15. Ujian Lagi

Renata yang sudah ingin kabur teringat dengan barang bawaannya. Ia lantas kembali ke mobil itu. Renata menarik keluar kedua penjahat itu karena ia ingin menggunakan mobil ke hotel tujuannya menginap.

"Maaf. Aku pinjam mobilnya....!" ucap Renata menyalakan mesin mobil lalu meninggalkan tempat sepi itu secepatnya.

Renata mencari tempat yang aman untuk menyalin bajunya dengan busana syar'i. Ia tidak mau orang mengenali wajahnya. Mobil kembali meluncur ke arah hotel. Namun sekitar dua kilometer dari hotel tujuannya, Renata terpaksa turun. Ia tidak mau membawa mobil penjahat itu karena akan ketahuan oleh sang penjahat.

Walaupun dalam keadaan payah saat ini, Renata berusaha jalan kaki sambil membawa dua koper miliknya menuju hotel.

"Selamat malam....!" sapa resepsionis lembut.

Renata memberikan paspor dan juga ponselnya untuk memperlihatkan tiket booking hotel pada resepsionis itu yang langsung memberikannya key card kamarnya.

"Terimakasih...!" Renata mengikuti petugas hotel yang mengantarkan barang bawaannya.

Tiba di kamarnya Renata menghempaskan tubuhnya. Ia merasa sedang melewati mimpi buruk. "Ya Allah. Aps sebenarnya yang terjadi padaku? Dosa apa yang kulakukan hingga aku harus menerima ujian seberat ini, ya Allah?" lirih Renata lalu menangis seorang diri di kamarnya.

Karena tubuhnya yang terasa sangat lelah membuat dirinya tertidur pulas. Ia mengabaikan rasa lapar yang mengigit perutnya malam itu. Renata tersenyum saat ia melihat Bryan dalam mimpinya.

"Bryan. Tolong aku...!" panggil Renata yang melihat Bryan mengabaikan dirinya.

Sementara itu di markas seorang mafia yang bernama Glen marah besar pada kedua anak buahnya yang tidak berhasil menangkap Renata.

"Tahukah kalian kalau gadis itu sangat penting bagiku? Hanya dia satu-satunya yang akan membuat aku terkenal di dunia karena....-" ucapan tuan Glen menggantung di udara karena ia tidak mau anak buahnya mengetahui rahasia Renata yang memiliki hasil ciptaannya yang spektakuler.

Walaupun sebenarnya ciptaan itu awal mulanya dibuat oleh ayahnya Renata namun tuan Iskandar dinyatakan sakit dan tidak bisa meneruskan proyek fantastis nya itu.

"Maafkan kami tuan...! Kami mengira gadis itu lemah. Ternyata dia lebih kuat dari gladiator Romawi," ucap salah satu penjahat yang awalnya berniat ingin melecehkan Renata terlebih dahulu sebelum diserahkan pada tuannya.

"Apa katamu, maaf..? Apakah kata itu mampu mengembalikan dia padaku, hah...! Dorrr....!" satu tembakan timah panas tepat mengenai dahi sang anak buah.

"Tuan Glen tidak pernah tolerir untuk tindakan apapun yang dilakukan oleh anak buahnya yang dinilainya sangat ceroboh.

Sementara orang-orang kepercayaan tuan Glen segera menyingkirkan mayat anak buahnya sementara rekan lainnya diberi kesempatan oleh tuan Glen untuk mencari keberadaan Renata.

"Temukan gadis itu secepatnya dan kau...!" tuan Glen menunjuk ke arah anak buahnya yang lain." Lakukan rencana B sesuai dengan kesepakatan kita...!" ucap tuan Glen kepada anak buahnya lalu ia segera meninggalkan markas itu dan kembali ke perusahaannya.

Di Jakarta, Bryan mulai siuman. Ia melihat sekitarnya yang terasa semuanya berwarna putih dengan berbagai alat medis penunjang hidupnya.

Dokter yang melihat pergerakan Bryan dari cctv segera menghampiri ruang Bryan." Tuan Bryan. Apakah anda merasakan sesuatu?" tanya dokter Amanda sebagai dokter jaga pagi itu.

"Bagaimana keadaan tunanganku, dokter? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Bryan yang mengira dirinya berada di fase di mana dia baru siuman setelah mengalami kecelakaan bersama dengan Rania bukan Renata.

"Tunangan...?" dokter Amanda baru ingat akan gadis bercadar yang datang beberapa hari yang lalu.

"Oh...gadis itu ada di depan, tuan. Tuan masih berada di ruang ICU. Apakah tuan ingin aku memanggilnya?" tawar dokter Amanda.

"Syukurlah kalau dia tidak mengalami luka berat. Panggilkan dia untukku, dokter...!" pinta Bryan terlihat masih lemah.

Rania segera masuk dengan wajah berbinar. Apa lagi Bryan malah mencarinya duluan. Walaupun begitu Rania masih menjaga sikapnya untuk tidak berlebihan dalam menyampaikan rasa sukanya kini.

"Rania...! Apakah kamu tidak mengalami luka berat?" tanya Bryan membuat Rania bingung.

"Aku sudah sembuh. Aku tidak lagi mengalami rasa sakit. Aku pulang dari Jerman hanya ingin bertemu denganmu. Apakah kamu masih ingat akan peristiwa perampokan beberapa hari yang lalu?" tanya Rania membuat Bryan makin bingung.

"Perampokan...? Bukankah kita berdua mengalami kecelakaan, Rania?" Bryan bertanya balik.

"Ya Allah. Apakah Bryan mengalami amnesia?" batin Rania menyimpulkan sendiri kesannya pada kondisi Bryan.

Dokter yang masih ada di samping Bryan juga menarik kesimpulan yang sama dengan Rania kalau Bryan mengalami amnesia.

"Tuan Bryan. Jangan terlalu dipaksakan untuk memikirkan kejadian yang menimpa anda hingga anda dirawat saat ini. Itu akan membuat anda setres dan menyebabkan sulitnya anda akan sembuh dari trauma. Kami akan mengurus kamar anda untuk dimutasikan ke ruang rawat inap," ucap dokter Ananda.

"Bryan. Perbanyaklah istighfar. Insya Allah dengan adanya ujian ini, Allah akan menggugurkan segala macam dosamu dan akan mengangkat derajatmu," hibur Rania yang memang selalu mengarahkan Bryan ke jalan Allah.

"Terimakasih sayang atas motivasinya. Insya Allah aku akan sembuh.

"Bryan. Apakah kamu lupa kalau kita belum menikah? Tolong jangan panggil sebutan itu karena kata itu khusus untuk hubungan dua orang lawan jenis yang sudah menikah. Kecuali hubungan mahram yang boleh memanggil sayang," protes Rania yang merasa janggal dengan kata itu untuk mereka saat ini.

Kepala Bryan tiba-tiba terasa sakit. Untuk sesaat ada suara lain memenuhi kepalanya." Bryan sayang...!" bayangan wanita itu sekilas terlintas di pikirannya disertai tawa renyah saat mereka berada di dalam kamar.

"Ssssttt...! Akhh...! Ya Allah dokter. Kepalaku sangat sakit," keluh Bryan membuat Rania panik.

"Sebaiknya nona tunggu di luar. Keadaan pasien belum stabil. Jangan mengajaknya berpikir terlalu keras...!" ucap dokter Ananda mengusir Rania keluar.

"Baik dokter...!" ucap Rania bingung dengan keadaan Bryan yang dikiranya sudah lebih baik.

Sementara itu Renata sedang menikmati sarapan paginya di sudut restoran. Namun tatapannya teralihkan pada sebuah tayangan berita pagi itu di televisi layar besar yang terpampang di ruangan itu.

Matanya terbelalak melihat wajah seorang wanita yang dinyatakan sebagai buronan berbahaya bernama Alexandra Gustaman. Wanita berbahaya yang melakukan berbagai kejahatan antara lain sebagai bandar narkoba, pemilik prositusi dan telah membunuh beberapa orang pelanggannya.

"Itu nama orang lain tapi wajahnya sana persis denganku. Ya Allah, sepertinya ada oknum yang menggantikan identitas ku agar aku bisa ditangkap lebih mudah. Syukurlah aku mengenakan cadar. Kalau tidak aku bisa di hakimi oleh tamu hotel yang berada di restoran ini," batin Renata berusaha bersikap santai agar tidak mudah dicurigai oleh orang lain.

Sementara itu ada petugas hotel yang sedang berjalan ke arahnya membuat Renata gugup.

"Apakah orang itu mengenaliku...?" batin Renata sangat gugup saat ini.

Terpopuler

Comments

chloe

chloe

lanjut kak

2025-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!