“Kapan kamu akan bangun ? Apa tidak lelah seperti ini ? Daddy lelah bolak-balik rumah sakit hanya untuk menjenguk kalian,”.
“ Daddy kangen dengan keceriaan kamu, sayang. Bantu daddy untuk mengungkapkan semuanya,”.
“Istriku, kalian berdua adalah jantung hidupku. Apa kalian tidak mau bangun ? Aku lelah seperti ini…”
Pria paruh baya itu mengangguk lemah. Dia menatap kedua sosok di brankar yang berbeda. Di tubuh keduanya sama-sama terdapat selang penyambung hidup.
“Daddy akan balaskan dend4m kalian, kita buat mereka hidup dengan tenang. Lalu perlahan-lahan buat mereka jatuh sejatuh-jatuhnya..”
Setelah mengatakan itu, pria paruh baya itu mencium kening istri dan putrinya. “Jaga tempat ini, jangan sampai wanita tua itu mengetahui keberadaan putri dan istriku !”.
“ baik tuan,”.
“Gembila na lasa hati, dedek. Cepuluh lebu cempol cepuluh lebu cilol hihi… banyak bapak lebih baik, uang na untuk putli cantik na ini !”
Maureen berjalan pulang sambil memegang dua bungkus plastik berisik jajanan. Tadi pagi dia sudah menagih uang jajan sebelum berangkat sekolah kepada ayah dan papa cu nya. Namun ternyata, Narel juga memberikan uang lebih banyak daripada dua pria itu sebesar sepuluh ribu. Awalnya Mario dan Roy hanya memberi lima ribu, melihat Narel memberikan sepuluh ribu keduanya pun sama-sama menambahkan uang lima ribu kepada Maureen.
Senang? Oh jelas ! Tiga puluh ribu jajan untuk anak TK sudah jajan enak di kompleks sekolah Maureen.
“Makmul telus ya, pelut na dedek.. Pagi ini kita makanna cendili nanti cole cama abang Balla…”
Sekolahan Maureen tidaklah jauh dari rumah sehingga Vion maupun Rea tak menjemput Maureen. Anak itu ingin berangkat dan pulang sendiri dan tidak mau di antar maupun dijemput oleh siapapun saat dia mendapatkan uang tambahan dari tiga pria di rumah.
Tatapan Maureen berhenti saat melihat ada penjual mainan keliling menggunakan motor berhenti tak jauh dari dirinya. Maureen bergegas menghampiri penjual itu.
“Paman, ada keleleng nda ?” tanya Maureen saat dia tak melihat kelereng di papan gantung.
“Kelereng ?” tanya penjual itu memastikan pendengarannya dan ucapannya. Maureen mengangguk semangat.
“Iya keleleng, dedek mau main keleleng nanti cole cama cubayheda.. Ada nda paman ?” .
“Ada nih yang lima ribu dapat sepuluh kelereng. Kalau sepuluh ribu dapat lima belas kelereng. Kamu mau yang mana ?” tunjuk penjual mainan keliling itu.
“Dedek mau yang cepuluh lebu aja lah paman. Banyak untung itu !” seru Maureen mengeluarkan uang terakhirnya.
“Ya sudah, paman ambilin ya. Kamu tunggu di tepi jangan ke pinggir jalan. Kena seruduk nanti !” ingat penjual itu ngeri saat Maureen hampir tersenggol.
Maureen berdiri dengan patuh. Wajahnya tampak lebih berseri, setelah mendapatkan keinginannya. Maureen bergegas pulang ke rumah. Apalagi terik matahari sudah sangat tinggi.
“Telima kacih paman, dedek pulang dulu !!”
“Hati-hati ya dedek !!” seru penjual itu. Dia awalnya bingung kenapa anak itu memanggil dirinya sendiri dengan panggilan dedek. Dia kira namanya dedek, sehingga tadi dia menambahkan kata dedek di ucapan hati-hatinya.
“Jaman sekarang ngasih nama yang simple tapi sering bikin manusia bingung. Ada-ada aja orang tua namain anaknya dedek.. Tapi dipikir-pikir anaknya gemes haha.. Bisa-bisanya dia milih sepuluh ribu untung..”
“Copeeettttt !!! Woyyy copetttt !!” teriak seorang wanita muda berlari mengejar copet yang membawa tas miliknya. Sialnya lagi tas itu berisi ponsel serta dompetnya yang masih tersisa uang.
“Tolong !!!”
Teriakan itu membuat Maureen menoleh. Dia melihat tak jauh dari belakangnya ada seorang pria berlari membawa sebuah tas dan dibelakang pria itu ada seorang wanita berlari sambil berteriak.
“I–ini dedek halus ngapain ?”
“Copettttt !!”
“Dedek halus ngapain ?????” katanya panik. Tiba-tiba idenya terlintas dia melihat kereng ditangannya.
“Lugi sebental nda papa ya keleleng, kita keljain abang copet na.. Nanti kita minta ganti lugi ya..”
Maureen berhenti sejenak, kedua tangannya dengan lihai menyobek bungkus kelereng dan dengan cekatan melempar kelereng itu ke arah copet yang berlari ke arahnya.
“Keleleng, halus kelja cama dedek yaaaaaa !!” teriak Maureen sambil melempar kelereng itu.
Brukkk… pencopet itu terjatuh dan kakinya terkilir karena ulah kelereng milik Maureen.
“Yeeyyyy belhacilll !!!! Holeeeeee !!” teriak Maureen senang.
Tak lama beberapa bapak-bapak menyusul dan meringkus pencopet itu. Wanita yang kecopetan tadi langsung mengambil tasnya. Dia melihat isi tasnya yang ternyata aman.
“Nona, pria ini akan kami bawa ke kantor polisi !”.
“ Baik pak, serahkan saja ke pihak yang berwajib. Sekali lagi terima kasih, pak.”
“Barangnya aman nona ?”
“Aman pak, aman !”.
“ Eh, dedek Iren. Kamu ngapain disini ?” tanya seorang bapak-bapak yang mengenal Maureen.
Maureen yang tengah mengumpulkan kelerengnya mendongakkan kepalanya. “ Lagi ngumpulin keleleng na dedek.. Tadi buat lempalin abang copet,” jawab Maureen.
Anak itu lagi serius mengumpulkan kelerengnya sambil berhitung. Total kelerengnya lima belas, sehingga dia harus fokus menghitung.
“Bapakna bang El janan nanya telus, nanti cangcot dedek ngitung na…” omel Maureen membuat Bapak Ero terkekeh.
“Haha baiklah, baik.. Paman susul mereka ke kantor polisi. Dedek habis ini pulang ya, takut dicariin nenek sama mama cu.”
“Ciap paman !”
“Mari nona,”
“Baik pak, terima kasih sekali lagi..”
“Sama-sama..”
Kini tinggal Maureen bersama wanita tadi. Wanita itu menatap Maureen yang masih menghitung jumlah kelerengnya.
“Hiiiii, kulang ini !!! Kulang duaaaaaaa !! Mana dua na nihhh, aduhhh lugi dedekkk..” ucap Maureen sambil menggaruk-garukkan kepalanya mencari keberadaan dua kelereng yang belum ditemukan.
Wanita itu melihat dua kelereng di celah sepatu kerjanya . Wanita itu berjongkok dan mengambilnya.
“Ini kelereng yang kamu cari,” Wanita itu mengulurkan tangan kanannya kepada Maureen.
“Uwaaaaaaaahhh nda jadi lugi dedek… maka— IHHHH CANTIKNAAAAAA COCOK BUAT AYAH DEDEK NIIIIIIHHH !!” pekik Maureen girang.
Wanita itu jelas terkejut mendengar pekikan Maureen.
“Kakak cantik nama na ciapa ?? Kalau dedek nama na Mauleeen panggilanna dedek ilen..!” seru Maureen senang bahkan dia berkali-kali mengedip-kedipkan mata indahnya.
“Eh, nama kakak Marsha..”
“Malsha ???? Ihhh macam nama temanna beluang hihi…”. Melihat Maureen entah mengapa Marsha merasa melihat sosok dirinya waktu kecil.
“Ireeennn !!” Maureen dan Marsha menoleh, terlihat seorang wanita paruh baya dengan masih mengenakan daster bergegas mendekati mereka.
“Astaga sayang, kamu lama banget nyampe rumah. Nenek khawatir loh, astagaaa kamu ini… kenapa seragamnya kotor ?” tanya Vion khawatir sekaligus heran.
“ Hehe nenek.. “
Vion baru menyadari jika cucunya bersama seorang wanita. “ Ma–maaf nyonya…”. Kening Vion sedikit mengerut terlihat sedang menatap tajam Marsha yang membalas tatapan itu dengan tidak enak.
“Cucu anda tadi sudah menolong saya dari copet,”.
“Menolong ?” tanya Vion dan kembali menatap cucunya yang tersenyum.
“Iya nenek, dedek tadi nolongin kakak cantik ! Kelen kan nek !” . Vion mengangguk tersenyum.
“Sekarang kita pulang, ya. Nanti siang kita ke kantor ayah. Ayah ajak dedek makan siang bersama di kantor..”.
“Aduhhh !” Marsha menepuk keningnya. “ Nyonya dan dedek Iren, kakak pamit dulu ya ! Kakak udah telat masuk kerja ! Maaf nyonya, saya harus bekerja..”.
Marsha bergegas berlari menuju jalan raya, dia harus segera sampai di perusahaan M. Motornya sedang di bengkel membuat Marsha harus mencari taksi di jalan raya.
Sementara Vion menatap Marsha yang sudah menjauh dari mereka. Menyadari seragam yang dikenakannya membuat Vion tersenyum.
“Nenek kakak cantik na pelgi…”
“Iya nanti kita ketemu lagi sama kakaknya..”. Maureen menatap Vion. Terdengar aneh tapi Maureen hanya mengangguk. Kedua nya pulang ke rumah disambut Rea yang sudah menunggu Maureen di teras rumah Vion.
“ Sayang, astaga kenapa pulangnya lama sih sayang. Sampai nenek nyusul dedek…”
“Tadi dedek ketemu kakak cantik mama cu. Abis keselopet tadi kan nek,”
“Kecopetan bukan keselopet..” revisinya.
“Nah, itu copetan mama cu..”
“Ais, sudah ganti seragamnya. Mama cu mau balik ke rumah. Dedek jangan kemana-mana dulu ya, nanti siang ..”
“Makan ciang cama ayah di kantol !”
“Nah, itu pintar… Udah sana !” Maureen mengangguk. Dia bergegas masuk ke dalam setelah melepaskan kaos kaki dan sepatunya.
Rea pamit pulang sementara Vion duduk di kursi bambu dan menatap jalanan sepi.
“Marsha…”
...****...
Udah ketemu kan ? Sabar ya, nanti ketemu lagi hehe..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
A R
wahhh dedek nanti ketemu lg cama kakak yg keselopet 🤣🤣
2025-02-22
2
Esther Lestari
dedek Iren pinter sekali.
2025-03-18
0
A R
apa ya cubayheda?
2025-02-22
0