Dipagi hari, seperti biasanya. Naya sudah menyiapkan segala keperluan Malik untuk sekolah.
Malik yang sudah siap dengan seragamnya pun langsung duduk di sofa. Seperti yang kalian tau! Naya akan memakaikan sepatu kepada pemiliknya.
Setelah selesai. Malik menunjukkan sebuah map yang berada di atas meja.
"Ambil itu!" suruh Malik.
"Apa itu, kak?" tanya Naya bingung.
"Berkas-berkas buat lo sekolah. Gue udah nyuruh Gery mengurus semua semalam. Jadi, sekarang loh bisa masuk sekolah," terang Malik. Yang membuat mata Naya berbinar.
Segera dia mengambil, dan mengecek isi nya.
"Nusa Jaya," ungkap Naya.
"Iya, itu sekolah keluarga gue. Dan ini seragam buat, lo!" ucap Malik yang baru mengambilkan seragam Naya, dari bungkus tas yang dibawakan Gery. Lalu diberikan kepada Naya.
Naya pun menerimanya.
"Tapi lo harus ingat! Gue izini lo sekolah bukan untuk bergaya. Jadi tolong ubah gaya, loh. Dan pakai kaca mata ini." Malik memberikan sebuah kotak yang berisi kaca mata.
Naya pun langsung membuka isinya.
"Loh, kak. Kok tebal kali kacanya. Naya kan gak rabun," tutur Naya yang menyentuh kaca mata itu.
"Gue, tau! Makanya itu gak ada minusnya. Udah! Lo cepat bersiap. Gue tunggu di bawah!" terang Malik. Kemudian pergi dari situ.
"Eh, kak. Terimakasih ya," ucap Naya kepada Malik, yang masih di ambang pintu.
Tanpa merespon. Malik terus berjalan.
Untung saja Naya sudah mandi. Jadi, tinggal ganti pakaian saja. Tapi, saat Naya mengangkat seragam sekolahnya.
Alangkah terkejut dirinya. Saat melihat potongan rok sekolahnya yang cukup pendek. Tidak seperti seragam sekolahnya yang dulu. Panjang roknya di bawah lutut. Sedangkan, seragam yang sekarang. Roknya di atas lutut, dengan model biku seribu.
"Ya Ampun! Kok pendek banget roknya," guman Naya. Tapi bukan Naya namanya, kalo tidak bisa mengakali seragam sekolahnya.
Setelah selesai. Naya pun turun ke bawah. Menemui Malik yang sedang sarapan di meja makan.
Malik yang melihat penampilan Naya. Hanya tersenyum meremehkan. Sedangkan Naya yang tidak nyaman diliati pun, menarik-narik roknya ke bawah.
"Duduk! Cepat sarapan. Kalo gak mau gue tinggal!" seru Malik. Disela-sela makannya.
Dengan sigap. Naya pun langsung duduk, dan memilih makan roti saja. Karena dia tipikal orang yang makannya lama, kalo makan nasi. Jadi, lebih memilih roti untuk mempersingkat waktu.
Untungnya dia sudah selesai makan. Setelah Malik selesai.
Malik pun beranjak dari tempat duduk, dan diikuti Naya. Dengan membawakan dua tas. Miliknya dan Malik.
Tapi sebelum pergi. Naya berpamitan terlebih dahulu kepada pembantunya.
"Bik, Naya berangkat sekolah dulu, ya? Maaf ya, bik. Naya gak bisa bantu beresin," tutur Naya kepada pembantunya yang sedang mengumpulkan piring kotor.
"Iya, Non. Gapapa. Ini sudah jadi tugas bibik kok. Yang penting non semangat ya belajarnya," balas bik Nanik memberi senyuman semangat.
"Yaudah, Naya berangkat dulu ya. Da-dah, Bibik." Naya pun berlari keluar dengan melambaikan tangannya.
***
"Turun!" seru Malik kepada Naya yang berada duduk di sampingnya.
Naya yang bingung pun melihat sekeliling. "Loh, Kak. Sekolahnya di mana? Kok Naya disuruh turun di sini?" tanya Naya yang bingung. Kenapa dia di turunkan depan halte. Bukan di sekolah.
"Lo tinggal ikuti jalan lurus ini. 50 meter, sekolah ada di depan sana. Tinggal jalan sedikit, bisa 'Kan!" ucap Malik datar dengan pandangannya lurus ke depan.
"Loh, tapi kenapa, kak?" Lagi-lagi Naya berani bertanya.
"Lo bilang kenapa? Seharusnya lo ngaca dulu! Penampilan lo kayak apa. Lo kira gue suka diomongi satu sekolah karena bareng sama cewek kampungan kayak, Lo!" Kali ini Malik mempertegas suaranya.
"Ta-tapi, bukannya ini kakak yang nyuruh." Naya masih berani membela dirinya, walau pun dengan nada yang sedikit gugup.
"Lo masih mau protes!" seru Malik memperingati, dengan tatapan matanya yang tajam.
"Eh ... e-enggak, Kak." Tak banyak bertanya lagi. Naya pun segera turun dari mobil Malik.
Sebelum pergi. Malik memberitahu Naya terlebih dahulu.
"Dengarkan gue. Pulang sekolah, lo tunggu di sini!" ucap Malik.
"I-iya, Kak." Setelah itu. Malik pun pergi dari hadapannya.
"Hah ...." Naya membuang nafasnya kasar. Untuk menyemangati dirinya dan terus berjalan.
Saat Naya sudah berhasil masuk ke halaman sekolah barunya. Semua mata tertuju kepada dia, ada yang meremehkan dan ada juga yang tertawa.
Naya yang merasa malu jadi bahan tontonan pun terus berjalan, menundukkan kepalanya.
"Hei, hei. Liat! Siapa cewek cupu ini yang berani masuk di sekolah kita. Merusak pemandangan aja," seru seorang siswi yang menunjuk ke arah Naya.
"Euy, kampungan banget, deh!" ucap salah satu siswi memandang jijik.
"Iya, masak pake kaos kaki, panjangnya sampai lutut. Ih ... udik banget, ya?" sambung temannya.
"Yups, bener banget, Girl. Apalagi itu kaca mata besar kurang besar. Udah tebal pula kacanya. And ditambah lagi rambut yang digulung ke atas. Euy ... Percis banget kayak nenek, gue!"
Begitu lah seterusnya umpatan yang Naya dapat. Sampai dia berhasil juga masuk ke ruangan kepala sekolah.
Bel pun sudah berbunyi. Menandahkan bahwa seluruh murid akan memasuki kelasnya masing-masing.
Di dalam kelas, yang belum di masuki seorang guru. Masih terdengar suara nyaring dan tawa. Sampai tibalah seorang guru masuk ke kelas itu. Baru semua murid bisa diam dan tenang.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini ibu mau memperkenalkan murid baru, semoga kalian menyambutnya dengan baik ya," ucap seorang guru wanita itu. Yang tak lain adalah buk Ratih, wali kelas mereka.
"Siapa, Buk? Cewek apa cowok? Pasti kalo cowok, ganteng 'kan?" tanya seorang siswi yang bernama Riska, si cewek centil.
"Eh, Markonah! Yang ada dipikiran lo tu cowok aja. Belajar yang betul. Baru mikirin cowok. Ya gak, buk?" sahut Dodi, mencari muka di depan gurunya yang cantik dan masih muda itu.
"Hm, betul tu yang dibilang dodi, Riska. Belajar dulu yang betul ya," tutur Buk Ranti dengan senyuman.
Sedangkan Dodi yang dibenarkan ucapannya, tersenyum senang. "Eh ... tapi, Buk. Anak barunya cewek apa cowok, sih?" tanya Dodi, rupanya dia juga penasaran dengan anak baru tersebut.
"Cewek, Dodit ...," terang buk Ratih.
"Ih ... Dodi, ibu. Bukan Dodit!" protes Dodi. "Emangnya gue pelawak apa," gumanya yang bergerutu.
Buk Ratih pun hanya menyikapi dengan senyuman.
"Hanaya! Kamu boleh masuk sekarang," panggil buk Ratih kepada murid barunya yang berada di luar kelasnya.
Hanaya pun masuk, dengan menundukkan kepalanya.
Seketika suasananya yang tadi gaduh, menjadi sunyi kemudian. Namun, berapa detik kemudian ...
"Hahaha ...."
Tawa mereka pecah dari seluruh murid yang ada di dalam kelas itu. Kecuali, sepasang mahluk yang ada di sana. Karena penampilan mereka yang sama. Sama-sama memakai kaca mata.
"Haha ... ya ampun, Buk. Gak salah ni! Kok ibu mau sih menampung murid buangan kayak gini. Orang yang kayak gini gak pantas masuk di Nusa Jaya, Buk. Pantesnya itu di Nusa kambangan ...."
Hahaha ...
Seketika suasana semakin menjadi ramai, dengan tawa dan juga sorakkan.
Deg.
'Segitu burukkah aku di mata kalian,' batin Naya meringis pilu. Yang mencoba tegar, dengan tidak meneteskan air mata.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments