#4

Happy Reading...

Sudah hampir satu bulan ini Rora berada di di rumah Elina. Sesuai ucapannya Elina dan Evan memperlakukan Rora dengan sangat baik. Bahkan perlakuan mereka terlalu baik untuk seorang jaminan hutang seperti dirinya. Meskipun begitu jika bisa memilih ia lebih memilih untuk tetap tinggal bersama dengan seluruh keluarganya.

"Sayang.." Panggil Elina yang membuyarkan lamunan Rora.

"Ada apa tante?" Tanya Rora saat Elina sudah duduk di sampingnya.

Elina meraih tangan Rora lalu di genggamnya. "Ada yang ingin om dan tante bicarakan." Ucapnya.

"Apa kita pindah ke dalam.."

"Tidak usah." Potong Elina sambil menahan Rora yang akan beranjak dari duduknya. "Kita bicara di sini saja. Om sebentar lagi akan kesini."

Rora menganggukkan kepalanya. Hampir lima menit menunggu akhirnya Devan datang dengan membawa nampan dengan tiga gelas teh di atasnya.

"Terima kasih." Ucap Elina pada sang suami.

"Dan ini untuk kamu." Ucap Devano sambil meletakkan secangkir teh hangat di atas telapak tangan Rora.

Rora tersenyum lalu mengucapkan terima kasih.

"Bagaimana?" Tanya Devano saat Rora sudah mencicipi teh racikannya.

Rora kembali tersenyum. "Rora suka. Sekali lagi terima kasih om." Ucapnya. "Om dan tante ingin membicarakan apa?"

Elina meletakkan gelasnya di atas meja lalu kembali meraih tangan Rora. "Sayang, apa kamu besok ada rencana?" Rora menggelengkan kepalanya. "Besok ikut tante dan om ya."

Rora mengerutkan keningnya. "Kemana?"

"Kami berdua ingin mengajak kamu untuk pergi ke acara keluarga om. Sekalian kita jemput anak tante."

Deg. Jantung Rora berdetak kencang saat mendengar kata anak. Bukan kah itu berarti ia akan segera bertemu dengan orang yang akan di jodohkan dengan dirinya, atau lebih tepatnya calon suaminya. Rora terdiam. Perjodohan yang bahkan baru ia ketahui beberapa hari lalu. Perjodohan yang mau tidak mau Rora iyakan karena mengingat kembali apa yang di ucapkan oleh mamanya sebelum dirinya pergi bersama Elina dan Devano. Laura mengatakan bahwa dirinya harus menuruti apapun yang di ucapkan oleh Elina demi menyelamatkan papa dan kakak lelakinya jika dirinya tidak ingin mereka masuk ke dalam penjara.

"Sayang.." Panggil Elina. "Ikut ya.. Tante ingin mengenalkan kamu dengan keluarga om dan tante."

Rora menghela nafasnya sebelum menganggukkan kepalanya. Menolakpun dirinya tidak akan bisa karena hampir satu bulan tinggal dengan Elina membuatnya sedikit mengerti bagaimana sikap Elina. Elina akan melakukan apapun sampai dirinya mengiyakan permintaannya.

"Baiklah. Kalau begitu biar tante menyusruh bibi untuk menyiapkan segala keperluan kamu. Mungkin kita akan menginap disana sedikit lama." Ucapnya antusias. "Kamu tidak keberatan kan?" Tanya Elina pada Rora.

Lagi- lagi Rora menjawabnya dengan anggukkan kepalanya.

Selepas kepergian Elina, Devano sedikit menggeser duduknya lalu mengusap kepala Rora penuh kasih sayang. "Maafkan tante kamu ya. Mungkin kamu merasa bahwa tante sering sekali memaksakan apapun kepada kamu. Tapi percayalah bahwa tante selalu memikirkan apapun yang terbaik untuk kamu. Karena tante sangat sayang kepada kamu." Ucap Devano.

Hati Rora sedikit menghangat saat mendengar ucapan Devano.

.

.

.

Sepanjang perjalanan Rora memejamkan ke dua matanya karena semalaman dirinya benar- benar mengalami kesulitan untuk tidur. Ia merasa sangat gugup karena dirinya akan bertemu dengan calon suaminya. Ia takut bagaimana jika calon suaminya nanti menolak dirinya dan tidak menerima perjodohan ini.

Elina mengusap pipi Rora. "Sayang." Panggilnya pelan tidak ingin membuat Rora terkejut. Ia kembali mengusap pipi Rora. "Sayang.. Bangun... Sayang kita sudah sampai." Ucapnya saat Rora membuka kedua matanya perlahan.

"Tante." Panggil Rora sambil mengucek kedua matanya lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia memicingkan kedua matanya. Meskipun sangat samar tapi Rora tahu bahwa rumah yang ada di hadapannya saat ini tidak bisa disebut dengan sederhana. Lagi- lagi Rora menghela nafasnya saat akan memasuki rumah keluarga Devano.

Belum banyak saudara Devano dan Elina yang datang, hanya beberapa saja karena memang acaranya baru nanti malam. Dan itu sedikit membuat Rora bisa bernafas lega.

"Kita bertemu ibu om dulu ya." Ajak Elina pada Rora. Mereka bertiga berjalan menuju halaman belakang. "Ibu." Sapa Elina pada ibu mertuanya yang sedang bercakap- cakap dengan beberapa saudaranya yang sudah datang.

Elina pun mencium tangan ibu mertuanya di ikuti oleh Devano dan Rora. Lalu di lanjutkan dengan menyalami saudara- saudaranya.

"Siapa dia?" Tanya Daniah sepupu Devano.

Elina tersenyum lalu mengenalkan Rora pada yang lain. "Dia calon menantuku." Ucap Elina dengan bangganya.

"Menantu?" Tanya Ratna.

"Hmmm.." Elina menganggukkan kepalanya. "Bara mana bu?" Tanya Elina karena tidak melihat keberadaan sang anak sedari tadi.

"Bara sedang keluar bersama Aluna." Jawab Ayudia sepupu lain dari Devano.

"Aluna."

"Tetangga baru kita. Mereka baru tiga bulan pindah. Dan apa kamu tahu? Ternyata Aluna adalah teman Sd sekaligus teman SMP Bara. Dia gadis yang baik, pintar dan sangat cantik." Puji Ayudia dengan lantang yang sengaja ingin di dengar Rora.

"Ibu.. Nanti jika Bara sudah pulang tolong suruh dia segera menemui aku ya." Ucap Elina pada ibu mertuanya. "Ayo sayang.. Tante antar ke kamar kamu." Ucap Elina sambil menuntun tangan Rora menuju kamar yang memang sengaja di siapkan untuk dirinya di lantai bawah.

"Tapi tante.."

"Tidak apa- apa.. Kamu istirahat dulu saja." Potong Elina saat Rora akan menolak untuk pergi ke kamarnya.

Akhirnya Rora pun menurut.

Aurora mendudukkan dirinya di atas tempat tidur. Setelah mendengar ucapan dari salah satu saudara Elina membuat Rora merasa bersalah. Ia merasa bersalah karena sudah mengiyakan perjodohan yang sudah di rencanakan oleh Elina. Ia bingung harus bagaimana sekarang? Kenapa tidak dari awal ia menanyakan terlebih dahulu apakah orang yang akan di jodohkan dengan dirinya sudah memiliki kekasih atau belum. Bagaimana jika ternyata gadis yang sedang bersama dengan calon suaminya itu adalah kekasih hatinya? Bukankah itu berarti dirinya akan menjadi orang ketiga? Ia tidak mau.. Ia tidak mau menjadi perusak hubungan seseorang. Lalu ia harus bagaimana sekarang?

Rora ingin menemui Elina. Tapi bagaimana? Ia tidak tahu dimana Elina sekarang berada. Bahkan jika memilih untuk keluar ia tidak mengenal siapapun untuk dimintai tolong.

.

.

.

"Mama." Sapa Bara sambil berjalan mendekat ke arah Elina yang sedang memasak di dapur. Bara cium pipi sang mama. "Bara rindu mama." Ucapnya sedikit manja.

"Bohong." Jawab Elina sambil menatap sang anak.

"Sungguh." Ucap Bara lalu memeluk Elina.

"Jika kamu rindu mama kenapa kamu tidak pernah pulang? Kanapa kamu tidak pernah menemui mama? Menanyakan kabar pun harus mama yang memulai terlebih dahulu." Protes Elina.

"Itu karena aku sangat- sangat sibuk ma." Bela Bara.

"Itu berarti pekerjaan kamu yang lebih penting dari pada mama kamu ini."

"Salahkan saja suami mama. Kenapa semua di alihkan kepada Bara." Kali ini Bara yang protes.

"Kenapa jadi papa yang salah." Saut Devano. "Papa sudah menawari kamu supaya perusahaan inti pindah di perusahaan papa. Tapi apa kamu yang menolah." Devano mengingatkan Bara.

"Iya.. Iya.. Bara siap salah." Balas Bara. "Ngomong- ngmong kata mama ada yang ingin mama bicarakan dengan Bara."

"Tunggu sebentar. Mama ingin menyelesaikan memasak makanan favorit kamu dulu. Kamu tunggu di kamar atau ruang keluarga dulu.. Nanti mama akan menyusul kamu." Ucap Elina.

Hampir tiga puluh menit Bara menunggu akhirnya sang mamapun menghampiri dirinya. Elina meraih tangan Bara lalu menggenggamnya. "Mama ingin berbicara apa?"

"Mama ingin menjodohkan kamu." Ucap Elina tanpa basa- basi.

"Menjodohkan? Apa maksud mama?" Tanya Bara sambil mengerutkan keningnya.

"Mama ingin menjodohkan kamu dengan anak dari sahabat mama. Dan sekarang gadis itu ada disini. Mama sengaja mengajaknya supaya bisa berkenalan dengan kamu. Kamu nanti temui dia ya." Ucap Elina.

Tapi ma.. Bara sudah besar.. Bara tidak mau di jodoh- jodohkan.. Bara bisa mencari jodoh Bara sendiri.. " Protes bara dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Bara." Tegur Devano.

"Bara mohon.. Bara tidak mau menerima perjodohan ini. Lagi pula Bara juga tidak mengenal siapa gadis itu." Putus Bara lalu pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!