg krmh clraa emng bawaan apaann cbb skrgg mau ngerebut hartay Clara buat ppyy bncii clraa ,,
2025-03-10
0
🍏A↪(Jabar)📍
up
2025-03-10
0
partini
lanjut
2025-03-09
1