Setelah kejadian itu suasana di mansion sedikit berbeda. Leah dibawa bibi Maria ke rumah mereka, di sana Leah diobati oleh dokter pribadi Johan. Tubuh Leah bereaksi negatif saat menerima teh daun jati Belanda itu namun setelah ditangani dengan cepat semuanya teratasi dengan baik.
Sementara di mansion.
"Hilangkan peraturan itu! selama ini aku menyetujuinya karena dikira tak akan se ektrim itu." Ujar Johan, ia amat merasa bersalah pada mendiang Verharg.
"Tapi sayang, tinggal sedikit lagi target Leah tercapai. Tidak mungkin mencabut peraturan dengan sia-sia." Belly ingin menunjukkan ke semua orang nanti bahwa menantunya benar-benar sempurna sesuai dengan kriteria bangsawan yang sesungguhnya.
Johan menatap lekat istrinya. "Bagaimana jika Leah meninggal, apa kau akan tanggung jawab untuk itu? jangan konyol tubuhnya juga sudah bagus!."
Belly tak bisa mencari alasan lagi, ia benar-benar murka sekaligus kesal. Johan sangat menyayangi Leah layaknya anak sendiri, ini tidak mudah.
"Mama hanya ingin yang terbaik demi status sosial kita juga Austin, jadi semuanya harus dipersiapkan." Belly berusaha membujuk Johan.
"Leah bukan alat, apa kau benar-benar menyayanginya?."
Mendengar itu Belly tertampar, seketika ia mengangguk daripada ketahuan. "Tentu! tentu aku sangat menyayangi Leah."
"Ya sudah, tidak ada bantahan!. Untuk sekarang kita fokus saja pada pesta pertunangan mereka."
Belly menghela nafas berat, mau tak mau ia harus mengalah. "Baiklah."
"Dan kau Alister.." Ucap Johan pada putra keduanya yang ada di sana. "Minta maaflah pada ibumu karena sudah bertindak tak sopan."
Sorot mata Ali tertuju pada Belly, wanita itu mengembangkan senyum manisnya.
Tangan Alister gatal ingin merobek muka tebal Belly. Bagaimana bisa ibu tirinya masih bisa tersenyum seperti itu seolah apa yang dilakukannya selama ini bukan masalah besar.
"Ali?."
Pria itu berdiri dan ingin segera mengakhiri ini. "Maaf, sudah tak sopan."
"Memang tak sopan!." Kecam Belly dalam hati, ia masih tak terima saat Ali menyiram wajahnya dengan wajah dingin itu.
Namun tidak mungkin Belly menunjukkan kemarahannya, ia tersenyum lembut sambil mengangguk. "Tak apa, kau saat itu pasti emosi karena salah paham putraku."
Ali tak menjawab apa-apa lagi ia melirik pada ayahnya. "Semuanya sudah selesai, aku harus segera pergi."
"Baiklah."
Alister melangkahkan kakinya dan berlalu pergi dari sana.
Sejak saat itu Leah berhenti diet ketat karena dokter juga melarangnya, namun korset bangsawan masih harus dikenakan hingga acara pertunangan nanti.
Setidaknya sekarang bisa bernafas lega dan tidak tersiksa lagi karena menahan lapar.
Setelah tenaga kembali pulih, Leah kembali melakukan rutinitasnya yang sudah lama ditinggalkan. Setiap sore Leah akan jogging untuk menjaga metabolisme tubuhnya.
Seperti sore hari ini, ia meluangkan waktunya untuk itu. Setelah lari cukup jauh dan dirasa hari mulai gelap, Leah berjalan kaki untuk kembali pulang ke rumah.
"Ah aku menyukai ini." Ada rasa damai saat melihat sunset dan pepohonan yang rindang.
Leah jalan santai menyusuri jalanan, namun tak bisa lama-lama ia menikmatinya karena ternyata kakinya lecet akan sepatu yang digunakan. Sedangkan rumah masih jauh. "Haish, harusnya tadi tak memakai sepatu yang ini."
Dengan terpaksa sepatu itu dilepasnya, Leah berjalan tanpa alas kaki. Cukup sakit juga berjalan kaki mulusnya tergores batu aspal.
Klotak! Klotak! Klotak!.
Leah menoleh ke belakang saat mendengar suara orang berkuda, di sana terlihat Chris dan Han lewat.
"Leah!."
"Hai."
"Apa mau ikut naik?." Ucap Chris.
"Tak usah, lanjutkan saja aku ingin jalan kaki."
"Tapi kakimu akan semakin sakit."
"Jangan khawatir aku baik-baik saja."
Han menatap Chris seolah memberi kode melalui matanya. Chris yang peka langsung paham.
"Ya sudah kami duluan."
"Iya." Leah mengangguk sambil tersenyum.
Chris dan Han pun berlalu. Leah melanjutkan langkahnya.
Tak lama setelah itu terdengar suara kaki kuda yang cukup pelan, Leah menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
Pria yang akhir-akhir ini membuat otak Leah pusing karena sikapnya yang tak bisa ditebak, kini telah berada di belakang Leah.
Mata keduanya bertemu.
"Alister?." Batin wanita itu. Ya tak salah lagi sepertinya mereka habis berkuda mengelilingi hutan daerah mansion Royce.
Mengingat bahwa jika berurusan dengan Ali selalu menimbulkan masalah, Leah memilih balik badan dan melanjutkan langkah.
"Naiklah, kakimu akan sakit." Ali menyusul pelan di belakang.
"Tidak mau, pergilah duluan."
Ali diam sambil menatap punggung dan kaki mulus Leah. "Aku tak suka mengulang perintah, jika tak naik akan ku paksa."
Mendengar itu Leah mempercepat langkah. "Apa direktur budek? pergilah duluan."
Daerah hutan ini masih milik keluarga Royce, Leah tak mau jika ada seseorang melihat interaksi mereka lagi. Takut ada pertengkaran terulang antara Austin dengan Ali.
Suara kaki kuda itu sudah tak terdengar, Leah merasa lega dan menoleh ke belakang untuk memeriksa.
Namun wanita cantik itu seketika terhenyak saat tubuh kekar Alister berdiri tepat di belakangnya. "K-kenapa?."
"Kyaa!.." Leah tak bisa lari tubuhnya diangkat Alister untuk naik kuda bersamanya. "Tidak, ini terlalu!.."
"Pegangan!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ayesha Almira
JD g BS nolak kalo dh gni...
2025-02-15
0
yuning
Leah 😁.... tidak ada bantahan 😁
2025-02-14
0