2. Kabar Dukacita.

Satu bulan kemudian,

...BREAKING NEWS...

...Pembunuhan sadis terjadi di kawasan Kalijati Tritunggal. Seorang ibu paruh baya pagi ini dinyatakan meninggal dunia akibat tertusuk pisau belati karena menolong seorang anak gadis muda yang di kejar oleh gerombolan para preman. Sampai saat ini pelaku pembunuhan belum bisa tertangkap karena kurangnya bukti....

"Nonton apa sih, Dad?" tanya Kiara sang anak sambil menjatuhkan diri di sofa.

"Oh, ini ada breaking news mengenai ibu yang menolong seorang anak muda sampai ibu itu meninggal dunia," ucap Bramantyo sambil menyeruput kopi hitam.

"Memang di kawasan mana, Dad?" tanya Kiara.

"Tadi sih di kawasan Kalijati Tritunggal," ucap Daddy Bramantyo.

"Loh, kawasan itu kan yang mau Mommy datangi juga untuk arisan bersama teman-teman sebaya-Nya," ucap Kiara.

"Masa sih? tadi Mommy nggak izin sama Daddy kalau mau arisan," ucap Daddy Bramantyo.

"Hmmm, mungkin Mommy lupa minta izin sama Daddy," ucap Kiara.

Bramantyo jadi semakin takut, jika istri kesayangannya benar-benar pergi ke kawasan tersebut. Namun Bramantyo hanya bisa mengelus dada sambil menggelengkan kepalanya. Dia berharap semua itu hanya praduganya saja.

Tiba-tiba saja,

Sekeping hati pria paruh baya itu hancur seketika, ketika ia menerima dering ponsel yang mengabari bahwa istrinya adalah korban dari salah satu pembunuhan berita tersebut.

Tubuhnya lunglai, jatuh terduduk ke lantai dingin seketika karena tidak mampu menerima kenyataan pahit yang baru saja dia dengarkan melalui ponsel pintarnya, secangkir kopinya pun ikut terlepas, menghantam lantai dan pecah berkeping-keping seperti hatinya.

"Daddy kenapa? siapa yang barusan mengirimi pesan," tanya Kiara dengan nada penuh kepanikan.

"I-ini nggak mungkin kemarin baru saja kita bersama kenapa semua ini harus terjadi," lirih Bramantyo.

"Ada apa sih sebenernya, Dad?" tanya Kiara yang semakin penasaran.

"Mo-mommy kamu ternyata yang ada di sana,"ucap Bramantyo dengan menatap layar ponsel.

"Aku nggak percaya semua berita ini." Kiara merebut ponsel pintar itu dengan mata membulat.

"Tadi barusan juga Daddy dapat kabar dari rumah sakit kalau Mommy kamu adalah korban pembunuhan yang ada di breaking news hari ini," ucap Daddy Bramantyo.

Sontak Kiara terperanjat dari sofa berwarna hitam itu, ia merasa dunianya sudah runtuh seketika mendengar informasi dari Daddy Bram bahwa Mommy Jesy kini sudah tewas.

"Dad, aku mau hubungi kakak dulu. Dia harus menyusul kita ke rumah sakit," ucap Kiara.

"Oke, Daddy tunggu kamu di mobil ya," ucap Bramantyo.

Beberapa menit kemudian,

Kiara dan Daddy Bramantyo sudah berada di perjalanan menuju rumah sakit. Terbesit dalam pikiran mereka masing-masing berupa sekeping kenangan indah bersama Mommy Jesy, di mana Mommy Jesy saat ini sedang menikmati hiruk-pikuk sebuah taman yang sangat indah dengan banyak bunga matahari yang menambah keasrian dalam taman tersebut.

"Mom, taman bunga ini sangat indah. Aku sudah sekali taman ini," ucap Kiara.

"Iya, mom juga sangat menyukai taman ini karena di taman ini ada bunga matahari yang Mommy sangat sukai," ucap Mom Jesy.

"Iya, Kiara juga suka bunga matahari," ucap Kiara.

"Kalian para wanita kenapa suka sekali dengan taman bunga?" tanya Daddy Bramantyo.

"Iya, begitulah Dad. Para wanita itu sangat sulit sekali untuk di mengerti, mereka itu selalu ingin yang indah di mata saja," ucap Ruben Karindra.

"Kenapa Kak Ben berbicara seperti itu? pasti lagi putus cinta lagi ya?" tanya Kiara

"Enak saja, aku ini tidak pernah patah hati hanya karena masalah percintaan," Pungkas Ruben.

"Sudah, kalian semua jangan ribut seperti ini. Mommy sangat tidak suka kalian itu ribut. Ingat kalian itu adik-kakak jadi kalian berdua ini harus saling menjaga satu sama lain serta mendukung," ucap Mom Jesy.

"Maaf, Mommy. Kami berdua janji tidak akan pernah lagi ribut," ucap Kiara.

Ingatan itu menjadi kilasan terindah yang kiara dapatkan seolah itu adalah pesan terakhir yang di sampaikan oleh Mom Jesy kepada putri bungsu yang Mom Jesy manjakan, berbeda dengan putranya yang mandiri dan tak ingin di manja.

Putra satu-satunya ini selalu bersikap dingin kepada sang Mommy karena Mom Jessy selalu bersikap yang tidak adil pada dirinya dan Kiara karena mom Jesi suka sekali membandingkan anak bungsu yang selalu menurutinya dari pada Ruben yang selalu saja sulit di atur dan menentang keinginan sang Mommy untuk menjodohkan dirinya dengan anak temannya.

Kilasan demi kilasan terlintas di sepanjang perjalanan mereka, harum biru merekah saat moment kebahagian berkumpul dengan keluarga, kini hilang di makan oleh waktu.

Hanya ada derai air mata di setiap kepingan kenangan bersama Mom Jesy bersama keluarganya.

Sesampainya Kiara dan Bramantyo.

Mereka melangkahkan kaki dengan cepat menuju ke arah ruangan jenazah yang masih tertutup oleh kain berbalut kafan berwarna putih.

"Mom, bangun! kenapa Mommy Jesy tega meninggalkan aku seorang diri seperti ini?" ucap Kiara dengan mengguncang kuat bahu jenazah.

"Sudah, nak! ikhlaskan saja Mommy! Dia sudah tenang disana," ucap Bramantyo berusaha menenangkan anaknya.

"Iya, Dad. Tapi kemana Kak Ruben? Kenapa dia belum datang juga?" tanya Kiara.

"Daddy tidak tahu, mungkin saja Kakak kamu itu sedang ada di perjalanan menuju ke sini, kita tunggu saja," ucap Daddy Bramantyo.

"Apa Kak Ruben masih membenci Mommy, Dad? dia sama sekali tidak terlihat batang hidungnya," ucap Kiara.

"Kamu itu harusnya berpikir positif tentang Kak Ruben. Dia pasti dalam perjalanan menuju ke sini," ucap Bramantyo.

"Kak Ruben pasti tidak akan datang, dia masih iri karena aku yang di sayang ma Mommy," ucap Kiara.

"Jaga bicara kamu, Kiara! Mommy kamu juga sayang juga sama Kak Ruben hanya saja Mommy kamu itu terlalu gengsi untuk bisa mengakuinya," ucap Bramantyo.

Tiba-tiba suara lain menyela dari arah belakang," Sudah, Dad. Jangan marahin Kiara seperti itu, dia benar aku iri padanya yang lebih di sayangin Mommy di bandingkan aku. Tapi aku tidak pernah membenci Mommy," ucap Ruben.

"Kak Ruben? sejak kapan Kakak di sini?" tanya Kiara.

Ruben menatap Kiara dengan sorotan mata elang."Sejak kamu membicarakan kakak terus.

Kiara pun menunduk, merasa sangat bersalah."Maaf kak, aku hanya bicara apa adanya saja."

Ruben menghela napas," Aku memang iri, mommy selalu memanjakan kamu, tapi bukan berarti aku membencinya."

Bramantyo menatap kedua anaknya dengan serius."Kiara, Ruben! tolong kalian hormati mendiang Mommy Jesi, jadi jangan ribut seperti itu!"

"Maafkan kami Dad, kami tidak akan ulangi lagi," serentak bibir mereka kelu.

TBC

(To Be Continued)

Tinggalkan jejak kalian berupa like, vote, dan subscribe ya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

Lukas

Lukas

waduh sadis banget ada pembunuhan siapa gadis yang ditolong?

2025-03-03

1

Miu Nih.

Miu Nih.

mungkin Kiara masih kecil? atau remaja 🤔🤔

2025-04-25

0

Lukas

Lukas

berlebihan
kan masih ada keluarga lain

2025-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!