Seminggu lagi, sekolahku akan mengadakan karyawisata ke perkemahan yang terletak di tepi danau dan pemandangan yang indah di kaki bukit. Saat aku SD dan SMP, aku bahkan tidak pernah pergi karyawisata, karena aku tidak punya keberanian untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tapi kali ini berbeda, aku sangat tidak sabar untuk pergi bertamasya karena ada Jaeden. Tapi, aku juga ragu karena pasti kami menempati villa yang berbeda. Aku takut jika tidak ada yang mau seruangan denganku. Padahal sudah dari jauh hari aku telah mempersiapkan segala keperluan untuk dibawa.
Ah keraguanku menjadi hilang timbul, apa aku harus ikut atau tidak. Bagaimana ya rasanya karyawisata sekolah. Ayah sampai mengajakku membeli baju baru dan keperluan yang aku butuhkan, bahkan membelikanku banyak makanan dan minuman ringan. Ayah juga begitu bersemangat karena baru kali ini ayah melihatku ingin pergi karyawisata. Tapi hatiku sangat bimbang, disisi lain aku ingin ikut, tapi disisi lainnya aku juga masih takut.
...****************...
Tiga hari sebelum karyawisata, Jaeden tidak masuk sekolah. Bahkan, ia tidak membalas pesan yang aku kirim semalam. Aku takut, cemas dan gelisah. Aku sungguh tidak tenang. Apa yang terjadi padanya, apa dia baik-baik saja atau dia sakit.
Aku jadi sendirian di kelas, anak-anak di kelas lalu mendatangi dan mulai mengusikku, mereka melakukan itu karena tidak ada Jaeden yang akan melindungiku karena dia selalu bersamaku.
“ Hei pembunuh, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan melindungimu hahahaha.” Clarissa tertawa begitu keras bersama teman-teman se gengnya.
“ Dari kemaren kau tampak berani karena ada pangeran di sampingmu, sekarang kau tidak akan bisa berkutik dasar sialan.” Ucap Clarissa sambil menarik rambutku.
“ Ah sakit!” teriakku.
“ Kau berani sekali menggoda Jaeden, apa yang kau katakan dan kau beri padanya? dirimu? kau jual dirimu hah?!! jawab aku sialan!!” teman-teman yang lain menarik kursiku hingga aku terjatuh.
Aku hanya bisa diam, aku tidak bisa melawan.
“ Kau pikir kau siapa? kau tidak cukup cantik daripada ku!! jangan pernah dekati Jaeden lagi, mengerti!! awas kau kalau berani mendekati dia lagi, akan aku beri pelajaran sialan!!” dia terus berteriak ke arahku sambil memegang daguku.
“ Ayo lakukan lagi, tapi awas nanti kau bisa dibunuh saat jalan pulang di tempat sepi hih hahahahaha.” Seru anak laki-laki di kelasku, mereka hanya tertawa melihat kegaduhan yang sedang terjadi.
“ Ah sial berisik sekali.” Saut anak perempuan di kelasku, namanya Edelyn. Dia anak yang jarang berbaur dengan teman-teman sekelas, tapi dia jelas sangat berbeda dariku.
“ Apa katamu?!” saut Clarissa.
“ Iya, kau berisik sekali.” Jawab Edelyn dengan lantang.
“ Hei, kau jangan ikut campur sialan, duduk dan diam saja.”
Tiba-tiba Edelyn menghampiri Clarissa dan menarik kerah bajunya.
“ Kalau aku bilang berisik ya berisik, apa kau tidak mengerti?”
“ Wah apa-apaan kau sialan, kau juga ingin menjual diri hah?” Clarissa melepaskan tangan Edelyn dari kerah bajunya.
“ Tutup mulutmu sebelum aku robek mulutmu itu!” jawab Edelyn dengan penuh amarah.
“ Cih dasar wanita murahan, kau selalu ikut campur masalah orang!” Teriak Clarissa.
“ Ku bilang tutup mulutmu itu sialan!” Edelyn mendorong badan Clarissa ke loker di belakang kelas dan menarik kembali kerah bajunya.
“ Ah lepaskan…” rintih Clarissa.
“ Jaga ucapanmu dan jangan pernah ganggu anak-anak yang lemah darimu, kau itu yang pecundang dan murahan, dasar wanita licik.”
Clarissa hanya terdiam tidak bisa berkutik badannya terlihat gemetar dan tangannya digenggam seperti menahan emosi.
Lalu Edelyn pun melepaskan kerah baju Clarissa dan duduk kembali ke kursinya. Anak laki-laki terus berteriak dan berseru seperti melihat pertandingan yang sengit.
“ Wah tontonan yang seru, aku all in Edelyn!!”
Edelyn memberikan jari tengahnya kepada anak laki-laki itu, mereka pun terdiam karena takut akan dipukul Edelyn. Clarissa pergi meninggalkan kelas bersama teman-temannya, dia tampak menangis dan menutupi wajahnya dengan tangannya.
Aku harus berterima kasih kepada Edelyn, karena pertolongannya itu, mungkin aku sudah dihabisi oleh Clarissa dan teman-temannya. Aku harus berbicara dengannya sepulang sekolah, aku yakin Edelyn anak yang baik.
Waktu pulang sekolah pun tiba, aku mengikuti Edelyn dari belakang. Aku sangat gugup, aku tidak berani memulai percakapan duluan.
Sembari aku mengikuti Edelyn dari belakang, ia lalu berbalik badan dan mengatakan,
“ Ada apa? ada yang ingin kau katakan padaku?”
Aku kaget dan terhenti, “ Ah, hi.”
“ Cepat katakan, bicara yang jelas aku sibuk.”
“ Ah maaf, terima kasih karena kau tadi sudah menolongku.” Aku mengatakannya sambil menundukkan kepalaku dan mengatakannya begitu cepat.
“ Siapa yang menolongmu? aku hanya menyelamatkan diriku sendiri karena kalian terlalu berisik dan itu sangat menggangguku.”
“ Ah jadi begitu, maaf, tapi tetap saja terima kasih Edelyn, aku tau kamu orang yang baik.”
“ Apasih, sudahlah aku pergi.”
“ Tunggu, apa kau percaya pada rumor itu?”
“ Tidak.”
“ Apa kita bisa berteman?”
“ Tidak.”
Dia tegas sekali, sepertinya sulit untuk berteman dengannya.
“ Ah begitu, tapi aku tulus ingin berteman denganmu!”
“ Hei, kau ingin berteman denganku? kita hanya baru berbicara sekarang dan semudah itu kau memercayai orang? kau tidak takut jika aku memukulmu?”
“ Tidak! karena aku yakin kau orang yang baik, tidak seperti mereka.”
“ Jangan mudah percaya pada orang yang baru kau temui, dunia ini terlalu luas, kau mungkin saja bertemu dengan orang baik di luar sana, aku tidak sebaik yang kau kira.” Dia terus melangkah pergi meninggalkanku.
“ Terima kasih, mari kita bertemu lagi besok!” aku berteriak kepadanya dari belakang.
Dua hari sebelum pergi karyawisata, Jaeden juga belum masuk sekolah, pesanku juga tidak dibaca olehnya, aku lebih mencemaskan Jaeden daripada mencemaskan diriku sendiri. Aku tidak tahu rumahnya dimana, aku juga tidak tahu nomor telepon rumahnya. Apa yang terjadi padamu Jaeden, aku sungguh gelisah.
Trringg trringg trringg..
Bel masuk pun berbunyi, tanda kelas akan segera dimulai.
“ Selamat pagi, anak-anak.”
“ Selamat pagi, Bu guru.”
“ Mari kita memulai pembelajaran kita hari ini….”
Bu guru menjelaskan materi pelajaran untuk hari ini, hari ini pelajaran seni. Kami diharuskan membuat kelompok beranggotakan lima orang. Mereka semua mulai sibuk untuk mencari-cari anggotanya.
Aku masih terdiam duduk di bangku ku.
“ Bagaimana ini? memangnya ada yang mau sekelompok denganku?” tanyaku dalam hati.
Ah aku ingat. Aku mendatangi Edelyn, sepertinya dia belum punya anggota.
“ Hi Edelyn, apa kau mau berkelompok denganku?” tanyaku ragu-ragu.
“ Tidak.” Jawabnya tegas.
“ Ah ayolah, sekali ini saja, aku akan melakukan apapun yang kau suruh, mohon bergabunglah denganku.”
“ Apapun yang aku suruh? memangnya kau babu?”
“ Bukan begitu, hanya dalam kerja kelompok ini saja bukan bermakna babu betulan!”
“ Kau yakin bisa memberikanku nilai A di tugas ini?”
“ Aku yakin, aku berjanji akan memberikanmu nilai A!” Ah sepertinya aku terlalu banyak omong, bagaimana kalau aku tidak bisa, dia bisa saja membenciku nanti, sudahlah jalani saja dulu.
“ Baiklah, kalau begitu aku mau.”
“ Yes! terima kasih Edelyn, oh apa aku boleh panggil namamu dengan Lyn?”
“ Terserahmu saja.”
Akupun tersenyum senang karena akhirnya aku punya teman baru lagi.
“ Permisi, apa kami boleh bergabung dengan kalian?” Katrina dan Chloe menghampiri kami.
“ Ah, i i ya boleh kok, bagaimana denganmu Lyn?”
“ Terserahmu saja.” Dia selalu tegas menjawab.
“ Terima kasih, kami sangat senang bisa bergabung dengan kalian, mohon kerjasamanya ya!”
“ Iya baiklah, a aku juga senang.” Omonganku yang terbata-bata.
“ Ah tapi kita masih butuh satu orang lagi, siapa ya kira-kira? oh bagaimana dengan anak baru itu si Jaeden, tolong tanyakan padanya ya Aluna apakah dia mau bergabung dengan kita atau tidak.” Tanya Chloe padaku.
“ Baiklah, nanti aku tanyakan jika dia sudah masuk sekolah.”
“ Mari kita buat grup kelompok, berikan nomor kalian padaku biar aku tambahkan menjadi anggota.” Ucap Katrina.
Kami memberikan nomor telepon kami kepada Katrina. Dia pun memasukkan kami ke dalam grup. Ini baru pertama kalinya aku masuk ke grup teman. Aku sungguh terharu. Aku belum menambahkan nomor Jaeden, karena aku belum meminta persetujuannya, mungkin nanti saat dia sudah masuk sekolah lagi.
“ Oke kalau gitu, nanti kita bahas di grup saja ya!” seru Chloe pada kami.
Katrina dan Chloe kembali ke tempat duduk mereka. Aku pun juga kembali duduk ke kursi ku, aku melihat Clarissa dan teman-temannya melihat sinis ke arahku. Aku bisa merasakan amarah yang tertahan dari dalam dirinya tapi tidak bisa dia salurkan. Aku hanya akan mengabaikannya saja, dia hanyalah satu dari sekian banyaknya tong kosong di muka bumi ini. Ah aku rindu Jaeden, bangku disebelahku sudah dua hari tidak di duduki oleh pemiliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Babyzee
Clarissa ngarep bgttt dapetin jaeden🤬
2025-02-09
1
rosesarered
ngatain aluna godain jaeden? knp mbyaa ga laku yaa?🤭
2025-02-28
0
Metana
akh Clarissa menang bacot doang/Pooh-pooh/
2025-02-26
0