Bab 2. Sambutan tidak bersahabat

Raya memilih pulang di rumah orang tuanya, karena ia tidak memiliki tujuan. Paling tidak, ia bisa berteduh beberapa hari, sambil berpikir kemana ia akan melangkah. Rumah orang tuanya berada di perbatasan kota. Raya harus naik bus, untuk menghemat biaya.

Sepanjang jalan, ia terus menangis tanpa suara. Air matanya bercucuran, seperti keran air. Sakit hati, marah dan kecewa, bercampur menjadi satu dan mengaduk-aduk perasaannya. Kenapa pernikahan yang sudah lama terjalin, seolah tidak ada apa-apanya? Kenapa semua usaha dan pengorbanan seolah tidak terhitung olehnya?

1 jam perjalanan, akhirnya Raya tiba. Ia menarik koper dengan susah payah, apalagi posisi sambil menggendong anak.

"Kak, kok bawa banyak barang?" tanya sang adik, yang membantu membawa koper dan tas.

"Ibu mana?" tanya Raya, mengalihkan pembicaraan.

"Didalam."

Ibu Raya yang tengah mencuci piring, kaget melihat putrinya, yang tiba-tiba pulang tanpa pemberitahuan. Dan biasanya, Raya hanya akan pulang saat hari raya tiba.

"Nak, kok tiba-tiba pulang, tidak bilang-bilang?" Ibu memperhatikan barang bawaan Raya yang tidak wajar. Seperti orang yang akan pindah rumah. "Wajahmu kenapa bengkak begitu?"

"Aku lapar, Bu." Raya mengalihkan pembicaraan. Ia lelah dan tidak ingin berbicara saat ini.

"Ya, ampun. Kamu jauh-jauh kemari dan belum makan. Ayo, duduk." Ibu memanggil putranya, yang sibuk memasukkan koper dalam kamar. "Rafi, ambil adekmu, Nak. Kakak kamu mau makan."

"Iya, Bu."

Raya makan dengan lahap, karena diatas meja terhidang makanan favoritnya. Ada tahu, tempe goreng, lalapan dan sambal. Tidak ketinggalan ikan asin yang paling the best.

"Pelan-pelan, Nak." Ibu mengambil segelas air dan meletakkan diatas meja. "Kamu makan dulu, ibu mau lanjut mencuci."

Raya mengangguk. Entah mengapa, setelah tiba dirumah sang ibu perasaannya langsung tenang. Sakit hatinya, pun perlahan berkurang sedikit demi sedikit.

"Nak, ceritakan apa yang terjadi? Ibu tahu pasti ada sesuatu, kamu tiba-tiba pulang," tanya Ibu yang kembali duduk, saat Raya baru selesai makan.

Raya tidak langsung menjawab. Ia duduk kembali, lalu menghela napas panjang.

"Mas Arya, menceraikanku, Bu." Tanpa permisi, air mata Raya meluncur. Ia tertunduk, sembari terisak.

"Ap... apa?" Ibu shock. Seperti ada petir yang tiba-tiba menyambar tanpa adanya hujan. "Kalian ada masalah apa?"

"Mas Arya berselingkuh dan mau menikah lagi. Aku tidak sudi di madu," tangis Raya pecah yang sedari tadi ia tahan.

Ibu langsung bangkit menarik tangan putrinya. "Ayo, bangun. Temui suamimu. Katakan, kau tidak ingin bercerai."

"Ibu." Raya melotot.

"Kenapa? Kau harus berpikir, Nak. Ini bukan tentang mu saja tapi tentang anakmu. Dia masih kecil, dia butuh ayahnya."

"Ibu, tolong. Aku tidak bisa. Karena, Lily masih kecil, maka suatu hari dia pasti akan mengerti."

"Raya," bentak ibu, "Apa sulitnya di madu? Kamu hanya perlu ikhlas dan menutup mata. Daripada kamu hidup menjanda dan menjadi gunjingan orang."

"Apa bedanya, Bu? Apa selama ini ibu tidak pernah digosipkan tetangga, karena ibu mau di madu? Paling tidak, menjadi janda tidak akan membuatku sakit hati."

Sang ibu terduduk kembali. Ia terisak karena nasib Sang putri yang ternyata tidak jauh beda darinya. Apa ini karma atau takdir yang tidak adil bagi mereka?

"Kamu tahu, kenapa ibu mau di madu?" Ibu menatap Raya dengan kedua mata yang berenang. "Itu karena kalian masih kecil dan masih butuh biaya. Ibu tidak mau, kalian diejek disekolah karena tidak punya ayah dan ibu juga tidak mau kalian hidup susah."

"Maaf, Bu. Tapi, Raya tidak sekuat Ibu. Aku tidak sanggup harus menahan sakit hati."

"Ibu tahu, ibu mengerti. Tapi, pikirkan anakmu. Selagi dia belum mengerti apa-apa, kamu harus memperbaikinya."

"Keputusan Raya sudah bulat, Bu. Mas Arya sudah menjatuhkan talak dan Raya tidak mau mengemis."

"Raya." Suara Ibu kembali meninggi. "Apa yang akan kau lakukan dengan masa depan anakmu?"

"Bu, tolong! Jangan memaksaku. Aku bisa mencari kerja."

"Kau mau mencari kerja dengan ijazah SMA? Siapa yang akan memperkerjakanmu di zaman sekarang ini? Padahal kau punya suami seorang manajer. Sakit karena di madu, tidak seberapa dengan kau hidup susah."

"Ibu," teriak Raya, yang sudah tahan, "Uang bisa dicari, tapi tidak dengan harga diriku!"

Plak.

"Jadi, kau menganggap ibu tidak punya harga diri karena mau menerima keputusan ayahmu?"

"Jangan membohongi diri ibu sendiri. Aku tahu ibu menangis setiap malam. Aku tahu ibu menyumpahi mereka setiap saat. Daripada hidup seperti itu, lebih baik berpisah." Raya menghapus wajahnya yang basah.

"Yah, ibu memang menangis. Ibu bahkan menyumpahi mereka. Lalu, apa? Kau tahu betul, kenapa ibu mau melakukan."

"Bu, tolong sadarlah. Ibu bertahan hanya karena sebuah nafkah yang tidak seberapa. Ibu bahkan harus mengemis berminggu-minggu dan mendengarkan hinaan ayah setiap kali memberikannya. Aku tidak mau hidup seperti itu."

Ibu seperti terpukul dengan ucapan anaknya. Ia terduduk lesu dan terdiam. Semua yang dikatakan Raya, seakan membuka pikirannya.

"Bu, tolong. Raya hanya ingin menjalani hidup dengan tenang, tanpa harus meneteskan air mata setiap saat. Mas Arya berkata akan adil kepada kami. Tapi, aku tidak akan percaya. Ibu tahu kenapa? Karena janji seperti itu hanya sementara. Satu tahun, mungkin iya. Tapi tidak dengan tahun-tahun berikutnya."

"Anakku, kenapa hidupmu seperti ini?" Ibu kembali menangis dengan pilu.

"Ibu, aku baik-baik saja. Aku yakin bisa melalui ini." Raya memeluk ibunya dan ikut menangis.

Setelah keduanya cukup tenang. Raya membereskan piring diatas meja dan langsung mencucinya. Sementara, ibu masih menatap anaknya.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Nak?" tanya Ibu dengan isakan yang masih terdengar.

"Aku akan cari kontrakkan dan cari pekerjaan, Bu."

"Kalau begitu, biar ibu yang menjaga Lily disini."

Raya berhenti sejenak dan menatap ibunya. "Tidak usah, Bu. Aku bisa sendiri."

"Jangan, Nak. Kali ini, dengarkan ibu. Bagaimana kamu bisa bekerja dengan membawa bayi? Menggunakan ijazah SMA saja, kamu masih harus untung-untungan. Biar ibu yang jaga Lily, agar kamu bebas bekerja. Kamu bisa menjenguknya kalau libur. Percaya sama ibu, Nak."

"Aku percaya sama Ibu. Tapi, Ibu akan terlalu lelah."

"Lelah, apanya? Ada adik kamu yang membantu ibu."

"Aku akan memikirkannya, Bu."

"Ya sudah, cepat selesaikan dan kamu istirahat. Lily, biar ibu yang jaga."

Tenang dan damai, meski hati masih terlalu sakit untuk mengingatnya. Apalagi, Raya merasa dibuang seperti barang yang sudah rusak dan tidak dibutuhkan lagi. Itu yang paling ia tidak terima. Meski Arya meminta maaf, tapi itu tidak cukup untuk menambal, apalagi menyembuhkan luka.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Sulfia Nuriawati

Sulfia Nuriawati

poligami g mudah, yg pny ilmu aja byk yg gagal, kalo cm mengandalkan bs adil dlm nafkah, dr sisi lain blm tentu yg akan terkorban ttp istri tua, bercerai utk sehatkan mental jauh lbh baik, blm tentu slingkuh ckup 1c pasti akan kambuh lg tu penyakit slingkuh

2025-02-04

0

Tini Laesabtini

Tini Laesabtini

cerita yg bagus kenapa yg like dikit

2025-01-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Aku bukan batu
2 Bab 2. Sambutan tidak bersahabat
3 Bab 3. Baik-baik, Nak.
4 Bab 4. Sesal, namun tak berubah
5 Bab 5. Aku bisa.
6 Bab 6. Ikhlas tapi tak Ridho
7 Bab 7. Bukan Cinta segitiga.
8 Bab 8. Awal yang baik
9 Bab 9. Si pengungkit masa lalu
10 Bab 10. Jika aku tidak ada
11 Bab 11. Demi Lily
12 Bab 12. Rahasia kecil Tari
13 Bab 13. Terima kasih, kepadanya.
14 Bab 14. Tekad sekeras batu
15 Bab 15. Kecurigaan
16 Bab 16. Dia yang tak menyerah
17 Bab 17. Gosip
18 Bab 18. Tentang keluarga Raya
19 Bab 19. Sesulit itu, jatuh cinta
20 Bab 20. Selamat tinggal ....
21 Bab 21. Tingkah Elena
22 Bab 22. Topeng
23 Bab 23. Siksa hati
24 Bab 24. Si pengantin baru
25 Bab 25. Antara Si mantan dan Si masa depan
26 Bab 26. Impian si mantan
27 Bab 27. pertengkaran
28 Bab 28. Mengharapkan masa lalu
29 Bab 29. Karma
30 Bab 30. Tebal muka
31 Bab 31. Si gula pasir
32 Bab 32. Sehebat apa?
33 Bab 33. Menyerah
34 Bab 34. Keputusan Raya
35 Bab 35. Mencari kenyamanan
36 Bab 36. Mendadak
37 Bab 37. Arya vs Adrian
38 Bab 38. Satu masalah
39 Bab 39. Menginginkan yang tak mungkin
40 Bab 40. Gambaran masa depan
41 Bab 41. Harapan baru
42 Bab 42. Keputusan Elena
43 Bab 43 Hari pertama
44 Bab 44. Bumbu kesedihan
45 Bab 45. Jodoh atau hanya ....
46 Bab 46. Kegelisahan Raya
47 Bab 47. Kemarahan Tari
48 Bab 48. Rumor (Part 1)
49 Bab 49. Rumor (part 2)
50 Bab 50. Ketahuan
51 Bab 51. Ada apa dengan Presdir? (Part 1)
52 Bab 52. Menghindari masalah
53 Bab 53. Curhat
54 Bab 54. Antara hati dan logika
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab 1. Aku bukan batu
2
Bab 2. Sambutan tidak bersahabat
3
Bab 3. Baik-baik, Nak.
4
Bab 4. Sesal, namun tak berubah
5
Bab 5. Aku bisa.
6
Bab 6. Ikhlas tapi tak Ridho
7
Bab 7. Bukan Cinta segitiga.
8
Bab 8. Awal yang baik
9
Bab 9. Si pengungkit masa lalu
10
Bab 10. Jika aku tidak ada
11
Bab 11. Demi Lily
12
Bab 12. Rahasia kecil Tari
13
Bab 13. Terima kasih, kepadanya.
14
Bab 14. Tekad sekeras batu
15
Bab 15. Kecurigaan
16
Bab 16. Dia yang tak menyerah
17
Bab 17. Gosip
18
Bab 18. Tentang keluarga Raya
19
Bab 19. Sesulit itu, jatuh cinta
20
Bab 20. Selamat tinggal ....
21
Bab 21. Tingkah Elena
22
Bab 22. Topeng
23
Bab 23. Siksa hati
24
Bab 24. Si pengantin baru
25
Bab 25. Antara Si mantan dan Si masa depan
26
Bab 26. Impian si mantan
27
Bab 27. pertengkaran
28
Bab 28. Mengharapkan masa lalu
29
Bab 29. Karma
30
Bab 30. Tebal muka
31
Bab 31. Si gula pasir
32
Bab 32. Sehebat apa?
33
Bab 33. Menyerah
34
Bab 34. Keputusan Raya
35
Bab 35. Mencari kenyamanan
36
Bab 36. Mendadak
37
Bab 37. Arya vs Adrian
38
Bab 38. Satu masalah
39
Bab 39. Menginginkan yang tak mungkin
40
Bab 40. Gambaran masa depan
41
Bab 41. Harapan baru
42
Bab 42. Keputusan Elena
43
Bab 43 Hari pertama
44
Bab 44. Bumbu kesedihan
45
Bab 45. Jodoh atau hanya ....
46
Bab 46. Kegelisahan Raya
47
Bab 47. Kemarahan Tari
48
Bab 48. Rumor (Part 1)
49
Bab 49. Rumor (part 2)
50
Bab 50. Ketahuan
51
Bab 51. Ada apa dengan Presdir? (Part 1)
52
Bab 52. Menghindari masalah
53
Bab 53. Curhat
54
Bab 54. Antara hati dan logika

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!