Kala akhirnya memutuskan masuk ke dalam kamarnya, meski dia telah berniat tidur di kamar berbeda. Ada sesuatu yang mengganggunya—perasaan yang belum pernah ia alami sebelumnya.
Di dalam kamar, Anggun duduk di tepi ranjang, dengan piyama berleher V dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran. Pikirannya masih berkutat pada perbincangan di mobil dan kehangatan yang mendadak terasa saat makan bersama Kala. Ia tak pernah menyangka bahwa pria itu, meskipun dingin dan tertutup, bisa memiliki sisi perhatian seperti tadi.
Kamar yang luas, membuat Anggun tak menyadari kehadiran Kala.
Ponselnya kembali bergetar di atas meja rias. Radit lagi. Kali ini, Anggun menghela napas panjang dan mengambil ponselnya. Ia tak ingin menjawab, tapi tahu Radit tak akan berhenti sebelum mendapat jawaban.
"Halo?"
"Anggun, kenapa dari tadi nggak jawab teleponku?" Suara Radit terdengar cemas di seberang.
"Aku sibuk," jawabnya singkat.
"Aku butuh bicara denganmu. Bisa kita bertemu besok?"
Anggun menggigit bibirnya. Ia tahu bahwa membiarkan Radit masuk kembali dalam hidupnya bukan ide yang bagus. Namun, ia juga tahu bahwa jika tidak menemui Radit, pria itu akan terus mengganggunya.
"Kita lihat nanti," jawabnya sebelum menutup telepon tanpa menunggu balasan.
Ia meletakkan ponsel dengan kasar di meja rias dan menatap bayangannya di cermin. Apakah ia masih menggantungkan hatinya pada Radit? Atau perasaan itu mulai berubah?
Sementara itu, Kala yang sedari tadi berdiri di balik dinding sekat ruang, ia mendengar percakapan singkat itu dengan sangat jelas. Ada sesuatu dalam nada suara Anggun yang membuatnya ingin tahu lebih banyak. Radit... siapa dia sebenarnya bagi Anggun?
Tanpa sadar, Kala mengepalkan tangan. Ia tak suka perasaan ini. Ia tak suka kenyataan bahwa ia mulai peduli. Dan ia tak suka fakta bahwa ada pria lain yang masih mencoba masuk dalam kehidupan Anggun.
"Kau belum tidur?" Kalla menyapa dengan ketus.
Anggun menggelengkan kepala untuk menjawabnya.
Dalam kecanggungan yang luar biasa, akhirnya mereka pun tertidur di ranjang yang sama dengan tetap saling berdiam.
***
Keesokan harinya, Anggun bangun lebih awal dari biasanya. Hujan semalam menyisakan embun di kaca jendela, membuat suasana pagi terasa lebih dingin. Ia turun ke dapur untuk membuat secangkir kopi, namun terkejut saat melihat Kala sudah duduk di meja makan dengan secangkir kopi hitam di depannya.
"Kau bangun pagi?" tanyanya heran.
Kala mengangkat bahu. "Hari ini aku ada pertemuan penting."
Anggun mengangguk, kemudian membuat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Ia ingin bertanya tentang apa yang ada di benak Kala tadi malam, tetapi ia ragu apakah pria itu akan menjawab dengan jujur.
"Kau ada rencana hari ini?" tanya Kala tiba-tiba.
Anggun terdiam sejenak. Ia bisa saja mengatakan bahwa ia akan bertemu Radit, tapi ia memilih untuk tidak memberitahu. "Tidak banyak. Hanya beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan."
Kala menatapnya dalam diam sebelum akhirnya mengangguk. "Kalau begitu, hati-hati."
Anggun terkejut dengan ucapan sederhana itu. Meskipun terdengar biasa, ada sesuatu dalam nada suara Kala yang membuatnya merasa diperhatikan. Tapi ia juga tidak sadar bahwa Kala tidak akan berhenti hanya di situ.
Siang harinya, Anggun akhirnya memutuskan untuk menemui Radit di sebuah kafe yang cukup sepi. Pria itu sudah menunggunya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Terima kasih sudah mau datang," kata Radit saat Anggun duduk di hadapannya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Anggun langsung.
Radit menarik napas panjang. "Aku ingin kau kembali. Aku sadar aku sudah melakukan kesalahan, tapi aku benar-benar merindukanmu, Anggun. Aku tak bisa melupakanmu."
Anggun menatapnya lama. Lima bulan lalu, kata-kata seperti ini mungkin akan membuat hatinya luluh. Tapi sekarang? Ia tidak yakin lagi.
"Radit, aku sudah menikah. Aku tak bisa kembali padamu," ucapnya pelan, tapi tegas.
Radit terdiam, ekspresinya berubah menjadi kecewa. "Apa kau mencintainya?"
Anggun terkejut dengan pertanyaan itu. Ia ingin langsung menjawab tidak, tetapi sesuatu menahannya. Ia tidak tahu jawabannya.
Saat Anggun hendak menjawab, tiba-tiba matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya. Kala berdiri di dekat pintu kafe, menatapnya dengan ekspresi dingin. Namun, bukan hanya sekadar tatapan dingin. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik matanya—kecemburuan yang berusaha ia sembunyikan.
Kala tidak berniat masuk. Ia hanya ingin memastikan siapa pria yang berani menemui Anggun di belakangnya. Sejak pagi, ada perasaan gelisah yang menggerogoti pikirannya, membuatnya tanpa sadar mengikuti wanita itu. Sekarang, ia melihat sendiri kenyataan yang tak ia inginkan.
Hatinya mencelos. Apakah Anggun masih menginginkan pria itu? Kenapa ia tidak bisa mengabaikan ini begitu saja?
Dengan rahang mengatup keras, Kala membalikkan badan dan pergi sebelum Anggun menyadari kehadirannya lebih lama. Ia tidak ingin memperlihatkan perasaannya. Namun, satu hal yang pasti—ia tidak akan membiarkan Anggun begitu saja.
Dan perasaan itu membuatnya semakin takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Aina Arissa Shahran
aduiii. bikin penasaran ini c kala....apa sebenarnya yang dia takutkan😅😅
2025-03-04
0
yuning
sesuatu itu masuk tanpa sadar mempengaruhi semua
2025-03-03
0