3. Mendaki Gunung

Malam datang, menyelimuti desa dengan selimut keheningan. Suara jangkrik mendominasi udara, sesekali diselingi oleh nyanyian burung hantu dari kejauhan. Angin berhembus lembut, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan wangi daun kering. Cahaya bulan yang redup menembus celah-celah ranting, menciptakan bayangan yang bergerak pelan di atas jalan setapak yang sunyi

Vanya teringat kejadian siang tadi sambil melihat langit dari jendela kamarnya. Tidak berselang lama, dia menghela nafas lelah.

Ibu dan ayahnya masih belum bisa diandalkan. Mereka pura-pura pingsan saat harus bekerja lagi di sore hari, sehingga Vanya dan kakaknya terpaksa mengantar mereka kembali ke rumah.

Awalnya, Vanya sangat ketakutan saat kakaknya siap menggendong ayah mereka yang pingsan kembali. Namun, sebelum dia bisa membuat keributan. Tangannya yang menggenggam tangan ayahnya digaruk oleh jari telunjuk sang ayah, yang membuat Vanya langsung menyadari bahwa mereka hanya pura-pura. Akhirnya, mereka sekeluarga kembali ke rumah saat belum ada penduduk yang kembali dari ladang.

Hal itu tidak berhenti disana. Setelah sampai rumah, ayahnya mengeluh dan menyatakan bahwa dia tidak ingin melakukan itu lagi. Ibunya yang lembut juga tidak berbeda. Vanya hanya bisa berada di samping mereka dan mendengarkan.

Yah, mau bagaimana lagi. Ayahnya lebih ahli dalam membuat kerajinan dari kayu dan logam, sementara ibunya pandai menjahit dan mengenal banyak huruf.

Vanya menemukan hal itu akhir-akhir ini dalam pekerjaan sehari-hari ayah dan ibunya. Ibunya sering menjahit dan membuat baju sendiri, dia bahkan membuat sulaman indah seperti bordir masa depan. Di sisi lain, Ayahnya akan memperbaiki perabotan yang rusak atau membuat beberapa kerajinan lain.

Vanya tidak lagi memaksa mereka. Dia tahu orang tuanya tidak bisa dipaksakan untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan. Dan sebagai anak, bahkan jika dia ingin memperbaiki kebiasaan buruk kedua orangtuanya, dia tidak ingin melakukannya dengan paksa.

Seperti kata pepatah, tidak akan ada hal baik yang datang dari paksaan.

Namun, masih ada satu hal yang membuat Vanya bingung.

Kakaknya, Arka.

Orang yang kelak akan menjadi penjahat besar di akhir novel, benar-benar sulit dipahami. Arka jelas seorang pemalas di mana pun dia berada. Tidur tanpa tau tempat dan tidak melakukan apapun.

Vanya tidak bisa membayangkan bagaimana Arka bisa berubah menjadi seorang penjahat besar.

Tidak, ada hal yang lebih mendesak. Vanya tahu bahwa hal yang lebih penting saat ini adalah mengetahui apa yang terjadi di gunung. Mungkin saja dia bisa membantu desa mencegah bencana yang sedang mengancam.

Ketika bencana itu berhasil dicegah, pendekar dari kerajaan tidak akan datang, keluarga mereka tidak akan dikucilkan dan berakhir hancur, menjadi mimpi buruk pertama Arka.

Tapi bagaimana jika bencana itu memang karena alam. Bisakah dia mencegahnya.

Pikiran itu mengusik benak Vanya, membuatnya tidak bisa tenang.

"Aduh, lebih baik melihatnya. Jika memang bencana alam, aku akan mencoba memberitahu warga." Gumam Vanya sebelum pergi ke kamar mandi.

Orang di jaman ini belum terlalu memperhatikan kebersihan, namun bagi Whiradarma dan keluarganya, mereka selalu menjaga kebersihan. Meskipun sekedar mencuci alat makan, membersihkan rumah dan pakaian setiap hari.

Bhanu juga melakukan hal itu, lalu Nirmala, istri Bhanu menyarankan mereka untuk mulai mandi setelah masuk ke rumah ini, meskipun tidak sering (beberapa hari sekali). Namun sejak Vanya pindah ke tubuh itu. Mereka harus mandi sekali sehari, menjaga kebersihan dan mencuci tangan sebelum makan.

Setelah mandi, Vanya makan bersama orang tua dan kakaknya. Lalu masuk ke kamarnya. Jika dia ingin pergi ke gunung, dia harus menunggu sampai larut malam.

Jika dia meminta ijin, Vanya yakin tidak akan mendapatkan ijin untuk naik ke gunung. Apalagi malam-malam begini.

Vanya membuka matanya, melihat ke langit malam. Kadang menulis di tanah, kadang melakukan gerakan senam ringan untuk menghilangkan kantuk.

Sungguh betapa sulitnya bagi gadis 8 tahun untuk tetap terjaga tanpa adanya gadget seperti di masa depan. Di masa depan, dia bisa bermain game, menonton drama, memesan makanan yang akan diantarkan oleh drone, dan banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah. Semua itu membuat hidup terasa mudah dan menyenangkan. Namun, di sini, tanpa semua kemudahan itu, segala sesuatu terasa jauh lebih sulit.

Sangat membosankan!

Akhirnya, setelah bertahan sepanjang malam untuk tetap terjaga, Vanya memutuskan untuk menyelinap pergi menuju gunung. Dengan langkah hati-hati, dia menapaki jalan setapak yang gelap, berusaha menghindari suara yang bisa membangunkan orang di rumah. Namun, dia tidak tahu bahwa sebuah ekor panjang sedang membuntutinya, diam-diam mengikuti langkahnya dalam kegelapan malam.

—————

Arka sedang duduk di dekat jendela kamarnya saat merasakan gerakan dari kamar Vanya dan mengikutinya.

Arka telah merasakan kegelisahan adiknya akhir-akhir ini. Dia telah menebak beberapa hal, namun dia terus mengawasi adiknya untuk memastikan.

Vanya yang sebelumnya terlihat sebagai pendiam, penurut, malas dan acuh tak acuh, mulai menyemangati orang tuanya dan dirinya sehingga tidak lagi malas.

Arka bahkan terkejut saat Vanya berhasil membujuk kedua orangtuanya untuk bekerja di ladang, sesuatu yang hampir mustahil dilakukan sebelumnya. Tapi tentu saja, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Orang tuanya kembali berkelit, menjadi licik dan menghindari pekerjaan seperti sebelumnya.

Ada hal lain yang lebih mengganggu pikiran Arka. Vanya seharusnya tidak peduli dengan apapun, dia seharusnya tidak memikirkan banyak hal di kepalanya, dan dia hanya selalu mengikuti dibelakang Arka. Namun beberapa hari yang lalu, Vanya memintanya untuk menjadi orang yang lebih baik.

Itu membuat Arka merasa aneh.

Bukankah dirinya selalu hidup dengan baik?

Meskipun dia hidup sesuai keinginannya, dia tidak pernah berbuat jahat.

Lalu kenapa Vanya tiba-tiba menginginkan perubahan itu darinya?

Dia telah lama mengawasi adiknya.

Dan hari ini, dia akhirnya menemukan alasan adiknya berubah. Dan itu sesuai tebakannya.

Didalam tubuh adiknya, terdapat dua jiwa yang tinggal. Meskipun sebentar, Arka bisa merasakannya, kedua jiwa itu hampir membuat tubuh Vanya celaka pagi tadi.

Keadaan dua jiwa itu juga anehnya normal dan tidak normal. Arka merasa dia harus menemukan cara untuk mengobati adiknya.

Namun sebelum masalah jiwa itu tuntas, Arka tidak menyangka melihat Vanya tertarik pada gosip desa. Awalnya dia tidak terlalu mempedulikannya, tapi lama kelamaan, rasa penasaran Vanya semakin jelas terlihat.

Tanpa diduga, Vanya bahkan berani pergi ke gunung sendirian!

Karena itu, Arka mengikuti Vanya diam-diam. Ingin melihat apa yang akan dia lakukan di gunung.

Dia tidak peduli apapun yang terjadi di gunung. Dia hanya ingin melindungi adiknya, keluarganya.

Saat Arka mengikuti Vanya, dia mulai merasakan aura yang tidak biasa. Empat sosok yang tampaknya memiliki kekuatan luar biasa.

Sangkan Paraning.

Dua kata itu tiba-tiba muncul dibenaknya.

Dia bisa merasakan keberadaan empat orang dengan jelas. Wajah Arka masih tampak malas, namun cahaya tajam melintas dimatanya. Dia mendekati Vanya dan lebih menjaganya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!