#6. Mereka Anakku•

#6

“Bayi dalam kandungan Wanita itu … Mereka anak-anakku.“

“What!?”

“What?!” 

Pekik Daniel dan Dean bersamaan. Kedua pria yang sudah sama-sama dewasa dan memiliki anak itu tak menyangka, jika peristiwa yang pernah menimpa Darren, kini kembali menimpa Danesh. Apakah ini karma? Atau semacam kutukan yang menimpa anak ke-2, entahlah, hanya Tuhan saja yang tahu. 

Tapi persoalan paling penting sekarang adalah, apa, mengapa, dan bagaimana, hingga semua itu bisa terjadi. 

“Kamu benar-benar ingin dihajar, seperti Darren waktu itu, hah?!” pekik Daniel dengan nada tinggi. Pria itu bahkan sudah mengepalkan tinjunya ke udara, namun Dean menghalanginya. 

“Waahh … apa karena Dia adik kembarmu, lalu Kamu ingin membelanya?” tanya Daniel. 

“Tidak, bukan itu maksudku,” Dean berusaha menenangkan Daniel. “Tanya dulu kenapa itu bisa sampai terjadi, Aku pun sama sepertimu, ya terkejut, ya marah. Tapi marah, tak selalu harus menggunakan kekerasan, kan?”

“Tuh, dengerin Kakakku,” cetus Danesh yang merasa diatas angin. 😓

Membuat Daniel semakin kesal saja. “Kalau terbukti Dia bersalah?” 

“Baiklah, baiklah, Kau boleh menghajarnya,” jawab Dean pasrah. 😅

Danesh meringis mendengar kesepakatan kedua kakak sulungnya, saat ini posisi dirinya sudah seperti terdakwah yang siap menerima hukuman. 

Daniel kembali membetulkan posisi duduknya, ia kembali menggulung lengan kemejanya, bahkan dasinya pun ia lepaskan dari leher. Rasanya sungguh gerah, walau bukan dirinya yang menjadi tersangka. 

Padahal sore ini seharusnya ia terbang kembali ke Jakarta, setelah menyelesaikan beberapa pertemuan internal dengan beberapa staf Twenty Five Hotel. Namun mendengar Danesh terlibat sedikit masalah, Daniel pun membatalkan penerbangannya. 

Tak tahunya masalah Danesh justru membuat Daniel teringat kenakalan adik kembarnya sendiri. 

“Katakan penyebab kejadian itu?!” Daniel bertanya dengan wajah serius, sebenarnya tak cocok dengan imagenya yang suka bercanda, tapi apa boleh buat, kali ini ia harus terlihat tegas dan berwibawa. 🤭

“Kalian masih ingat kan, beberapa bulan yang lalu, Tim Kepolisian yang berhasil mengungkap jaringan internasional pengedar obat terlarang?” 

“Hmm, lalu?” tanya Dean, kini wajahnya pun berubah serius, begitu pula dengan Daniel. 

“Ternyata si pembuat obat tersebut adalah atasan Dhera di pasukan khusus. Pria itu ingin menyingkirkan Dhera dari keanggotaan Tim-nya dengan cara memberikan misi khusus yang sangat mungkin membuat nyawanya melayang. Tapi sebagai agen rahasia Dhera terlalu tangguh, untuk dikalahkan, karena itulah Dhera selalu berhasil menyelesaikan misinya dengan baik.” 

“Hal itu membuat Atasannya kesal, hingga ia berencana menjadikan Dhera sebagai kelinci percobaan untuk penemuan obat terbarunya.” 

Daniel dan Dean bergidik ngeri, sekaligus tak bisa membayangkan seperti apa kekejaman orang yang sedang Danesh ceritakan. Bukan tikus atau spesies binatang tertentu yang dijadikan kelinci percobaan, melainkan manusia, sungguh tak berperikemanusiaan. 

“Obat itu bernama jelly liquid. Dan untuk kalian ketahui, menggunakan manusia sebagai kelinci percobaan, sudah biasa bagi orang ini, ia bahkan membuat pengedarnya kecanduan terlebih dahulu sebelum mempekerjakan mereka.” 

Danesh menjeda ceritanya, karena melihat Daniel dan Dean menelan ludah mereka, sepertinya mereka belum bisa membayangkan seperti apa sosok pria yang menjadi atasan Dhera. 

“Jadi, apakah jelly liquid ini juga sejenis obat terlarang?” Tanya Daniel. 

Danesh mengangguk, “Ada plus-plusnya, kalian pasti paham apa maksudku, plus obat Untuk hal itu.” Danesh sedikit rikuh menjelaskannya. 

“Aahh … obat surga ternyata.” 

“Surga apaan aku merasa seperti diperk**yyyya,” ringis Danesh. 

“Hahaha … “ Daniel dan Dean tertawa bersamaan, Daniel menoyor kening Danesh. “Yak!! Kamu pikir Kami percaya?!” 

“Terserah kalau tak percaya.” Danesh menggerutu sembari menyesap minuman di gelasnya. 

“Kami tak percaya, karena Kamu laki-laki, lagi pula Kamu melakukannya dalam keadaan sadar,” cibir Dean. 

“Ya tapi kan Aku terpaksa.” Danesh terus mencoba mempertahankan pendapatnya. 

Daniel tersenyum miring, “Terpaksa tapi doyan juga, kan?” 

“Apa boleh buat, Aku juga pria normal hanya saja belum menikah. Kalian juga kalo disosor dan digodain perempuan pasti tergoda, kan? Apalagi Dia-nya nyerang terus, bahkan aku mengemudi dengan Dhera berada di pangkuanku, dan kami juga ber … ciuman di pemberhentian lampu lalu lintas,” aku Danesh polos, tak disangka hal itu membuat Daniel dan Dean melongo. 

“Hanjj^aiii … “

Mendengar Daniel mengumpat, Danesh kembali meringis, “Berapa kali?”

“Memang penting menanyakan itu?” tanya Dean heran, “sekali atau berapa kali, jika anak itu ditakdirkan ada, pasti akan jadi juga.”

“Aku tahu itu, jika dia terpaksa pasti cukup sekali melakukannya, jika lebih dari dua kali, itu bukan lagi terpaksa namanya.”

“Kamu dalam keadaan sadar, kan? Sekarang katakan berapa kali kamu melakukannya?” Pertanyaan Daniel bak anak panah lepas dari busurnya, sungguh tepat sasaran, dan jawaban Danesh akan menentukan apakah ia benar-benar korban, atau tersangka yang memanfaatkan situasi. 

“Beberapa kali, tapi entah Aku lupa,” jawab Danesh tertunduk. 

“Kan! Sekarang Kamu dengar sendiri jawabannya, jadi sebaiknya Kita apakan dia?” tanya Daniel pada Dean. 

“Tapi ada satu hal yang harus Kalian tahu,” imbuh Danesh. “Dhera menolak ketika Aku bermaksud menikahinya.” 

Daniel dan Dean terdiam, “Beberapa hari setelah kejadian itu, aku mengatakan padanya bahwa hamil atau tidak Aku akan tetap menikahinya, dan Dhera menolak.” 

“Alasannya?”

“Dia bilang sudah minum morning after pil, dan lagi belum tentu juga Dia hamil.” Danesh memainkan isi piringnya yang kini hanya tersisa tulang ayam serta kertas pembungkus snack. “Sampai sekarang Aku masih belum memahami jalan pikirannya. Memang benar zaman sudah modern, tapi Aku bukan pria bren^gsek yang lari dari tanggung jawab.” 

“Dan setelah misi Kami selesai, Dia benar-benar membuktikan kata-katanya, menghilang begitu saja, hanya mengirimkan ucapan selamat tinggal.” Danesh tersenyum miris, “Setelah itu Aku tak bisa lagi menghubunginya, hingga siang tadi Kami bertemu lagi tanpa sengaja.” 

Akhirnya Dean dan Daniel hanya bisa menghela nafas, kasus Darren dan Danesh memang hampir sama. Namun latar belakangnya berbeda, bahkan mungkin cara penyelesaiannya pun akan berbeda. 

“Tolong, jangan bilang apa-apa dulu pada Mommy dan Daddy, atau bahkan siapapun, Aku yang akan menemui mereka dan mengatakan yang sebenarnya. Kemudian mendatangi orang tua Dhera.” 

•••

Hampir pukul 23.00 malam, barulah Danesh kembali ke ruang perawatan Dhera. Dan tepat ketika Danesh membuka pintu, ia melihat Dhera tengah berusaha turun dari bednya. 

“Mau apa? Bukankah Dokter bilang jangan berjalan dulu?” tanya Danesh curiga. 

“Mau ke toilet,” jawab Dhera tanpa bermaksud mendebat. 

“Kenapa tak bilang padaku?” 

“Kan, Kamu gak ada.” 

“Siapa yang menyuruhku pergi?”

Dhera diam, ia kembali melanjutkan aktivitasnya, tak disangka dengan gerakan tiba-tiba Danesh menggendong Dhera. “Kamu yang pegang infus!” titah Danesh. 

Dhera hanya menurut saja, dengan tangan kirinya ia meraih cairan infus yang tergantung di tiang, sementara tangan kanannya melingkar di leher Danesh. 

Setibanya di toilet, Danesh mendudukkan Dhera di kloset, setelah menggantung cairan infus di tiang yang berada di toilet, Danesh tetap berdiri mematung di hadapan Dhera. “Aku mau buang air nih,” protes Dhera. 

“Iya, Aku tahu, Aku akan membantumu.”

“Keluarlah, Aku malu.”

“Aku sudah melihat, dan menikmati semuanya, dari ujung rambut hingga ujung kaki,” bantah Danesh, membuat wajah Dhera merona bukan karena tersipu, tapi karena menahan malu. 

“Tapi Kamu bukan Suamiku.” 

“Bukan salahku, karena Kamu menolak dinikahi.”

“Aku lelah dan mengantuk, sampai kapan kita akan terus berdebat?” tanya Dhera kesal. 

Danesh terdiam, lagi-lagi ia pilih mengalah, agar tak menambah masalah, toh ini bukan hal yang serius. Sepertinya ini bukan cara yang tepat menaklukkan sifat Dhera yang keras kepala. 

Terpopuler

Comments

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

danesh dan daniel emang dari dlu ya🤣🤣

2025-02-03

2

Sh

Sh

tapi.. nyoblos sebelum hari pemilihan umum .salah... nyoblos setelah hari pemilihan umum .itu nasib/Grin//Grin/ ( kena palang merah)

2025-02-03

1

Sh

Sh

vote buat Danesh biar yang sabar menghadapi bumil yang ga mau nikah padahal udah hamil kembar lagi...harga susu dan Pampers mahal lho ..belum lagi ngasuh 2 anak kembar....Keturunan Geraldy ga ada yang anteng

2025-02-03

1

lihat semua
Episodes
1 #1. Aku Hamil•
2 #2. Aksi Penyanderaan•
3 #3. Aksi Penyelamatan•
4 #4. Menetas sendiri•
5 #5. Hamil, Tapi Masih Single•
6 #6. Mereka Anakku•
7 #7. Sindiran•
8 #8. Nasehat Dean•
9 #9. Rival•
10 #10. Ledakan Amarah•
11 #11. Tentang Dhera•
12 #12. Tamu Tak Diundang•
13 #13. Yakin Bisa Mencintaiku?
14 #14. Pengakuan Danesh•
15 #15. Karma•
16 #16. Hendak Kemana Kita•
17 #17. Rumah Dhera, Part 1•
18 #18. Rumah Dhera, Part 2•
19 #19. Rumah Dhera, Part 3•
20 #20. Rumah Dhera. Part 4•
21 #21. SAH. Menjemput Malam Pertama•
22 #22. Di Kamar Yang Sama•
23 #23. Menggoda Istri Baru•
24 #24. Membangun Keluarga Kecil Kita Sendiri•
25 #25. Jadi Kamu Pelakunya?••
26 #26. Cemburu••
27 #27. Rindu Tapi Tak Mau Mengaku••
28 #28. Tertangkap Basah•
29 #29. Daddy Dan Dua Jagoannya••
30 #30. Sama-sama Tak Mau Mengambil Alih•
31 #31. Kamar Pengantin Baru••
32 #32. Paman Eric Sakit••
33 #33. Perjalanan Mengesankan Bersama Mertua••
34 #34. Kamu Dimana, Sayang?••
35 #35. Bukan Halusinasi Atau Imajinasi••
36 #36. Bertahan Karena Harta••
37 #37. Dulu Impianku, Kini Jadi Milikmu••
38 #38. Saringan Tahu Seksi••
39 #39. Rahasia Ibu Mertua••
40 #40. Bu Rita Sakit••
41 #41•
42 #42•
43 #43•
44 #44•
45 #45•
46 #46•
47 #47•
48 #48•
49 #49•
50 #50•
51 #51•
52 #52•
53 #53•
54 #54•
55 #55•
56 #56•
57 #57•
58 #58•
59 #59•
60 #60•
61 #61•
62 #62•
63 #63•
64 #64•
65 #65•
66 #66•
67 #67•
68 #68
69 #69•
70 #70•
71 #71•
72 #72•
73 #73•
74 #74•
75 #75•
76 #76•
77 #77•
78 #78•
79 #79. Boncap 1•
80 #80. Boncap 2•
81 #81. Boncap 3•
82 #82. Boncap 4•
83 #83. Boncap 5•
84 #84. Boncap 6•
85 #85. Boncap 7•
86 #86. Boncap 8•
87 #88. Boncap 9
Episodes

Updated 87 Episodes

1
#1. Aku Hamil•
2
#2. Aksi Penyanderaan•
3
#3. Aksi Penyelamatan•
4
#4. Menetas sendiri•
5
#5. Hamil, Tapi Masih Single•
6
#6. Mereka Anakku•
7
#7. Sindiran•
8
#8. Nasehat Dean•
9
#9. Rival•
10
#10. Ledakan Amarah•
11
#11. Tentang Dhera•
12
#12. Tamu Tak Diundang•
13
#13. Yakin Bisa Mencintaiku?
14
#14. Pengakuan Danesh•
15
#15. Karma•
16
#16. Hendak Kemana Kita•
17
#17. Rumah Dhera, Part 1•
18
#18. Rumah Dhera, Part 2•
19
#19. Rumah Dhera, Part 3•
20
#20. Rumah Dhera. Part 4•
21
#21. SAH. Menjemput Malam Pertama•
22
#22. Di Kamar Yang Sama•
23
#23. Menggoda Istri Baru•
24
#24. Membangun Keluarga Kecil Kita Sendiri•
25
#25. Jadi Kamu Pelakunya?••
26
#26. Cemburu••
27
#27. Rindu Tapi Tak Mau Mengaku••
28
#28. Tertangkap Basah•
29
#29. Daddy Dan Dua Jagoannya••
30
#30. Sama-sama Tak Mau Mengambil Alih•
31
#31. Kamar Pengantin Baru••
32
#32. Paman Eric Sakit••
33
#33. Perjalanan Mengesankan Bersama Mertua••
34
#34. Kamu Dimana, Sayang?••
35
#35. Bukan Halusinasi Atau Imajinasi••
36
#36. Bertahan Karena Harta••
37
#37. Dulu Impianku, Kini Jadi Milikmu••
38
#38. Saringan Tahu Seksi••
39
#39. Rahasia Ibu Mertua••
40
#40. Bu Rita Sakit••
41
#41•
42
#42•
43
#43•
44
#44•
45
#45•
46
#46•
47
#47•
48
#48•
49
#49•
50
#50•
51
#51•
52
#52•
53
#53•
54
#54•
55
#55•
56
#56•
57
#57•
58
#58•
59
#59•
60
#60•
61
#61•
62
#62•
63
#63•
64
#64•
65
#65•
66
#66•
67
#67•
68
#68
69
#69•
70
#70•
71
#71•
72
#72•
73
#73•
74
#74•
75
#75•
76
#76•
77
#77•
78
#78•
79
#79. Boncap 1•
80
#80. Boncap 2•
81
#81. Boncap 3•
82
#82. Boncap 4•
83
#83. Boncap 5•
84
#84. Boncap 6•
85
#85. Boncap 7•
86
#86. Boncap 8•
87
#88. Boncap 9

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!