Episode 6

"Sudah sampai." Lirih Austin yang mengantar Leah hingga teras rumah.

Wanita itu mengangguk lalu memutar badan menghadap Austin.

"Sudah lama aku tak datang ke rumah ini dan kau juga sibuk di luar Leah. Apa restoranmu baik-baik saja?." Tanyanya.

"Iya, sejauh ini aku sudah bisa mengelolanya dengan baik. Aku menyukai pekerjaan ini."

Pria itu tersenyum. "Leah.."

"Ya?."

"Mari kita banyak menghabiskan waktu, sebulan lagi acara pertunangan kita dimulai. Aku ingin lebih dekat denganmu tanpa celah sedikitpun, selama ini kau menolak tinggal di mansion. Jadi ayo biasakan diri dan sesekali menginap lah di kediaman ku." Ujar Austin.

Leah tak langsung menjawab, ia dan Austin sudah saling kenal sejak 10 tahun yang lalu dan menghabiskan masa remaja bersama. Keduanya akrab hingga tak bisa dipungkiri rasa sayang tumbuh pada hati Leah, tapi masih dalam tahap saling menyayangi dan peduli tidak lebih.

Ketika tahu di masa depan akan disatukan, Leah dituntut untuk menyerahkan segala hal yang ada pada dirinya termasuk hati wanita itu. Namun entah kenapa Leah belum bisa meyakini perasaannya.

"Sepertinya kalau pindah tidak bisa sekarang, aku ingin banyak menghabiskan waktu dengan bibi sebelum nanti benar-benar memfokuskan diri untuk dirimu." Balas Leah dengan senyuman, berharap Austin tak tersinggung akan penolakannya. "Jarak kita juga dekat, kau bisa datang sesukamu ke sini."

"Ya, kau selalu seperti ini Leah."

Wanita cantik itu terkekeh menutupi rasa bersalah nya.

"Apa kau tidak nyaman dengan Lady Belly?."

Leah diam sejenak. "Tidak juga."

"Jika iya, mama dan papa kediamannya terpisah jadi tidak mungkin sering bertemu kecuali saat berkunjung." Timpal Austin.

"Aku tahu tapi itu bukan alasanku, hanya saja aku lebih suka kehidupan normal dan seadanya." Terus terang Leah.

"Padahal kau seorang lady dari keluarga bangsawan ternama Leah."

Leah mengangkat bahunya. Inilah dirinya.

"Lakukan apapun sesukamu setelah bertunangan denganku nanti semuanya akan berubah." Ujar Austin tak mau dibantah. "Sekarang masuklah dan istirahat."

"Baiklah."

Sebelum berpisah Austin memeluk tubuh wanita itu, tatapan matanya tertuju pada bibir ranum Leah. Leah yang sadar Austin semakin mendekat, seketika ia menjauh.

Austin menggaruk kepala tak gatal. "Sampai nanti." Ia melangkahkan kakinya.

Grep!..

"Tunggu Austin." Leah menahan tangan pria itu.

Chris dan Han yang masih memantau terkejut. Karena kediaman pribadi Alister tak jauh sehingga cukup jelaslah interaksi mereka. "Wah Leah menahannya, apa yang akan mereka lakukan? cukup lama ya bicara nya?."

"Sepertinya penting, mereka terlihat sangat dekat Austin memeluk Leah penuh kasih sayang." Timpal Han.

"Austin seperti menahan diri juga."

"Kurasa kau benar."

"Sampai mereka berhubungan badan pun apa kalian masih akan tetap mengintipnya?." Dingin Alister. Ia tak suka mendengar kalimat yang dilontarkan sekretaris dan bodyguard pribadinya, terasa geli dan menjijikan.

Chris dan Han tersadar. Mereka berdua ini memang sangat tegas dan menyeramkan di hadapan orang-orang, tapi diluar pekerjaan akan bersikap santai seperti para pria pada umumnya. Yang ditakuti dan disegani nya hanyalah Alister.

"Mana mungkin." Bantah Han.

"Tidak dilihat juga kelihatan tuan, balkon kita berhadap-hadapan dengan rumah itu." Balas Chris.

Ali tak menjawab. Matanya melirik ke arah rumah Leah. "Mengganggu pemandangan ku saja!."

Chris dan Han menggaruk kepala tak gatal bingung harus menjawab apa.

Sementara itu...

"Ku mohon Austin, kasihan ketua Jay. Kau juga tahu ini kesalahan sekretarisnya, ketua Jay juga sudah bertanggung jawab. Masa dia tidak bersalah tapi dijebloskan ke dalam penjara? terimalah kompensasinya." Ucap Leah memohon.

"Ali tak menerima kompensasi?." Austin mengerutkan kening.

"Benar, dia menginginkan hal lain. Tapi aku tidak tahu apa. Ketua Jay hanya memiliki saham dan uang, tidak ada hal berharga lain selain itu."

Austin menghela nafas berat. Memang benar saat ia keluar kota Austin menyerahkan pekerjaan ini kepada adiknya untuk mewakili. Tapi Ali tak memberitahukannya bahwa menolak kompensasi. "Aku akan bicara dengannya."

"Terimakasih." Leah Lega.

"Iya."

Ternyata sikap dan sifat Alister dengan Austin sangat berbeda jauh hampir 97%, 3% kesamaannya nya hanya karena mereka se-ayah saja.

Alister pria dingin yang misterius, tindakannya juga kejam semua harus berjalan sesuai keinginan dia. Sedangkan Austin orangnya terbuka penuh empati, dan dia selalu berusaha mempertimbangkan perasaan orang lain. (Penilaian di mata Leah).

"Dia pria jahat sangat cocok jika kena omel Austin! rasakan itu Ali." Puas bagi Leah membayangkannya, itung-itung balas dendam karena membuat ketua Jay menangis.

Leah yakin setelah Austin bicara pada Ali maka ketua Jay akan bebas, kompensasi di terima dan misi Leah selesai tanpa beban. Ia pun resmi keluar dari perusahaan Relax.

Dirasa masalah sudah teratasi, namun keesokan paginya Leah terdiam membeku saat mendapat pesan untuk menemui Alister seorang diri di kediaman pribadinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***