Margaretta melanjutkan tawanya sambil meremas tubuh Zayden dengan tangan sihir
raksasanya. Zayden berteriak kesakitan, rasanya dia seperti akan pingsan sekarang. Sementara itu, Liam yang panik dan belum bisa mengendalikan emosinya, membuat spirit udara, cahaya,
dan air terpanggil. Ketiga spirit membuat pusaran angin dan air di sekitar tempat itu, sementara spirit cahaya muncul sambil menembakkan solar yang menyilaukan. Akan tetapi, Margaretta sama sekali
tidak goyah dan bisa bertahan meski sudah diserang habis-habisan oleh ketiga spirit, dia masih bisa menyiksa Zayden padahal sedang batuk darah.
Lalu, tidak menunggu waktu lama, asma Liam pun mulai kambuh, dia terlalu panik dan kehabisan tenaga karena memanggil para spirit sekaligus.
Di sisi lain, sejak tadi Ezra sudah pingsan karena terpental sangat kuat, kepalanya
terluka.
Margaretta tertawa senang, dia kemudian mengambil tubuh Ezra yang pingsan dengan
tangan sihir raksasanya. Margaretta tidak perlu melukai Ezra, sebab kepalanya sudah terluka.
“Oh, Yang Mulia Pangeran Kedua, darahmu juga manis!” ucap Margaretta sambil mengusap darah yang mengalir di pipi Ezra dengan tangannya, lalu menjilat darah yang menempel di jarinya.
“Ber-berhenti menyiksa kakakku!” seru Liam patah-patah.
“Ah, Yang Mulia Pangeran Ketiga! Aku hampir lupa denganmu. Sayang sekali kau sekarang ada di dalam dinding itu, tapi karena kau punya asma, mungkin darahmu agak getir.” ucap Margaretta sambil menatap Liam.
“Aku harus membuat pemilik dinding pelindung ini kehilangan kesadaran dulu, kan?” sambungnya sambil menyeringai, kali ini dia menatap Zayden yang ada di dalam genggaman tangan sihirnya.
Margaretta meremas tubuh Zayden lagi, kali ini tidak ada erangan kesakitan. Tubuh Zayden sudah sangat lemah, dia bahkan tidak kuat untuk bersuara lagi. Jahat sekali Margaretta menyerang di saat orang lain sedang tidak berdaya, menurut Zayden, Margaretta itu pengecut.
Di sisa kesadarannya, Zayden sempat berusaha meminta maaf pada Liam, karena sepertinya dia tidak bisa mempertahankan dinding pelindung. Sayangnya, suara Zayden tidak keluar. Samar-samar Zayden bisa melihat kalau asma Liam sudah kambuh. Dia ingin bilang pada Liam untuk jangan menangis karena itu bisa memperparah asmanya, tapi mau bagaimana lagi, Zayden sudah tidak punya tenaga. Ini benar-
benar buruk. Sejak tadi Zayden juga sudah memanggil pelindungnya, Earl. Akan tetapi, Earl tidak kunjung datang, entah apa yang terjadi pada Earl dan dua pelindung adik-adiknya.
Tidak menunggu waktu lama, Zayden akhirnya pingsan juga, dan dinding pelindung jingga itu lenyap. Kini tidak ada penghalang
antara Margaretta dan Liam, tentu saja dengan mudah Liam tertangkap oleh tangan sihir raksasa.
“K-kau… pengecut…” ucap Liam patah-patah sambil berusaha bernapas.
“Apa? Oh, Yang Mulia Pangeran Liam, jangan berbicara. Nanti napasmu habis! Lucu sekali!
Pengendali spirit udara justru tidak bisa bernapas!” cecar Margaretta sambil tertawa.
Liam batuk-batuk dan napasnya benar-benar tercekat sekarang. Wajah Liam pucat.
Bagi Margaretta, ini adalah pemandangan yang indah. Putra Mahkota pingsan dengan kondisi yang sangat buruk, Pangeran Kedua juga pingsan dengan luka di kepala, Ratu juga pasti sudah tidak sadarkan diri meski
dilindungi di dalam kubah angin, lalu Pangeran Ketiga sedang megap-megap seperti ikan yang tidak bisa bernapas, sebentar lagi juga akan pingsan. Margaretta tertawa puas, dia sudah
menang sekarang.
Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Liam sempat memanggil pelindungnya untuk yang kesekian kali. Di saat yang sama, wajah Liam digores pisau oleh Margaretta, dia juga menjilat pisaunya untuk mencicipi darah Liam. Tidak ada teriakan yang terdengar, sebab Liam sudah tidak sadarkan diri dengan wajah pucat, nyaris biru.
“Sudah kuduga agak getir, tapi ini masih manis. Memang darah anak Raja tidak berbohong, dengan ini aku akan kembali muda!” ucap Margaretta penuh kemenangan.
Tepat setelah Liam pingsan, kubah angin miliknya lenyap dan tampak Ratu Harika sudah tergeletak tidak berdaya dengan darah yang telah mengotori lengan dan gaunnya.
Lalu, saat itulah ketiga pelindung datang.
“Maafkan aku karena terlambat, Zayden.” bisik Earl.
Zayden sempat tersadar sebentar saat
mendengar suara Earl, dia percaya Earl pasti akan datang. Setelah melihat samar-samar bahwa Earl dan dua pelindung lainnya datang, Zayden kembali pingsan.
Tanpa babibu, Earl menyerang Margaretta dengan pedangnya. Dalam sekali serang, tangan sihir raksasa milik Margaretta
lenyap dan membuat ketiga pangeran itu jatuh. Tentu saja dengan sigap, para pelindung menangkap tuan mereka.
Pelindung Zayden si Putra Mahkota bernama Earl, wujudnya harimau, tapi dalam keadaan
bertarung atau saat santai, dia akan menampilkan wujud manusianya dengan telinga harimau dan ekor. Lalu pelindung Ezra si Pangeran kedua bernama Kyrus dan berwujud phoenix. Sedangkan
Liam si Pangeran Ketiga mempunyai pelindung berwujud serigala dengan nama Lyrien.
Earl menggendong Zayden di punggungnya dan lantas menyabet pedang harimaunya ke wajah Margaretta. Tidak hanya itu, dia juga menghancurkan permata ungu yang sudah tompel akibat serangan Ezra tadi.
“Ini hukuman karena telah membuat kondisi tuanku semakin memburuk!” seru Earl marah.
Wajah Margaretta terluka parah, transformasi wajah mudanya gagal meski sudah mencicipi sedikit darah tiga pangeran.
Lalu Kyrus merangsek maju usai memastikan Ezra aman di gendongannya, “Ini hukuman karena telah melukai kepala tuanku! Sekaligus hukuman karena telah mengaburkan pandangan kami
dari tempat ini!” serunya sambil mencabik-cabik tubuh Margaretta dengan cakar kakinya berkali-kali.
Margaretta tidak berkutik, dia sudah benar-benar kehilangan kekuatannya sekarang.
Sementara itu Lyrien, usai memasangkan masker oksigen pada Liam, dia masih harus memastikan Liam bernapas atau tidak.
“Tuan… maafkan aku karena terlambat. Andai saja dia tidak mengaburkan pandangan kami dari tempat ini. Kumohon bernapaslah.” bisik Lyrien panik.
Earl dan Kyrus terdiam. Mereka berdua juga menunggu dengan cemas, namun tidak ada respon ataupun gerakan dari Liam. Lyrien menatap Margaretta dengan tatapan tajam dan bengis, matanya menyala merah. Lyrien membaringkan tubuh Liam ke tanah dan berselimutkan kain panjang yang selalu dia bawa untuk menghangatkan Liam.
Lyrien kemudian merangsek maju dengan penuh amarah, “kalau sampai tuanku mati, aku tidak akan memaafkanmu! Beraninya kau membuat asmanya kambuh!” geram Lyrien.
Melihat Lyrien
yang marah dan tampak bengis seperti kesetanan, Margaretta bergidik ngeri, dia mengeluh tertahan. Tidak perlu menunggu waktu lama bagi Lyrien untuk mencabik-cabik tubuh Margaretta.
“Tidak, hentikan! Kumohon! Aku bersalah! Maafkan aku!” rengek Margaretta.
Lyrien tidak peduli, dia terus mencabik tubuh Margaretta dengan ganas. Erangan kesakitan Margaretta terdengar ke seluruh penjuru. Itu adalah kematian yang sangat
menyakitkan. Lyrien benar-benar menghabisinya karena berpikir Liam sudah tiada.
Saat ini kondisi jasad Margaretta sebenarnya sudah tidak berbentuk, kecuali wajahnya yang masih utuh dan hanya terkena sabetan pedang Earl. Darah Margaretta menggenang di sekitar sungai.
Di sisi lain, Earl sedang memeriksa kondisi Ratu Harika yang juga terluka dan tidak sadarkan diri. Earl terperanjat kaget, dia dan dua pelindung lain jelas tahu kalau saat ini kondisi Ratu Harika sangat kritis dibanding tiga pangeran, Ratu Harika terkena Sihir Pelemah. Telat sedikit saja,
mungkin Ratu Harika bisa tewas.
“Ini buruk…” keluh Earl.
“Aku akan coba mengobati lukanya dulu. Kuharap ini bisa menghambat dan mengurangi penyebaran sihirnya,” ucap Kyrus sambil mengeluarkan kekuatan penyembuhnya.
Lalu dengan cepat, Kyrus melakukan penyembuhan sebisanya. Tubuh Ratu Harika diselimuti cahaya putih, Kyrus mencoba mengeluarkan Sihir Pelemah itu dari tubuh Ratu Harika. Earl dan Lyrien bisa menyaksikan sesuatu seperti bayangan hitam keluar dari lengan Ratu harika yang terluka. Wajah Ratu Harika yang tadinya pucat kini mulai sedikit normal, Kyrus menyeka peluh di dahinya.
“Bagaimana?” tanya Lyrien tak sabar.
“Hanya ini yang bisa kulakukan. Sebagian Sihir Pelemahnya sudah kukeluarkan, tapi sebagian lagi tidak bisa karena sudah menyatu dengan organ tubuhnya yang lain.” ucap Kyrus lesu.
Earl memegang pundak Kyrus, “setidaknya sekarang Ratu bisa bertahan karena kau sudah mengeluarkan sebagian sihirnya. Saat ini yang terpenting adalah melaporkan kejadian ini pada Yang Mulia Raja. Pergilah ke Gurunyan, Kyrus. Terbang dengan kecepatan penuh, sampaikan pada Raja kalau istana telah diserang. Hanya kau yang bisa menempuh jarak cepat di waktu genting begini.” ucapnya menengahi keputusasaan Kyrus.
Ini bukan waktu yang tepat untuk
bersedih, Putra Mahkota dan para pangeran juga membutuhkan pengobatan sekarang.
Kyrus mengangguk, “aku titip Ezra pada kalian.”
Kyrus kemudian berubah ke wujud
phoenixnya, namun saat terbang, dia seperti sengaja terbang rendah untuk mematahkan leher Margaretta yang sudah mati. Masih ada rasa kesal karena dia sudah melukai Ratu dan anak-anak Raja. Kyrus melesat jauh dengan kecepatan penuh.
Earl bergegas membawa Zayden dan Ratu Harika yang masih belum sadarkan diri, namun sebelum benar-benar pergi, dia sempat menebas leher Margaretta dengan penuh amarah, “ini hukuman karena kau telah melukai Ratu Harika!” kepala Margaretta benar-benar putus sekarang. Ini benar-benar pemandangan yang mengenaskan.
“Lyrien, ayo segera ke istana. Jangan lupa, kita harus membawa jasad penyihir gila ini dan menggantungnya di depan gerbang istana sebagai pelajaran bagi mereka yang hendak macam-macam lagi dengan keluarga kerajaan.” ucap Earl tanpa ampun.
“Ya, aku setuju.” balas Lyrien sambil menggendong Liam dan Ezra yang juga masih belum sadarkan diri.
Mereka berdua berubah ke wujud asli. Earl harimau, dan Lyrien serigala. Lalu sambil berjalan, mereka juga satu-satu menggigit sesuatu di mulut, Earl membawa kepala Margaretta sedangkan Lyrien membawa badan Margaretta yang sudah tercabik-cabik tak berbentuk. Mereka membawa
jasad Margaretta ke depan gerbang dan menggantungnya di sana dengan menggunakan kekuatan suci, jadi mereka tidak perlu menyentuh jasad itu lebih banyak lagi.
Setibanya di dalam bangunan istana, untungnya masih ada beberapa dayang, pelayan, dan prajurit yang hidup meski kondisi mereka terluka cukup parah. Para pengawal pangeran dan pengawalnya Ratu Harika pun terluka parah. Para dayang, pelayan, dan prajurit yang masih punya kesadaran langsung terperanjat kaget melihat kondisi Ratu, Putra Mahkota dan para
pangeran.
“Yang Mulia Ratu!”
“Oh, astaga! Yang Mulia Putra Mahkota!”
“Yang Mulia Pangeran!”
Mereka berseru panik. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, mereka juga sangat sedih karena tidak bisa menjaga tuan mereka dengan baik.
“Panggil dokter istana dan Guardian. Ratu dan semua pangeran butuh perawatan segera!” ucap Earl dan Lyrien bersamaan.
Dalam sekejap, para dayang, pelayan dan prajurit yang tersisa segera pergi ke menara dokter, mereka tidak peduli meski dalam keadaan terluka, setidaknya kondisi mereka tidak lebih buruk daripada Ratu dan para pangeran.
Dokter istana tidak sulit dihubungi, setibanya di gedung utama istana, dia sangat kaget melihat keadaan yang porak poranda. Ada banyak prajurit, pelayan dan dayang yang tergelatak bersimbah darah, tapi prioritas utamanya tentu saja Ratu dan para pangeran.
Yang paling pertama diperiksa dokter istana adalah Ratu Harika. Dokter istana jelas sudah tahu bahwa Ratu Harika terkena Sihir Pelemah, wajahnya kembali pucat. Dokter tidak bisa melakukan apapun selain memberi obat pereda nyeri dan memerintahkan perawat untuk memberikan cairan infus pada Ratu.
“Yang Mulia Ratu harus diperiksa Guardian.” ucap dokter istana tegas, dia berusaha
menyembunyikan cemas di wajahnya.
Selanjutnya dokter istana beralih memeriksa Liam, dia menghela napas lega karena Liam sudah diberi masker oksigen duluan, “kondisi Yang Mulia Pangeran Liam saat ini sangat buruk. Pangeran Liam perlu oksigen tambahan dan hal buruknya, suhu tubuh Pangeran Liam naik. Dia juga stres
karena serangan itu, tapi untungnya, luka Pangeran Liam tidak terlalu parah, hanya memar dan sedikit retak di lengan kiri.” jelasnya.
Lyrien lega mendengarnya, setidaknya, dia tidak kehilangan tuannya.
Dokter istana memerintahkan para perawat istana untuk memasangkan oksigen baru dan infus agar kondisi Pangeran Liam membaik. Sembari para perawat melakukan tugasnya, dokter istana memeriksa kondisi Putra Mahkota, Zayden.
Dokter istana mengernyit dan keringat dingin
bercucuran, kondisi Zayden jauh lebih buruk daripada saat dia terkena panah beracun assasin. Padahal Zayden belum pulih karena insiden itu, sekarang dia malah terkena serangan lagi yang memperburuk kondisinya.
“Perawat, tolong infus Yang Mulia Putra Mahkota segera! Pasangkan plester demam dan obati luka-lukanya dengan hati-hati. Oh! Oksigen, pasangkan oksigen juga! Kita juga perlu memanggil Guardian untuk mengobati Putra Mahkota!” Mendengar perintah dokter yang mendadak, para perawat bergegas dan agak panik, jika dokter memberi perintah untuk memanggil Guardian, artinya kondisi Putra Mahkota memang sangat buruk.
“Apakah kondisi Zayden seburuk itu?” tanya Earl panik.
Dokter istana mengangguk, “tulang kaki yang sebelumnya patah dan sudah membaik, sekarang retak. Lengan kanan Yang Mulia Putra Mahkota patah, bahu kirinya terkilir, tulang dada dan lengan kirinya retak. Saat ini suhu tubuhnya sangat tinggi, kemungkinan karena lukanya bertambah, selain itu efek dari panah beracun juga belum hilang sepenuhnya. Yang Mulia Putra Mahkota jadi harus menahan rasa sakit tiga kali lipat daripada sebelumnya. Selain itu, ada banyak luka memar dan luka terbuka di tubuh Putra Mahkota. Putra Mahkota perlu penanganan secepatnya.” jelas dokter istana sambil berkeringat dingin, dia takut penjelasannya ini akan membuat Earl marah.
Dokter istana kemudian berpindah memeriksa Ezra. Dokter istana kali ini bisa sedikit lega, sebab kondisi Ezra tidak seburuk itu. Ezra yang lukanya paling ringan, dokter istana menjahit luka di pelipis Ezra dengan pelan kemudian membalutnya dengan perban, selain itu didapati di tubuh
Ezra ada banyak memar.
“pasangkan infus pada Pangeran Ezra dan pantau terus kondisinya!” perintah dokter pada perawat yang tersisa.
“Bagaimana dengan Ezra?” tanya Earl dan Lyrien.
“Pangeran Ezra mengalami luka di bagian pelipis dan ada memar di bahu, lengan dan kakinya, tapi saya sangat lega karena tidak ada tulang yang patah atau retak. Saya sudah menjahit lukanya, namun Pangeran Ezra butuh waktu untuk sadar.” jelas dokter.
Selanjutnya, dokter istana kembali pada Zayden. “Kita harus mengoperasi lengan Yang Mulia Putra Mahkota sekarang juga, tolong siapkan alat-alatnya.” ucap dokter.
Menggunakan layar batu tipis, dokter dan para perawat bisa melihat tulang mana yang patah dan retak, dengan menggunakan monitor alat itu juga lah mereka melakukan operasi. Earl dan Lyrien bisa melihat bagaimana dokter dan para perawat membedah lengan Zayden dan menyambungkan tulang Zayden yang patah. Earl tidak sanggup melihat tuannya terluka, dia akhirnya memilih untuk menunggu di luar saja.
Sementara itu di saat yang sama, Kyrus tiba di Gurun-nyan. Raja Finn tentu saja kaget melihat kedatangan Kyrus yang tiba-tiba, terlebih lagi kondisi Kyrus tampak berantakan, ada darah menempel di baju Kyrus, selain itu juga bajunya penuh sobekan di sana sini.
“Ada apa, Kyrus? Mengapa penampilanmu seperti itu? Bukankah seharusnya kau bersama Ezra di istana?” tanya Raja Finn.
“Salam, Baginda. Istana baru saja diserang. Saat ini, Yang Mulia Ratu, Putra Mahkota, Pangeran Ezra dan Pangeran Liam sedang terluka.” ucap Kyrus tanpa basa-basi.
Mendengar laporan Kyrus, Raja Finn terbelalak kaget. “siapa lagi kali ini yang menyerang? Bagaimana keadaan anak dan istriku?” tanyanya panik.
“Penyihir hitam.” jawab Kyrus lirih. Lalu sambil menangis, Kyrus menceritakan semuanya pada Raja Finn.
Setelah mendengar semua penjelasan, Raja Finn akhirnya menarik kembali pasukannya kembali ke Kerajaan Dandelion. Mereka memacu kudanya dengan kecepatan penuh.
Berkat kekuatan Kyrus, kuda-kuda para ksatria dan prajurit istana bisa berpacu tiga kali lebih cepat daripada biasanya. Satu jam kemudian, mereka semua tiba di istana. Raja Finn dan para ksatria yang ikut ekspedisi disambut dengan kepala dan tubuh Margaretta yang telah digantung di depan gerbang istana. Raja Finn menatapnya jeri.
Raja Finn pun bergegas memasuki istana, lalu di sana lah pemandangan yang mengerikan terlihat. Sejauh mata memandang, istana Dandelion sudah seperti tempat
pembantaian saja. Ada banyak sekali dayang, pelayan, dan prajurit yang tewas bersimbah darah.
Deon si pengawal ratu pun terluka parah dan masih tidak sadarkan diri, namun untungnya dia tidak tewas. Belum lagi para pengawal pangeran yang lain, juga para pengasuh, semuanya terluka cukup parah sehingga
dokter istana harus mengerahkan rekan sesama dokter yang lain untuk mengobati mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments