Hari sudah semakin siang, ayah mengetuk pintu kamarku.
“ Ayah pergi dulu ya, Aluna.” Ucap ayah yang izin untuk pergi.
“ Iya ayah.” Aku bergegas membuka pintu kamar dan ikut menuruni tangga bersama ayah.
Ayah lalu mengetuk pintu kamar Jaeden untuk mengajaknya pergi bersama.
“ Jaeden, ayo. Apa kau sudah siap?” tanya ayah dari balik pintu
“ Iya paman aku akan keluar.” Jawab Jaeden dari dalam kamar.
Jaeden keluar dari dalam kamar.
“ Ayo.” Ajak ayah sembari membuka pintu rumah.
“ Bye! sampai jumpa di hari sabtu nanti, aku akan menghubungimu saat aku sudah mengambil ponselku!” ucap Jaeden yang berpamitan padaku.
“ Iya baiklah, hati-hati.” Jawabku sambil tersenyum ke arah Jaeden dan melambaikan tanganku.
Pintu pun tertutup. Mereka telah pergi dan rumah ini terasa sunyi kembali. Aku berjalan menuju ke kamarku kembali dan merebahkan tubuhku. Lalu aku melihat ada pesan masuk dari grup.
Katrina: Halo teman-teman!
Edelyn: Ada apa?
Chloe: Apa kalian istirahat dengan baik semalam?
Katrina: Aku hanya rindu kalian, tidak sabar menunggu hari sabtu datang!
Chloe: Iya, aku juga!
Edelyn: Bagaimana kalau kita bertemu besok untuk membahas tugas drama kita?
Katrina: Ide yang bagus!
Chloe: Setuju!
Isi pesan chatnya sudah ramai. Aku akan membalas pesan mereka segera.
Aluna: Halo, maaf aku baru mengecek ponselku, aku ikut saja, sampai jumpa besok! aku rindu kalian.
Katrina: Aku juga merindukanmu nona manis.
Chloe: Aku juga sudah bosan saja di rumah.
Edelyn: Ibuku titip salam pada kalian, karena tak sempat menyapa semalam. Sampai jumpa besok.
Pesan grup pun berakhir. Aku mulai mengantuk, aku akan makan siang nanti saja. Lebih baik aku tidur dulu karena aku bangun lebih pagi hari ini.
Di perjalanan menuju rumah paman Jaeden.
“ Nak, bagaimana harimu?” tanya ayah pada Jaeden.
“ Baik, paman.” Jawabnya yang masih takut.
“ Bicara santai saja, anggap aku sebagai ayahmu sendiri.” Ucap ayah padanya.
“ Iya paman, terima kasih karena sudah mengizinkanku tinggal di rumah dan memberiku tumpangan.” Ucap Jaeden yang berterima kasih pada ayah.
“ Apa kau menyukai anak paman?” tiba-tiba saja ayah menanyakan hal itu.
“ Ah iya, karena dia anak yang baik.” Jawab Jaeden yang terkejut dengan pertanyaan ayah.
“ Bukan dalam hal itu, tapi dalam hal lain.” Tanya ayah lagi.
“ Ah apa aku harus menjawabnya?” Jaeden terlihat sangat tidak nyaman dengan pertanyaan ayah.
“ Tidak juga, tolong jaga Aluna di sekolah ya, paman tahu dia memiliki masalah yang sulit saat di sekolah dulu, tapi dia tidak pernah menunjukkannya pada paman. Dia bahkan tidak pernah membawa temannya ke rumah dan pergi bermain bersama teman seusianya. Paman hanya bingung kenapa kalian bisa begitu akrab.” Ucap ayah dan meminta Jaeden untuk menjagaku.
“ Iya paman, aku akan menjaganya. Dia sudah punya teman perempuan yang baik, mungkin suatu saat dia akan mengenalkan dan membawanya ke rumah.” Sambung Jaeden yang meyakinkan ayah jika aku sudah bisa mulai berbaur dengan teman.
“ Apa benar? paman tidak tahu. Kalau begitu paman akan menunggu sampai dia siap bercerita saja.” Ucap ayah yang terlihat senang karena aku akhirnya memiliki teman.
“ Kalau kau butuh sesuatu, dan membutuhkan pertolongan paman, jangan sungkan.” Ucap ayah pada Jaeden.
“ Terima kasih paman, aku akan sangat berterima kasih atas kebaikan paman dan Aluna!” jawab Jaeden dan tersenyum ke arah ayah.
Ayah selalu menganggapku sebagai putri kecilnya yang belum beranjak dewasa, ayah sangat menyayangiku, dia takut hal yang sama terjadi pada anak keduanya. Sesekali ayah masih terlihat menangisi kakak dengan memandangi foto kakak. Seorang ayah yang menyesal dan memiliki luka yang tidak akan pernah bisa terobati setelah kehilangan anak kesayangannya. Aku tahu ayah sangat terpukul hingga sekarang, maka dari itu, ayah selalu berusaha melindungi dan menuruti segala keinginanku. Karena ayah hanya punya aku. Aku juga tahu ayah sangat kesepian, aku berharap ayah bertemu dengan orang yang bisa mencitainya dengan tulus suatu hari nanti.
Mobil telah berhenti di jalan Naville 3. Jaeden mulai turun dari mobil dan berpamitan dengan ayah. Ayah menunggu Jaeden sampai ia masuk ke dalam rumah pamannya. Pamannya membukakan pintu dan Jaeden pun masuk ke dalam, lalu ayah bergegas pergi dengan melajukan mobilnya.
“ Jaeden, maafkan paman, semalam paman ada urusan jadi pulang larut malam. Kau tidur dimana?” paman Jaeden bertanya dan mengkhawatirkannya.
Paman Jaeden belum memiliki keluarga, dia adalah adik laki-laki dari ayah Jaeden, pamannya sangat baik dan sayang padanya. Maka dari itu, Jaeden selalu kabur ke rumah pamannya setiap kali merasa muak di dalam rumahnya. Dia memercayakan pamannya sebagai tempat dia mengadu.
“ Aku tidur di rumah temanku, paman. Tadi ayahnya yang mengantarku.” Jawab Jaeden yang sedang menjelaskan situasi.
“ Paman belum sempat mengucapkan terima kasih pada ayah temanmu, lain kali paman akan lakukan itu. Omong-omong siapa temanmu itu?” tanya paman penasaran.
“ Aluna.” Jawabnya singkat sambil merebahkan dirinya di sofa ruang tamu.
“ Hah? perempuan? kau menginap di rumah teman perempuanmu dan ayahnya mengizinkan? wah paman sangat tidak menyangka.” Jawab pamannya yang terkejut mendengar ucapan Jaeden.
“ Apa dia pacarmu?” tanya paman yang sedang menggoda Jaeden.
“ Ah bukan kok!” jawab Jaeden sambil menengkurapkan badannya menghadap sofa.
Paman Jaeden mulai menggodanya dan terus menanyakan tentangku, tapi Jaeden tidak menanggapinya dan memilih diam.
“ Hei ayo, paman antar ke rumah dan ambil barang-barangmu. Jangan pakai baju paman terus, paman sudah kehabisan baju. Mereka tidak akan berani jika paman ada di sampingmu. Kau bisa tinggal selama mungkin sesukamu disini, paman akan menjadi walimu sekarang.” Ucap paman Jaeden yang menenangkannya, pamannya sangat kasihan melihat keponakannya itu, akibat dari ulah kakak laki-lakinya.
“ Benarkah? aku boleh tinggal disini selamanya dan paman akan mengambil alih menjadi waliku?” Jaeden bangkit dari tidurnya.
“ Ah kau membuatku kaget, iya aku akan menjadi walimu. Aku akan mencoba membicarakan hal ini nanti pada ayahmu.” Ucap paman Jaeden.
Pamannya mengambil kunci mobil dan mereka segera pergi menuju ke rumah ayah Jaeden untuk mengambil barang-barangnya.
...****************...
Setelah sampai di rumah ayahnya mereka masuk ke perkarangan rumah untuk parkir mobil dan masuk bersama-sama ke dalam rumah. Terlihat istri baru ayahnya sedang duduk sambil membaca majalah dan minum teh di ruang tamu. Lagaknya sudah seperti nyonya besar di dalam rumah itu.
“ Selamat siang kak.” Paman Jaeden memberi salam hormat yang hanya basa basi kepada kakak ipar yang tidak dia anggap itu.
“ Oh, kalian datang. Ada apa kemari?” dia bertanya seolah Jaeden bukanlah penghuni rumah ini.
“ Ada yang harus diambil, permisi dulu.” Ucap paman Jaeden singkat dan lanjut pergi.
Tatapan dari bibi itu sangat terlihat menahan emosi dan tidak suka atas kedatangan mereka yang seperti ingin mengganggu rencana jahatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Metana
jaeden yang ditanya aku yang dag dig dug/Hey/
2025-02-26
0
Ghrnrex
di interogasi ya jaeden wkwwk
2025-02-28
0