#4 Bertemu

Bagas berusaha mengatur nafasnya yang sedikit terengah karena harus berucap dengan nada tinggi disertai emosi untuk membuat Diva yang keras kepala mau mendengar ucapannya.

Hening sesaat, Bagas membuang pandangan kearah lain ketika Diva justru menatapnya dengan penuh tanda tanya. Terlihat dari keningnya yang berkerut kalau Diva sedang memikirkan ucapan Bagas yang baru saja terlontar dari mulutnya. Entah lelaki itu sadar atau tidak, tapi kalimat itu membuat tanda tanya besar bagi Diva.

Bagas enggan menatap balik perempuan itu, dia baru sadar tak seharusnya mengatakan yang tak boleh diucapkan. Kini dia sedang kebingungan menyusun kalimat untuk mengalihkan pembicaraan. Namun sial otaknya tak bisa diajak kerja sama dengan baik.

“Kenapa?” pertanyaan dengan nada lirih dari mulut Diva mampu membuyarkan lamunan Bagas. Pandangannya belum teralihkan ke yang lain dan masih tertuju kepada lelaki itu. Seakan sedang menunggu penjelasan darinya, tapi lelaki itu masih diam seribu bahasa.

“Apa maksudmu kau tak memiliki waktu banyak?” tambahnya, Diva semakin tak sabar menunggu penjelasan darinya.

Raut wajahnya mulai menampakkan kebingungan, seharusnya Bagas tak menyinggung perkataan yang sangat sensitif itu.

“Lupakan!” dia menutup pintunya dan menarik tangan Diva membawa perempuan itu kembali duduk sofa, selagi perempuan itu melamun karena terlalu fokus dengannya Bagas ingin menggunakan kesempatan itu untuk membuat Diva lupa bahwa dia sempat berpikir akan pergi meninggalkan tempat itu.

Menuruti perintah Bagas, Diva duduk di sofa dengan patuh. Pandangannya masih tertuju kepada Bagas yang selalu menghindar dari tatapan matanya. Lelaki itu terlihat gelisah, bukannya menjawab dia malah menekuk kedua kakinya tunduk di hadapan Diva.

“Berjanji padaku kau tidak akan pernah berpikir untuk pergi!” ucapnya sembari meraih kedua tangan Diva lalu menggenggamnya erat.

Diva terdiam sejenak, mengingat perbuatan Bagas yang baru saja terjadi membuatnya ingin menghilang dari dunia saat itu juga. Tanpa terasa buliran air itu mengalir dari matanya lagi, segera Diva mengusapnya karena tak ingin Bagas yang telah mengarahkan tangannya ke pipi mengusap air itu untuknya.

Tangan Bagas terpaku diudara, dia tahu Diva telah menolaknya. Bagas sadar melakukan kesalahan besar yang membuat Diva kecewa dengannya, tapi dari awal dia memang sudah memiliki niat untuk memiliki Diva meskipun dengan cara yang kotor, selain itu mengingat bahwa Ius tak ingin melepaskan Diva sekalipun dia bertunangan dengan Dina membuat keyakinan bagas semakin besar untuk membuat Diva menjadi miliknya. Bagas mengusap pipinya dengan lembut dan penuh perhatian, kemudian mendaratkan kecupan di keningnya. “Tetaplah di sini, sampai aku menyelesaikan pekerjaanku... setelah itu kita akan pulang bersama.” Bagas beranjak berdiri melangkah menuju kursinya. Mulai menyibukkan diri dengan berbagai laporan yang sudah menunggu untuk di tandatangani.

Ruangan itu menjadi sangat sepi, setelah beberapa waktu yang lalu di penuhi dengan rintihan dan suara ******* Diva yang menggema di setiap sudut ruangan. Sesekali tampak Bagas yang tengah sibuk dengan berkas-berkasnya di atas meja melirik ke Diva. Perempuan itu terus saja diam menunduk, murung.

Bagas sudah berencana membawa Diva tinggal bersama dirinya. Dia menyiapkan rumah yang sengaja dia beli untuk ditinggali bersama. Setelah perbuatan bejat yang dia lakukan kepada perempuan itu, dalam waktu dekat ini Bagas berencana akan menikahinya, dengan atau tanpa persetujuan dari Diva.

***

Sampai Bagas menyelesaikan pekerjaannya, pun Diva masih saja bungkam. Bagas mengendarai mobilnya menuju ke rumah baru. Rencananya dia ingin mengajak Diva untuk melihat, apakah ada sesuatu yang kurang atau tidak sesuai dengan seleranya.

Bagas celingukan mencari rokok miliknya, saat sadar kalau ternyata rokonya habis dia mulai menepikan mobilnya berhenti tepat di depan sebuah toko. Sebelum turun dari mobil dia sempat memastikan Diva, perempuan itu masih tetap sama tak berubah diam dan melamun. “Aku turun sebentar, jangan pernah berpikir untuk melarikan diri!” hardiknya seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Diva. Bagas turun dari mobil berjalan masuk ke dalam toko membeli rokok. Dia sangat sadar bahwa sudah dilarang merokok, namun sehari tanpa rokok hidupnya terasa ada yang kurang.

Saat keluar dari toko dia sempat memaku langkahnya di depan pintu, menyalakan 1 rokok lalu melangkah lagi kembali ke mobil. Tiba-tiba dirinya dibuat terkejut dengan mobil yang sudah kosong, Diva tak lagi ada di dalam sana. Bagas membuang rokonya yang masih utuh dengan kesal, segera dia berlari mencari keberadaan Diva ke sekitar. “Sial!!” Bagas mencoba membuang pandangannya jauh mencoba menangkap sosok Diva di sekeliling, memindai setiap kerumunan orang berharap akan ada sosok perempuan yang sedang di cari olehnya. Satu ruas jalan telah dia sisiri tapi Bagas tak menemukan Diva di sana. ”Ke mana perempuan itu pergi!” gumamnya sambil berolak pinggang. Masih ada satu sisi ruas jalan lagi, bermaksud untuk mencari Diva namun tubuhnya seketika terpaku, diam di tempat. Rasa takut kehilangan disertai amarah yang menggebu memancing detak jantungnya berdebar kencang tak beraturan. Seketika timbul rasa nyeri yang membuat wajahnya menjadi pucat hingga bibirnya mulai membiru.

Tak kuat berjalan kembali ke mobil, Bagas memilih membungkuk dan menggunakan kedua lutut yang bertumpu di jalan menahan tubuhnya saat lelaki itu merasakan nyeri hebat tepat di bagian dadanya. Menahan rasa sakit yang tak terkira membuat urat halus di keningnya sampai menyembul disertai keringat dingin. Beberapa kali Bagas mencoba mengatur nafasnya agar detak jantungnya kembali normal tapi tentu saja itu membutuhkan waktu cukup lama. Ada mungkin sekitar 30 menit dia membungkuk di atas jalan.

Orang-orang di sekitar sampai melihat kearah Bagas tapi tidak ada satu pun yang berani mendekat, mereka hanya sekilas melihat lalu memilih pergi begitu saja.

Di sisi lain Diva yang berhasil kabur ternyata sudah berada di dalam mobil, dia sengaja memilih tempat duduk jauh dari jendela sehingga Bagas tidak akan melihat dirinya. Dengan begitu juga Diva tidak akan melihat Bagas yang tengah sekarat menahan kesakitannya.

***

Setelah beberapa saat, detak jantungnya kembali normal Bagas mulai mengatur nafasnya. Perlahan, satu tarikan dua tarikan dan seterusnya sampai rasa nyeri itu berangsur-angsur menghilang. Saat merasa sudah baikkan cepat-cepat Bagas beranjak berdiri masuk ke dalam mobil.

Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah Diva, sangat yakin kalau perempuan itu ada di sana karena tidak ada lagi tempat tujuan bagi Diva selain rumah itu. Hari sudah menggelap, matahari mulai bersembunyi meninggalkan bekas gelap. Bagas telah sampai di halaman rumah Diva.

Sebentar sebelum turun dari mobil Bagas mengontrol emosinya agar dadanya tak terserang panik yang akan menimbulkan rasa sakit. Beberapa kali dia menghela nafas panjang bersiap diri menemui Diva, jika perempuan itu ada di rumahnya.

Setelah merasa lebih baik dia mulai membuka pintu dan melangkah turun dari mobil. “Tok tok tok!!” Bagas mengetuk pintu rumah Diva, tak henti-hentinya dia terus mengetuk sembari memanggil namanya. “Diva!!” serunya. Semula dia sangat yakin kalau perempuan itu akan ada di rumahnya tapi waktu dia sadar kalau semua lampu rumah itu padam, Bagas terdiam berhenti mengetuk pintu dan memanggil namanya. “Di mana dia?”

Kesal rasanya ingin mengamuk meluapkan segalanya agar setidaknya sedikit saja, rasa kesal itu menghilang. Tetapi Bagas tidak bisa melakukannya, saat sedikit saja dia emosi marah-marah hingga memicu detak jantungnya memburu dan tak terkendali maka saat itu dia sedang dihadapkan dengan sebuah kematian. Kini dia tengah berdiri di samping mobil, satu tangannya telah meraih gagang pintu terdiam sesaat sebelum akhirnya masuk ke dalam dan pergi meninggalkan tempat itu. Bagas mengambil ponsel lalu mencoba menghubungi Diva, perempuan itu tak mengangkat panggilannya.

Dari arah dalam terlihat salah satu gorden bergerak sedikit terbuka, sembari menahan tangisnya yang terisak dia mengawasi lelaki itu dari balik jendela. “Tidak! Cukup aku terlalu kecewa denganmu Bagas, harta telah mengubahmu menjadi lelaki brengsek! Aku tidak bisa lagi berada di sisimu!” pekiknya dalam hati. Di tangannya terdapat ponsel yang layarnya mulai menyala, tapi Diva sengaja enggan melihat karena dia tahu kalau saat itulah Bagas yang sedang menghubunginya.

***

Diva tak mau larut dalam kesedihan, meskipun hatinya telah hancur dia tak ingin terus terpuruk dalam kesedihan. Cukup menjauh dari Bagas dan menjalani kehidupan baru menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas berharap akan membantunya melupakan semua kejadian pahit yang telah dia alami.

Diva pergi ke sebuah perusahaan untuk melamar kerja, berbekal keyakinan dan keteguhan hati dia meyakinkan diri pasti sanggup dan mampu melewati semuanya.

“Maaf Nona, tapi baru saja kami menerima orang untuk mengiri kekosongan di perusahaan ini. Andai saja kau datang lebih cepat mungkin kau akan mendapatkan pekerjaan itu.” Ucap salah satu resepsionis di tempat Diva melamar pekerjaan.

“Um, terima kasih aku bisa mencari di tempat lain kalau begitu” sebenarnya sangat kecewa tapi mau bagaimana lagi, Diva mengambil berkas miliknya yang ada di atas meja resepsionis kemudian melangkah pergi.

“Diva?”

Suara itu tak asing di telinganya, sangat familiar. Langkahnya terpaku saat suara itu terdengar di telinganya. Perlahan Diva mengangkat wajahnya menoleh ke sumber suara itu berasal. Raut wajahnya terkejut saat mendapati sosok wajah Ius berdiri di salah satu sisi lobi. Diva yakin perusahaan itu bukanlah milik Ius, sebelumnya Diva sengaja melamar pekerjaan di mana tempat itu tak ada sangkut pautnya dengan Cosmo Batu Bara dan Kartika. Sehingga jika nanti dia di terima bekerja di tempat itu maka Diva tak harus berurusan dengan mereka. Keberadaan Ius di sana membuat Diva berpikir kalau lelaki itu pasti hanya menghadiri rapat atau pertemuan lainnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!