NovelToon NovelToon

Ninja'S Storm

Prolog

Suara gemericik air berpadu dengan hentakan kaki kuda. Di bawah langit yang kelabu, rombongan kereta pembawa harta kerajaan melaju perlahan. Kusir memegang tali kendali erat, hati-hati menarik kuda-kuda melewati jalan yang dipenuhi akar pohon besar. Di atas kereta, dua sosok transparan berjubah hitam duduk waspada. Tatapan mereka tajam, menyapu setiap sudut jalan, mencari tanda-tanda bahaya, sekecil apa pun. Tangan mereka terus berada di gagang pedang, siap menebas ancaman tanpa peringatan.

Dikatakan bahwa hewan memiliki indera keenam, kemampuan alami yang melebihi manusia. Tak peduli sehebat apa pun ninja, mereka tak dapat menandingi naluri tajam hewan, terutama kuda-kuda tua yang menarik kereta ini. Pengalaman bertahun-tahun membuat makhluk ini lebih peka terhadap bahaya yang tak kasatmata.

Tiba-tiba, dua kuda di depan berhenti, melenguh keras, dan menghentak-hentakkan kaki. Si kusir menarik tali kendali, mencoba mengendalikan mereka, namun usahanya sia-sia. “Ada yang tidak beres,” gumamnya. Salah satu ninja segera melompat turun dari kereta, mendekati kuda-kuda yang semakin gelisah.

"Mungkin mereka lapar?" Ninja itu bertanya sambil mengelus leher salah satu kuda.

Si kusir menggeleng cepat. "Tidak mungkin. Mereka sudah diberi makan sebelum berangkat."

Ninja itu mengernyit, pandangannya menelisik. Tangannya kini menyentuh janggut tebal kuda, mencoba menenangkan hewan yang meronta. Ia kemudian mengangguk kecil, seolah menemukan jawabannya.

"Aku tahu masalahnya. Mereka sedang birahi."

Si kusir tertegun, matanya melebar. Bahkan rekannya yang masih berjaga di atas kereta pun menoleh dengan ekspresi tak percaya.

"Mana mungkin! Semua kuda di sini jantan," sergah si kusir dengan nada tidak yakin.

Namun, ninja wanita itu tidak terpengaruh. Ia melangkah lebih dekat, memeriksa kuda dengan saksama. "Sebagai pengurus kuda, harusnya kau tahu tanda-tanda ini." Ia menunjuk bagian bawah tubuh kuda dengan tenang.

Si kusir terdiam, bingung dan malu. "Bagaimana bisa..." gumamnya. Namun, sebelum ia selesai berbicara, angin dingin berembus dari arah hutan. Suara gemerisik pelan terdengar, nyaris tertelan oleh gemericik air sungai.

Ninja wanita itu mendongak, wajahnya berubah serius. "Bukan itu penyebabnya," ucapnya pelan. Ia meraih gagang pedang dengan cepat. "Ada sesuatu—atau seseorang—yang membuat kuda-kuda ini bertingkah aneh."

Melihat dahan berguncang, si ninja wanita melompat cepat. Dalam sekejap, ia menghantam udara dengan pedangnya, langsung mengarah pada sosok berjubah abu-abu yang melayang di antara dahan. Tebasannya tajam, tepat, dan mematikan.

TRANG! Pedang si ninja menyentuh leher keras makhluk itu—dilapisi besi atau mungkin benar-benar terbuat darinya.

Beberapa saat sebelumnya, di puncak Pohon Neraka, sebuah pohon raksasa yang menjulang hingga menembus awan, terjadi ledakan hebat yang mengguncang bumi hingga ke akar-akarnya. Dari celah gelap yang menganga, sesosok Demon King muncul, seolah dilahirkan langsung oleh pohon tersebut.

“GROOOOAAARRR!” Suara raungannya membelah udara, menggetarkan langit dan tanah. Mulutnya menganga seperti ular piton raksasa, dipenuhi taring melengkung yang tajam. Makhluk ini tidak berpikir, hanya bergerak mengikuti insting. Ketika salah satu kakinya menginjak batang pohon, guncangan yang melanda segera berhenti, terserap ke dalam tubuh raksasanya. Matanya bersinar terang, seperti bintang jatuh di malam gelap.

Dari celah yang terbuka semakin lebar, arwah pendosa mulai bermunculan. Ratusan, ribuan, hingga tampaknya tak terhitung jumlahnya. Mereka melesat ke langit, seperti badai gelap yang menyelimuti matahari. Burung-burung yang ketakutan terbang ke arah timur, meninggalkan langit barat dalam kegelapan pekat. Fenomena ini terlihat bahkan dari Pegunungan Silver Storm, membuat para ahli astronomi terguncang oleh pemandangan tak wajar ini.

Namun, ancaman terbesar datang tanpa suara. Tanpa disadari ninja wanita, bayangan mengambang mendekat dari belakang dengan kecepatan yang mustahil, "Ninja! Awas di belakangmu!" teriak kusir, suaranya menggema di tengah keheningan yang mencekam.

Si ninja, yang masih berada di udara, merasakan bahaya bahkan sebelum kata-kata selesai diucapkan. Dalam satu gerakan gesit, dia memutar tubuhnya, menghindari serangan makhluk itu dengan kelincahan luar biasa dan disaat yang sama melancarkan serangan tidak terelakkan bagi kedua makhluk yang mengepung, "Tebasan Puting Beliung!" Serangannya sukses memotong kedua leher makhluk itu sekaligus. Berkat itu, si ninja wanita terhindar dari maut.

Rekannya pun bergegas mencuri kesempatan dengan menangkap tubuh ninja wanita yang terjatuh. Dan tanpa disadari oleh si ninja wanita, rekan prianya menikmati momen 5 detik itu, "Terima kasih," kata si ninja wanita dengan polos, sementara rekan prianya tersenyum lebar.

Para ninja merasakan bulu kuduk mereka berdiri ketika melihat kepala yang sudah copot mengeluarkan seutas tali merah yang menghubungkan mereka ke tubuhnya yang terkapar. Lalu sepersekian detik kemudian, kepala itu sudah kembali ke posisinya semula dan kedua makhluk itu bangkit kembali. Namun para ninja dan rombongan pembawa harta kerajaan juga sudah melarikan diri.

Kusir memecut tali dengan kekuatan penuh agar kuda-kudanya berlari sekuat tenaga pula, "Aku tidak berharap akan bertemu hantu di perjalanan ini. Apa yang harus aku lakukan jika kedua ninja itu tidak bisa diandalkan?" batinnya. Tidak berselang lama, kedua arwah pendosa tadi berhasil menyusul iring-iringan pembawa harta kerajaan. Para penyamun yang disewa untuk menjaga harta itu pun keluar dari kereta kuda hanya untuk melihat kedua sosok tadi berubah menjadi sangat mengerikan.

"Lebih cepat lagi kusir! Makhluk itu semakin dekat! Mereka mirip sekali dengan lukisan roh-roh pendosa yang ada di literatur akademi ninja!!" teriak ninja wanita.

"Hyaah! Hyaah! Hyahh!"

GEDUBRAK!!!!

Kereta terjatuh ke dalam lubang sedalam 20 meter. Kecelakaan itu menewaskan kusir kereta paling depan. Ketika diperiksa, ternyata tanah yang sebelumnya dilewati rombongan kereta telah longsor hingga membentuk kawah raksasa.

Jalan buntu. Bertarung atau mati. Para ninja dan penjaga harta kerajaan dihadapkan pada dua pilihan, berjuang atau mati. Di situasi yang kritis sekaligus membingungkan itu, si ninja menepuk bahu ninja wanita, "Kau siap? Kita akan membawa kereta menuruni tebing ini, itulah rencananya," katanya menerangkan rencananya.

"Tidak," sahut si ninja wanita spontan, "Kita akan melawan makhluk-makhluk itu, aku tahu cara mengalahkan mereka," si ninja wanita mengeluarkan sebuah belati khusus berwarna hijau zamrud. "Ini adalah—"

Belum sempat ninja wanita mengatakan fungsi belati itu, kereta kuda yang dia naiki telah menuruni tebing yang curam. "Pegangan, tuan dan nona ninja!" kata si kusir yang nekat melajukan keretanya sebab harta yang paling berharga ada di kereta yang dikendarainya.

Moncong kereta kuda membentur tanah dengan keras. Kedua ninja bertahan di atas kereta, mereka menyaksikan si kusir meninggal dalam keadaan terjepit di kudanya yang sudah mati.

"Masa bodoh, akan kurobek gulungannya!" Si ninja merobek gulungan yang menembakkan bola api ke langit. Dari balik kegelapan, sosok itu muncul. Seorang ninja berpakaian serba merah, dengan masker berlapis baja yang membingkai matanya yang menyala bak bara api. Rambutnya yang panjang dan merah darah berkibar di bawah cahaya bulan, menambah aura mengintimidasi. Dalam sekejap, dia mendarat di depan mereka dengan gerakan mulus seperti kucing pemburu. Angin yang ditimbulkan dari pendaratannya menggoyangkan dedaunan di sekitar.

Beriringan dengan kemunculannya, dua makhluk abu-abu berkuku tajam menyeruak dari kegelapan. Nafas mereka berbau busuk seperti daging membusuk, matanya yang menyala-nyala mengunci pada ketiga ninja itu.

"Kalian meminta bantuan di saat yang tepat," ujar ninja merah itu, "Tampaknya kalian menghadapi lawan yang tidak biasa, Kai, Yukio."

Yukio menarik napas lega melihat punggung ninja merah yang lebar, sementara Kai menggerutu, "Kau terlambat, bodoh. Seharusnya kau datang dua detik setelah suar ditembakkan! Gara-gara kau, kusir ini jadi tidak terselamatkan!"

Yukio langsung melotot tajam ke arah Kai. "Diam kau, Kai! Orang yang hanya menonton saat temannya bertarung tak pantas bicara! Ren sudah bersusah payah datang untuk menyelamatkan kita!" serunya dengan tinju mengepal.

Ren, si ninja merah, tersenyum tipis dari balik maskernya. "Benar, kawan-kawan. Aku, Ren Ren, datang untuk menyelamatkan kalian." Dia menghunus dua pedang melengkung dari punggungnya, bilahnya memantulkan cahaya bulan, berkilauan seperti racun mematikan.

...•••••••...

...*** Bersambung ke Chapter 2 ***...

......•••••••......

Chapter 2: Kemunculan Sang Juru Selamat

Namaku Alvien. Seorang mahasiswa semester akhir yang tengah berjuang untuk mendapatkan toga kelulusan. Sekaligus mahasiswa fosil yang telah mendekam di balik dinginnya tembok kampus selama satu tahun setelah teman-temanku lulus. Pagi hari Senin aku memulai aktivitas ku seperti biasanya, membaca buku di perpustakaan kampus. Namun hari itu aku menemukan buku baru yang seharusnya tidak pernah ada di kampus—buku ini berjudul 'The Chronicles of Ninja Naga' di rak khusus jurusan psikologi.

Terpikat pada judulnya aku pun langsung membacanya walaupun aku yakin keberadaan buku ini pasti akan segera dimusnahkan karena mahasiswa dilarang menyumbangkan novel fantasi ke kampus. Ya, rak buku tempat novel ini berada adalah rak buku khusus buku sumbangan mahasiswa untuk mendapat nilai lebih dari dosen.

Halaman pertama buku itu tidak ada yang aneh. Di halaman kedua aku menemukan gambar sebuah portal yang dibangun dari batu, ada sebuah mantra salam bahasa Indonesia di bawah gambar itu. Aku membacanya dan halaman pertama yang kukira normal—hanya berisi narasi tokoh utama biasa, berubah menjadi sekumpulan bait lagu yang tidak bisa kubaca. Kalau kalian bertanya kenapa aku masih berani memegang buku itu kala keanehan terjadi, alasannya karena tanganku menempel, mulutku kaku, dan kakiku rasanya seperti dijerat tali yang kokoh. Intinya aku tidak bisa lari atau meminta bantuan setelah membaca mantera pada buku itu.

Aku terisap dan berakhir di dunia yang dikuasai klan dan ninja. Apa aku sedih 'diculik' ke dunia lain? Tidak juga. Orang tuaku bercerai. Keluargaku hancur lebur karena perebutan harta warisan. Pihak manapun yang aku bela tidak pernah berakhir balik. Mereka juga selalu menyalahkan diriku. Dan saat aku berusaha mendamaikan mereka—mereka melukaiku dan mengantarku pulang. Pulang dalam keadaan babak belur.

Satu-satunya hal yang kusesali adalah meninggalkan nenek sendirian, dan tidak berpamitan kepada pacarku yang rela berkorban banyak demi diriku.

....

Tidak seperti peristiwa transmigrasi ke novel lainnya, aku tidak jatuh ke tubuh seorang pecundang. Tubuh yang kumiliki sekarang adalah tubuh Ren Ren. Seorang ninja muda berusia 11 tahun yang memiliki bakat luar biasa dalam Ninjutsu dan Taijutsu. Tidak seperti diriku yang payah, Ren Ren mahir dalam hampir semua bidang termasuk mencuri hati orang. Aku mendapatkan semua keahlian Ren Ren secara cuma-cuma. Yang aku tahu—sebelum aku bertransmigrasi ke tubuhnya Ren Ren sedang melatih jutsu terlarang yang disebut Fuinjutsu.

Tubuhnya penuh dengan lumpur hitam saat aku masuk. Untungnya kepribadian Alvien dan Ren Ren cukup mirip jadi aku tidak perlu bekerja keras untuk diterima oleh teman-temannya. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada roh Ren Ren, yang jelas aku menghormatinya. Apapun yang dia lakukan telah mengubah hidupku. Sebagai tanda penghormatan aku pun berlatih dengan rajin dan selalu meningkatkan kapasitas latihan 1% per harinya.

10 tahun kemudian, saat aku sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana penuh fantasi dan suka cita—buku yang berisi portal ke dunia lain muncul di atap kamarku. Umurku 21 tahun saat buku tidak tahu diri itu muncul dan membocorkan mengenai peristiwa di masa depan.

Setengah tahun dari sekarang—gerbang neraka akan terbuka di pohon yang kami sebut sebagai Sang Penopang Dunia. Dari sana akan muncul sosok Iblis terkuat dari neraka terbawah yang mencoba memburu tubuh manusia terkuat untuk dijadikan wadah bereinkarnasi. Iblis itu tidak berencana pergi sendiri, melainkan membawa roh-roh pendosa bersamanya. Bersama-sama mereka akan menunjukkan wujud dari kegelapan yang mutlak kepada dunia kami.

Dan seperti tokoh utama novel transmigrasi lainnya. Ren Ren dipilih untuk menjadi salah satu ksatria yang berdiri di garda terdepan. Tapi karena Ren Ren melakukan kesalahan dia pun berakhir mati, dan aku yang merupakan versi alternatif Ren Ren dipanggil untuk melanjutkan kehidupan sang juru selamat.

Setelah membocorkan masa depan, buku itu berubah menjadi buku biasa. Aku pun bisa keluasan membaca isinya sampai habis. Rupanya buku itu tidak seperti novel pada umumnya. Isinya berupa rentetan kejadian di masa depan. Salah satunya kejadian yang tertulis di sana adalah tentang nasib buruk Ren Ren saat iblis pertama kali muncul. Bagaimanapun juga, nasib buruk Ren Ren adalah nasib burukku juga, jadi aku bertanggung jawab penuh untuk menjaga kehidupannya.

Nasib buruk pertama yang menimpa Ren Ren adalah—kehilangan Yukio, teman mas kecilnya. Dan Kai, hmm.. Dia ini rivalnya Ren Ren. Meskipun Ren tidak menyukainya aku tetap akan menyelamatkannya.

Kembali ke masa sekarang,

"Tunggu sebentar Ren!"

"Ada apa lagi Yukio?"

"Kau membutuhkan senjata ini kalau mau mengalahkan mereka," Yukio menyerahkan belati zamrudnya. Ren menerimanya dengan senang hati. Pemberian seorang gadis tidak boleh ditolak, katanya.

"Baiklah, sekarang mau aku atau kalian yang maju, hmm?" Tantangan Ren diterima dengan baik oleh makhluk-makhluk itu. Mereka segera membuka mulutnya, menyerang dengan lidah yang dapat memanjang serta memancarkan bau busuk, "Hahaha, bau tubuh kalian terlalu menyengat! Artinya aku bisa membunuh kalian dengan mudah bahkan dengan mata tertutup!"

Ren bergerak ke samping lalu menebas ke tempat dia berdiri sebelumnya. Ren memotong lidah makhluk itu semudah memotong puding. Potongan lidah yang menggeliat di tanah segera diinjak oleh Ren sampai hancur berkeping-keping. "Bagaimana? Apa itu terasa sakit?" tanya Ren. Lidah lainnya datang. Yukio membantu Ren. Melemparkan kunai ke lidah yang menyerupai ular, memberi Ren waktu untuk memotong lidah itu.

Setelah memotong lidah, Ren melemparkan bola bulat berisi asap beracun, "Kai, lempar mereka dengan jutsu angin!" Kai menurut. Dia mengeluarkan sepasang kipas dengan ujung berduri.

"HYAAH!!!!" Kai berjaya menerbangkan musuh dengan membuat hembusan angin super kencang.

"Baiklah, sekarang giliranku untuk bersinar!" Ren melangkah maju, kini giliran dia mengambil alih. Dia berpose dramatis, tangan kanannya memegang belati zamrud Yukio, sementara tangan kirinya mencabut katana dari punggungnya. Matanya memancarkan kepercayaan diri yang kuat, "Raiton.. THUNDER WEB SLASH!!"

Dalam sekejap, kilatan petir menyelimuti tubuh Ren. Dia melesat dengan kecepatan luar biasa, mengiris makhluk-makhluk itu. Tebasannya yang berulang segera membentuk siluet jaring laba-laba. Ren sadar kalau tebasan pedangnya sama sekali tidak bisa mencabut nyawa musuh dikarenakan tubuh mereka yang seperti asap bisa mengabaikan segala bentuk serangan fisik. Namun lain cerita dengan belati zamrud Yukio, senjata itu bisa memotong tubuh asap mereka dengan mudah.

"Heh, mudah. Menurut Yukio kalian adalah roh pendosa yang entah melewati lubang cacing mana sehingga bisa kembali ke dunia. Aku sih tidak percaya pada Yukio, dan tidak peduli juga." Ucap Ren sambil membersihkan ujung belati zamrud dengan lengan bajunya sebelum dikembalikan ke Yukio.

Namun saat Ren akan menyerahkan belati itu—muncul roh pendosa lainnya. Kali ini penampilannya terlihat sangat berbeda dari roh sebelumnya.

Chapter 3: Roh Tingkat Spesial

Roh ini memakai semacam baju pelindung yang permukaannya dipenuhi duri. Dia juga membawa sesuatu yang mirip potongan tangan seekor naga.

Aku tidak pernah melihat roh yang seperti ini di literatur manapun milik klan Naga. Apa jangan-jangan—dia roh yang spesial?

Yukio dan Kai memikirkan hal yang sama dengan Ren, bahwa roh yang muncul dihadapan mereka saat ini bukanlah roh pendosa biasa. Roh itu terus memutar potongan tangan Naga di punggungnya seolah-olah hendak mengintimidasi para ninja. Namun Ren yang memegang senjata pembunuh roh sama sekali tidak takut.

"Ayo lawan aku pria besar!" Ajak Ren sembari melemparkan belati zamrudnya. Belati itu dengan segera ditangkis oleh si roh menggunakan tangan naganya. Yukio pun ternganga.

"Dia bodoh. Bisa-bisanya dia membuang satu-satunya senjata yang dapat membunuh makhluk itu," cibir Kai dengan kesal.

"Tenang, aku bisa mengatasinya!" Kata Ren sembari menarik pedangnya yang lain lalu mengiris ujung jarinya hingga meneteskan setitik darah.

"Hei Ren, jangan bilang kau—" Kata-kata Kai terputus karena si roh memulai serangannya. Dengan teknik yang tidak dikenali, roh itu memukul bumi dengan tangan naga yang dia bawa lalu menciptakan gempa bumi yang efeknya terasa diseluruh hutan.

"Ren, kita harus mundur! Level kekuatan makhluk itu jauh di atas kita!" ujar Yukio yang sadar diri.

Tidak, kalau aku kabur—kau mungkin akan mati,Yukio. Instingku berkata kalau makhluk inilah yang membuatmu kehilangan nyawa di awal cerita.

Ren memasang segel tangan, panggilan kedua temannya tidak dia hiraukan. Saat ini Ren hanya fokus pada satu tujuan, yaitu membunuh roh yang dia duga telah mencabut nyawa Yukio—teman masa kecil Ren asli yang dia hormati.

"Harusnya kematian Yukio diceritakan dengan jelas. Mentang-mentang dia hanya npc, kematiannya dianggap tidak penting. Siapapun yang menulis kisah ini bisa dibilang lumayan pemalas," Hardik Ren sembari menghindari serangan roh pendosa.

Ren yang seorang ninja spesialis elemen petir sangat mahir menghindari serangan demi serangan yang datang, dalam bentuk apapun dan dari arah manapun. Bagi Ren, serangan roh itu selambat keong yang berjalan di dahan pohon. Ren juga memiliki staminanya yang bagus, menjadikannya counter sempurna untuk roh yang memiliki senjata berbahaya semacam ini.

Dengan kecepatannya yang melebihi peluru, Ren meraih belati zamrudnya kemudian memukul wajah musuhnya.

CREAAK!!

Ren berjaya melukai wajah roh pendosa sampai meretakkan tulang pipinya. Pencapaian itu membuat Ren terkejut. Suara tulang yang retak? Tapi di cerita aslinya Yukio dibunuh oleh roh penasaran dari neraka—tidak mungkin roh penasaran punya wujud fisik kan?

Ren tidak membiarkan kebingungan menguasai dirinya. Dengan lincah dia menghindari serangan demi serangan yang datang ke arahnya, menangkis, menepis dan menebas senjata musuh hingga tidak berbentuk.

Trang! Pedang Ren terlempar setelah kalah beradu serangan dengan roh besar. Sebelum cakar naga musuh menyentuhnya, Ren menyelesaikan segel tangannya yang sempat tertunda. Dengan modal setetes darah yang telah membeku di ujung kukunya, Ren mengaktifkan sebuah jutsu yang dapat menghentikan pergerakan musuh secara total selama 10 detik.

"Fuinjutsu—pembekuan darah!"

Terdengar suara tulang untuk kedua kalinya. Kali ini berasal dari sekujur tubuh roh pendosa. Rupanya tulang-tulang si roh telah terjepit oleh darah yang membeku seperti batu. Dalam keadaan itu—apapun yang dilakukan si roh, tetap mustahil dia bisa bergerak selama 10 detik kedepan.

Ren segera meninggalkan musuhnya, mencari kawan-kawannya, lalu menyeret mereka menjauhi lokasi. Yukio sempat memberontak. Dia tidak mau meninggalkan harta kerajaan karena kalau sampai harta kerajaan itu hilang sepeser saja maka mereka bertiga harus menggantinya, "Lepaskan aku! Aku tidak punya tabungan untuk mengganti rugi harta kerajaan yang hilang!" Rengek Yukio. Mau pada akhirnya dia diangkut oleh Ren secara paksa.

"Saat ini nyawa kita jauh lebih penting daripada harta itu Yukio! Kita harus kembali dan melaporkan kejadian ini secepatnya kepada ketua klan dan keluarga kita."

Kai yang berlari di sebelah Ren merasa heran dengan perubahan sikap Ren. Sejak kapan ninja ini lebih mementingkan nyawa daripada misi? Masa bodohlah, kami mungkin bisa selamat dari amukan raja dengan membawa berita besar ini. Atau tidak?

Selagi Kai bergelut dengan pikirannya, mereka sudah sampai di pintu masuk hutan. Stamina ninja-ninja muda ini patut diacungi jempol, mereka bisa melompat, berselancar, dan memanjat secepat mereka berlari. Inilah salah satu alasan mengapa Alvien sangat menikmati kehidupan di dunia ini.

"Harusnya disini kita aman," kata Ren, nafasnya masih terjaga dengan baik.

"Ren, lihat ke atas!" Seru Kai.

Mata Ren terbelalak kala melihat langit berubah gelap secepat kedipan mata. Kami harus kembali ke pegunungan Klan Naga Badai secepatnya. Pikirnya.

"Kai, Yukio, jangan berhenti untuk apapun. Kita harus terus lari sampai ke kaki pegunungan yang berjarak 38 kilometer dari sini," perintah Ren yang memang ditunjuk sebagai pemimpin dalam kelompok inti itu. Ren mengangkat senjata zamrud pemberian Yukio. Kai dan Yukio pun mengangguk paham walaupun Ren belum mengatakan apa-apa.

Ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan pulang mereka dengan hati berdebar-debar. Setengah hari kemudian, ketiga ninja muda kita akhirnya sampai di kaki pegunungan Klan Naga Badai.

Untuk memasuki pegunungan Klan Naga Badai mereka harus menunjukkan stempel milik klan Naga. Melihat masing-masing anggota tim inti memiliki stampel klan Naga, penjaga gerbang pun mengubah perlakuannya menjadi lebih baik, karena dia tahu kalau ketiga anak muda di depannya pastilah anak-anak orang penting di klan Naga Badai.

Sebenarnya hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mendapatkan stempel Naga Badai. Ren mendapatkannya lewat jalur prestasi. Sementara Kai dan Yukio mendapatkannya dari orang tua mereka.

"Tuan dan nona muda pasti lelah berlari seharian. Mau singgah di rumahku dulu? Dirumahku ada daging binatang gurun berpunuk yang dimasak dengan sangat lezat," kata penjaga gerbang yang berusaha menjilat. Namun tawarannya ditolak mentah-mentah oleh Ren yang sedang tidak enak hati.

Mereka bertiga lalu berpisah. Yukio dan Kai menemui keluarga mereka masing-masing sementara Ren menemui pemimpin klan Naga Badai seorang diri.

Aku berhasil membawa Yukio pulang dengan selamat, artinya aku berhasil menyelamatkan gadis itu dari takdir buruk yang menantinya di awal ceritanya. Syukurlah. Tapi sekarang aku harus berurusan dengan ketua klan. Semoga saja istrinya memberikan pelayanan yang terbaik tadi malam. Bisa mati aku kalau memberitahukan perihal kegagalan kami saat suasana hatinya sedang buruk.

Ren menarik nafas panjang. Yukio dan Kai beruntung memiliki keluarga, sedangkan aku... Sekali lagi Ren menarik dan membuang nafas panjang. Ingatan tentang kumpulan manusia yang peduli kepada dirinya muncul di benaknya yang merindukan kehangatan keluarga. Keluargamu sudah berakhir Ren. Sekarang mari kita hadapi masa depan.

Ren menatap jauh ke depan. Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat sebuah rumah megah berselimut emas berdiri kokoh di atas tebing yang tinggi.

"Raiton: Laba-laba Seribu Langkah."

Ren menghentak keras. Kakinya dipenuhi cakra berelemen tanah yang membuatnya dapat berjalan di tebing yang curam. Jutsu laba-laba yang sudah umum di kalangan ninja ini telah dikembangkan sedikit oleh Ren sehingga Ren tidak hanya mampu berjalan—tetapi juga bisa berlari dan rebahan di dinding.

"Aku berani bertaruh kau tidak akan bisa tidur nyenyak setelah mendengar informasi ini, ketua klan.."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!